Konten dari Pengguna

Invasi Rusia terhadap Ukraina: Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?

Acep Mujib Ichlasul Amal
Alumni Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20 Mei 2023 14:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Acep Mujib Ichlasul Amal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bangunan hancur akibat konflik Rusia terhadap Ukraina. Foto: pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bangunan hancur akibat konflik Rusia terhadap Ukraina. Foto: pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Invasi Rusia terhadap Ukraina bukan hal yang baru terjadi. Kedua negara telah mengalami beberapa konflik dalam skala kecil yang semakin memanas.
ADVERTISEMENT
Invasi Rusia terhadap Ukraina telah berlangsung cukup lama dan berubah menjadi pertempuran besar antara kedua belah pihak.
Invasi Rusia terhadap Ukraina di mulai pengerahan pasukan yang dilakukan Rusia ke daerah perbatasan Rusia-Ukraina dengan dalih untuk melakukan latihan Militer secara besar-besaran.
Namun hal tersebut dibantah oleh pihak Amerika Serikat yang mengatakan bahwa pengiriman pasukan militer Rusia ke perbatasan Rusia-Ukraina merupakan persiapan untuk melakukan invasi ke wilayah Ukraina dan menimbulkan konflik yang semakin memanas.
Informasi tersebut kemudian disampaikan Amerika Serikat kepada Ukraina untuk mempersiapkan diri menghadapi berbagai macam kemungkinan.
Amerika Serikat mengatakan bahwa Rusia akan menyerang Ukraina pada tanggal 15 Februari 2022.
Informasi tersebut tentunya didasarkan atas persiapan yang telah dilakukan oleh pihak Rusia dengan mengirimkan pasukannya ke perbatasan.
ADVERTISEMENT
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh dua orang pejabat Amerika Serikat yang namanya telah di rahasiakan.
Meski informasi tersebut tidak valid, pada akhirnya Rusia melakukan invasi terhadap Ukraina pada tanggal 24 Februari 2022.
Jauh sebelum terjadinya invasi yang dilakukan oleh Rusia ke Ukraina, Hubungan diplomatik yang terjalin antara Rusia dengan Ukraina telah mengalami berbagai macam dinamika. Peristiwa aneksasi Krimea yang dilakukan oleh Rusia menjadi salah satu peristiwa penting yang pada akhirnya memicu perang antara kedua negara bekas Uni Soviet tersebut.
Banyak pihak menilai bahwa invasi yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina akan menjadi penyebab pecahnya Perang Dunia ketiga.
Invasi tersebut mendapat kecaman dari Dunia Internasional, terutama dari pihak Uni Eropa dan Aliansi North Atlantic Treaty Organization (NATO).
ADVERTISEMENT
Ada beberapa faktor yang menjadi alasan mengapa Rusia melakukan invasi terhadap Ukraina.
Faktor-faktor tersebut meliputi keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO, ancaman keamanan Nasional Rusia, dan perlindungan separatis di wilayah Donbass yang didukung oleh Rusia.
Penyebab utama invasi yang dilakukan oleh Rusia terhadap wilayah Ukraina adalah rencana bergabungnya Ukraina dengan NATO.
Pada akhirnya, Rusia memobilisasi pasukannya menuju perbatasan sebagai sebuah peringatan. Tepat pada tanggal 24 Februari 2022, Rusia memulai invasinya terhadap wilayah Ukraina.
Pasca invasi tersebut, banyak pihak yang menyalahkan tindakan yang telah diambil oleh Rusia. Tetapi, apakah invasi tersebut sepenuhnya kesalahan dari pihak Rusia? apakah terdapat aktor lain yang bertanggung jawab atas terjadinya konflik antara Rusia dan Ukraina?
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang pemimpin nomor satu di Rusia, tidak diragukan lagi bahwa Vladimir Putin bertanggung jawab atas kebijakannya tersebut.
Namun pada kenyataannya, Amerika Serikat bertanggung jawab atas terjadinya konflik tersebut.
Amerika Serikat telah mendorong permusuhan antara Rusia dan Ukraina. Hal tersebut ditandai dengan pengumuman bergabungnya Ukraina menjadi anggota NATO.
Langkah NATO tersebut pada akhirnya memicu kemarahan Rusia dan menjadi salah satu ancaman terbesar yang dihadapi oleh Rusia. Hal ini disampaikan oleh seorang profesor Ilmu Politik berkebangsaan Amerika Serikat, John J. Mearsheimer.
Dilansir dari The Economist, Mearsheimer berpendapat bahwa "apabila Amerika tidak bertindak lebih jauh dengan memancing kemarahan Rusia, maka konflik tersebut tidak akan pernah terjadi" .
Kesimpulannya, konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina tidak sepenuhnya merupakan salah Rusia. Konflik tersebut terjadi karena ambisi dari Amerika Serikat dibawah NATO untuk menjadikan Ukraina menjadi bagian dari NATO.
ADVERTISEMENT
Konflik tersebut hampir sama seperti konflik Kuba antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Penempatan misil milik Uni Soviet di Kuba menjadi ancaman serius bagi Amerika Serikat pada saat itu.
Singkatnya, konflik ini dapat dihentikan apabila Amerika Serikat berkomitmen untuk tidak menjadikan Ukraina menjadi bagian dari NATO.
Komitmen tersebut dipertegas dengan perjanjian antar beberapa pihak yang terlibat, yaitu Ukraina, Amerika Serikat, NATO dan Rusia.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan membantumu memperluas cakrawala tentang dunia internasional beserta problematika di dalamnya. ***