Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Dilema Seorang Guru: Antara Disiplin dan Ancaman Hukum
7 November 2024 10:52 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari ACEP SAEPUL MILAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mendidik generasi penerus bangsa merupakan pekerjaan mulia, tugas ini merupakan tugas berat yang diemban oleh guru. Walaupun upah tidak begitu besar, bahkan di berbagai wilayah Indonesia begitu miris kesejahteraan guru. Akan tetapi guru selalu dapat mengalahkan serba kekurangannya dengan terus ikhlas mendidik. Namun, keikhlasan guru belum terbalaskan dengan baik. Kondisi guru tidak semakin membaik.
ADVERTISEMENT
Belakangan ini profesi guru seakan berada di ujung tanduk. Semakin banyak kasus guru yang dilaporkan oleh orang tua siswa, baik karena masalah disiplin maupun hal-hal yang dianggap berlebihan. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang salah sih?
Setelah saya searching di Mbah Google tentang kasus “guru dilaporkan polisi” hasilnya mencengangkan. Begitu banyak kasus tentang guru-guru di berbagai daerah yang berurusan dengan hukum akibat dilaporkan oleh orang tua siswa. Setelah dianalisis ternyata motifnya sama yaitu gara-gara mendisiplinkan siswa.
Lalu saya baca di Kumparan News, 1 November 2024 berbagai kasus ditemukan tentang pelaporan orang tua kepada polisi seperti kasus Ibu Supriyani, seorang guru honorer di Konawe Selatan yang dipenjara akibat dugaan penganiayaan siswa.
ADVERTISEMENT
Kasus Ibu Masse, Guru SD di Bombana yang dilaporkan akibat tidak sengaja memukul pipi siswanya ketika mencoba mendisiplinkan.
Lalu ada juga kasus Pak Zaharman guru SMA di Bengkulu dipolisikan hingga diketapel matanya hingga buta oleh orang tua siswa akibat menegur siswa yang merokok dan masih banyak lagi kasus-kasus lainnya yang dibahas di berbagai media digital maupun media sosial. Hmmm miris sekali ya dunia pendidikan kita.
Munculnya berbagai kasus tersebut di media sosial membuat warganet ramai-ramai menyampaikan rasa prihatinnya pada kondisi pendidikan Indonesia saat ini. Ketika guru, dalam upayanya mendidik siswa, justru berada dalam posisi rentan.
Hal ini menimbulkan reaksi yang luar biasa dari berbagai pihak sehingga membandingkan kondisi pendidikan dulu yang memberikan keleluasaan seorang guru bertindak untuk mendidik siswanya dengan kondisi pendidikan sekarang yang sangat gampang melaporkan guru, padahal guru hanya untuk berusaha mendisiplinkan siswanya.
ADVERTISEMENT
Mirisnya kondisi pendidikan saat ini membuat banyak warganet saat ini bahkan membuat video parodi tentang guru tak mau lagi menegur siswanya yang sedang membuat onar di sekolah, yaa daripada harus berurusan dengan kepolisian meding dibiarkan saja.
Apa sebetulnya penyebab fenomena guru dilaporkan ke Polisi?
Berikut beberapa faktor yang mungkin menyebabkan meningkatnya kasus guru yang dilaporkan, antara lain:
Pertama, adanya perubahan persepsi, dulu guru dianggap sebagai sosok yang patut dihormati. Namun, seiring berjalannya waktu, persepsi masyarakat terhadap guru berubah. Orang tua siswa cenderung lebih protektif terhadap anak mereka dan tidak segan-segan melaporkan guru jika merasa anaknya diperlakukan tidak adil.
Kedua, kurangnya komunikasi yang efektif antara pihak sekolah, guru, siswa, dan orang tua seringkali menjadi pemicu konflik. Miskomunikasi yang terjadi dapat disalah artikan dan berujung pada laporan.
ADVERTISEMENT
Ketiga, kurangnya perlindungan hukum yang jelas bagi guru membuat mereka merasa tidak aman dalam menjalankan tugasnya. Guru khawatir akan dilaporkan dan dihukum jika mengambil tindakan tegas terhadap siswa yang melanggar aturan.
Dampak negatif yang ditimbulkan
Meningkatnya kasus guru dilaporkan ke polisi tentunya memberikan dampak negatif bagi dunia pendidikan saat ini. Dampak negatif yang muncul diantaranya guru-guru akan kehilangan motivasi untuk mendidik.
Guru takut untuk mendidik siswanya, sehingga cenderung menghindari konflik dari pada harus berurusan dengan polisi.
Tentunya hal tersebut akan memberikan dampak yang lebih luas bagi pendidikan. Menurunnya motivasi guru dalam mendidik akan menyebabkan lingkungan belajar yang kurang kondusif, kedisiplinan menurun, kenakalan siswa tidak terkendali, dan pada akhirnya akan berdampak pada kualitas pendidikan.
ADVERTISEMENT
Jika hal ini terus dibiarkan bagaimana dengan pendidikan Indonesia? Bagaimana dengan cita-cita Indonesia emas, akan kah tercapai ? Lantas bagaimana solusinya?
Mungkin ini solusi?
Menurut akademisi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) Holy Ichda Wahyuni, dalam Mojok.co (26/10/2024) menjelaskan bahwa ada dua sisi dalam persoalan guru vs orang tua siswa.
Pertama, di mana batas peran guru dalam mendisiplinkan siswa kaitannya dengan pendidikan karakter?
Kedua, sementara di sisi lain ada hak-hak perlindungan anak yang memang perlu diperhatikan bersama.
Oleh karena itu, Holy menekankan agar terjalin kesepahaman yang kuat atau adanya penyamaan persepsi antara sekolah, guru, dan orang tua siswa. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas kepada guru mengenai batas-batas tindakan disiplin yang tepat serta pendekatan yang lebih bijaksana.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, orang tua diharapkan dapat lebih tenang dan rasional dalam merespon permasalahan yang melibatkan anak mereka di sekolah, dengan mengutamakan klarifikasi terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan.
Penyamaan persepsi tersebut tentunya harus dibahas oleh pihak sekolah dan orang tua siswa pada awal pertemuan dalam bentuk regulasi sekolah. Regulasi tersebut membahas tentang berbagai pendekatan guru dalam rangka mendisiplinkan siswa.
Regulasi tersebut tentunya harus disepakati bersama pada awal pertemuan tersebut agar dalam proses pendidikan guru dan siswa sama-sama memiliki payung hukum yang jelas. Sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan dan paham mana batas-batas yang bisa dilakukan.
Selain upaya di atas untuk menghindari siswa melakukan pelanggaran disiplin peran keluarga menjadi penting. Kolaborasi sekolah dan orang tua dalam menanamkan pendidikan karakter kepada anak.
ADVERTISEMENT
Perlu dipahami bahwa pendidikan karakter bukan hanya tugas sekolah akan tetapi seharusnya orang tua memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan karakter anaknya di lingkungan keluarga sebagai sekolah pertama bagi putra-putrinya sejak dini.
Maka potensi terjadinya pelanggaran disiplin, baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah, dapat ditekan, sehingga rentetan kasus guru terjerat hukum akibat mendisiplinkan siswa akan berkurang dan bahkan mungkin tidak akan terdengar kembali.