Direktur Akademizi Berikan Coaching ke LAZ UCare Indonesia

Akademizi
Akademizi lahir dari sebuah visi besar yang ingin mendorong kemajuan gerakan filantropi Islam sekaligus mampu menjadi inspirasi bagi gerakan kebajikan dan pemberdayaan umat.
Konten dari Pengguna
29 Februari 2024 17:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akademizi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Direktur Akademizi Nana Sudiana (tengah) bersama peserta coaching dari LAZ UCare Indonesia (Dok Akademizi)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Akademizi Nana Sudiana (tengah) bersama peserta coaching dari LAZ UCare Indonesia (Dok Akademizi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Direktur Akademizi Nana Sudiana memberikan coaching ke pengurus LAZ UCare Indonesia di Bekasi, Kamis (29/2/2024). Coaching ini untuk meningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) LAZ Ucare Indonesia.
ADVERTISEMENT
Direktur LAZ Ucare Indonesia Muhamamd Anwar mengatakan, SDM yang dimiliki belum pernah berpengalaman bekerja di lembaga lain menjadi alasan dilaksanakan coaching. "Teman-teman belum pernah bekerja di lembaga zakat lain. Selama ini kami belajar otodidak," paparnya.
Ucare Indonesia sudah mendapat SK LAZ Provinsi, kata Muhamamd Anwar harus ada peningkatan SDM dan kenaikan dalam penghimpunan. "Untuk mencapai target penghimpunan perlu ada coaching," jelas Muhamamd Anwar.
Nana Sudiana mengatakan, membagikan ilmu melalui coaching di LAZ Ucare Indonesia agar lembaga filantropi di Indonesia menjadi lebih baik. "Saya memberikan coaching berdasarkan pengalamana selama ini dalam mengelola lembaga zakat," jelasnya.
Nana meminta peserta coaching untuk membuat pernyataan maupun harapan di lembar kertas. "Ini untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta dalam mengikuti coaching," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Nana juga mengatakan, program pemberdayaan bagus dan dipublikasikan di media tidak bisa dibanggakan. "Karena setiap orang bisa menulis di media online melalui Kompasiana, Retizen Republika, Kompasiana. Program yang bagus itu harus berdampak ke masyarakat," papar Nana.
Di lembaga zakat terdapat berbagai problem SDM. Pertama, Amil masih merasa belum mencintai pekerjaannya. Apalagi anak milenial inginnya kerjanya mudah dan bisa dikerjakan di mana saja.
Kedua, rendahnya kompetensi amil membuat kreativitas dan inovasi di lembaga-lembaga zakat sangat minim, akibatnya dana zakat yang terkumpul tidak didayagunakan secara optimal untuk mengurai benang kemiskinan di Indonesia.
"Ketiga, sistem rekrutmen amil tidak terbuka. Misal ada anak ustaz yang dititipkan lembaga zakat padahal tidak mempunyai kompetensi dalam zakat. "Dampaknya pengumpulan dan pendistribusian zakat tidak optimal," jelasnya.
ADVERTISEMENT