Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Fenomena Anak Amil yang Bermasalah
23 Oktober 2024 18:14 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Akademizi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi)
Mendidik anak ibarat menanam pohon jambu batu. Bisa saja membutuhkan waktu lama untuk sampai memetik hasilnya. Walau lama, kita tetap menunggunya dengan sabar.
ADVERTISEMENT
Durasi menunggu ini tak sama satu sama lainnya, bahkan bisa bertahun-tahun, itu pun tak pasti. Dan Ketika berbuah pun, di periode awal, belum semua muncul bunga dan apalagi menjadi buah yang banyak.
Lamanya waktu Ketika menunggu, tiba-tiba seolah hilang manakala pohon jambu batunya berbuah. Kira-kira begitulah perasaan kita sebagai orang tua saat mendidik anak. Penuh tantangan dan dinamika. Namun akhirnya terbayar lunas manakala anak yang kita didik berhasil dalam kehidupannya, bahkan lebih baik dari kita semua.
Kasih sayang, baik terhadap anak maupun sesama manusia ibarat sebuah gelombang. Ia akan merambat dan mengalir melewati medan yang luas.
Fenomena anak-anak amil yang bermasalah bila kita dalami ternyata masalahnya mereka kurang perhatian dan kasih sayang. Disadari atau tidak, kenapa kita sendiri (para amil) dan juga anak-anak dan generasi muda amil daya juangnya sering melemah, tiada lain juga bisa jadi kurangnya perhatian dan kasih sayang para sesepuh atau pendahulu gerakan zakat ini.
ADVERTISEMENT
Dengan daya juang yang lemah, maka bisa menggangu estafet dakwah. Dengan kelemahan ini juga, proses pencapaian Langkah menuju cita-cita kebaikan di masa depan bisa semakin berat.
Pelarian anak akan kasih sayang, bisa ke banyak hal. Termasuk ke dalam hal ini adalah munculnya kecanduan anak-anak pada gawai, game online, Youtube dan lain-lain. Hal ini bisa mengakibatkan relasi yang terbangun antar generasi jadi tak normal.
Ada kesulitan komunikasi dan pada akhirnya akan merusak relasi anak-ayah atau sebaliknya. Bahkan bisa juga relasi horisontal antar generasi menjadi tak harmoni. Walau generasi hari ini secara fisik lebih baik, didukung dengan kemajuan ekonomi dan peningkatan taraf hidup yang semakin baik, nyatanya dari sisi mental, belum tentu hal ini lebih baik.
ADVERTISEMENT
Di saat seperti inilah orang tua tetap harus memperhatikan anak-anaknya dengan baik dan terus memastikan agar mereka secara masuliyah mentalnya sehat, kuat dan tabah serta berada dalam lingkup kedisplinan dan keyakinan yang baik akan masa depan. Kita juga harus tetap memberikan kasih sayang dan bimbingan dalam segala hal.