Konten dari Pengguna

Gambaran Lembaga Zakat di Ramadan Tahun Ini

Akademizi
Akademizi lahir dari sebuah visi besar yang ingin mendorong kemajuan gerakan filantropi Islam sekaligus mampu menjadi inspirasi bagi gerakan kebajikan dan pemberdayaan umat.
21 April 2025 16:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akademizi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Nana Sudiana (Dok Akademizi)
zoom-in-whitePerbesar
Nana Sudiana (Dok Akademizi)
ADVERTISEMENT
Oleh: Nana Sudiana, Direktur Akademizi
Ramadan tahun ini kembali menjadi momen penting bagi lembaga zakat menunjukkan kapasitas terbaiknya. Di tengah tantangan ekonomi yang masih melambat dan berbagai dinamika sosial yang berkembang, lembaga zakat dituntut untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga tampil sebagai solusi nyata atas beragam persoalan masyarakat, khususnya dalam membantu kaum dhuafa, fakir, dan miskin. Beberapa gambaran yang memperlihatkan kinerja lembaga zakat Ramadan tahun ini:
ADVERTISEMENT
Pertama, kinerja lembaga zakat secara umum. Alhamdulillah, selama bulan Ramadan tahun ini, secara umum lembaga zakat di Indonesia mampu menunjukkan performa yang cukup baik. Meski tentu ada variasi antar lembaga, mayoritas tetap dapat menjalankan programnya dengan efektif. Ratusan ribu penerima manfaat merasakan langsung manfaat dari dana zakat, infak, dan sedekah yang dihimpun. Mulai dari distribusi paket pangan, santunan untuk anak yatim, bantuan usaha mikro, hingga layanan kesehatan gratis.
Capaian ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi pelambatan ekonomi, kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat tetap kuat. Ramadan menjadi ajang pembuktian bahwa lembaga zakat adalah mitra masyarakat dalam menyalurkan kepedulian, sekaligus lembaga sosial yang mampu bekerja secara sistematis, terukur, dan transparan.
Kedua, tantangan nyata lembaga zakat. Ada catatan penting yang perlu disadari. Tidak semua lembaga zakat mampu mencapai target penghimpunan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Sejumlah lembaga bahkan mengalami penurunan cukup signifikan. Tantangan ekonomi, seperti penurunan daya beli masyarakat, inflasi, dan ketidakpastian makro ekonomi, turut berdampak pada perilaku donasi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Bagi lembaga yang kurang siap atau belum melakukan adaptasi strategi secara cepat, Ramadan justru menjadi cermin ketertinggalan. Maka, tahun ini memperlihatkan ketimpangan kinerja yang makin mencolok antara lembaga yang siap dengan strategi digital, data base yang kokoh, dan eksekusi tim yang tangguh—dengan lembaga yang masih berjalan secara konvensional dan reaktif.
Ketiga, pilar keberhasilan lembaga zakat. Dari pengamatan dan pengalaman saya selama ini dalam mengelola lembaga zakat selama Ramadan ada tiga faktor utama yang membedakan lembaga zakat yang sukses dan yang tertinggal.
1. Strategi yang matang dan eksekusi yang kuat. Lembaga-lembaga yang berhasil umumnya memiliki perencanaan yang jauh-jauh hari disiapkan, menyasar segmen donatur yang jelas, serta menyajikan narasi yang kuat di kanal digital maupun konvensional.
ADVERTISEMENT
2. Pengelolaan data dan CRM (Customer Relationship Management) yang efektif. Dengan data donatur yang tertata rapi dan sistematis, mereka bisa mempersonalisasi pesan, mempererat hubungan emosional dengan donatur, dan meningkatkan loyalitas dalam berzakat maupun berinfak.
3. Jam terbang dan pengalaman dalam mengelola Ramadan. Mereka yang telah berkali-kali menghadapi fluktuasi ekonomi, dinamika sosial, maupun perubahan kebiasaan donatur, cenderung lebih lincah dalam beradaptasi dan mengambil langkah cepat.
Keempat, faktor internal. Yang menarik, keberhasilan Ramadan lebih banyak ditentukan oleh kekuatan internal lembaga itu sendiri ketimbang faktor eksternal. Memang, kondisi ekonomi nasional memberi pengaruh, namun keberhasilan sejati datang dari sejauh mana lembaga mampu merancang, mengeksekusi, dan mengevaluasi program Ramadan secara menyeluruh.
Hubungan yang baik dengan stakeholder, kesiapan relawan, sinergi dengan media, hingga kapasitas teknologi yang digunakan—semua menjadi elemen penting yang tak bisa diabaikan. Ramadan adalah ‘kompetisi sehat’ antar lembaga untuk menunjukkan siapa yang paling siap dan mampu dipercaya.
ADVERTISEMENT
Kelima, Ramadan sebagai ajang ujian. Ramadan bukan sekadar momen penggalangan dana, tetapi juga ajang validasi sosial atas keberadaan lembaga zakat di tengah masyarakat. Masyarakat tidak hanya menyalurkan donasi, mereka juga menilai, mengamati, dan mempertimbangkan apakah lembaga yang mereka pilih benar-benar memberikan dampak nyata.
Lembaga zakat yang mampu menjaga integritas, menunjukkan profesionalisme, dan memberikan pelayanan yang prima—akan terus mendapatkan kepercayaan dan dukungan. Sebaliknya, lembaga yang abai terhadap transparansi dan inovasi perlahan-lahan akan ditinggalkan.
Ramadan tahun ini memberi banyak pelajaran. Bagi lembaga zakat, inilah saatnya untuk melakukan refleksi mendalam dan bertransformasi. Di era digital dan tantangan ekonomi seperti saat ini, pengelolaan zakat tidak bisa lagi dilakukan secara biasa-biasa saja.
Butuh strategi yang adaptif, penguatan teknologi, pengelolaan data yang akurat, dan tentunya semangat kolaborasi. Dengan modal itu semua, insya Allah lembaga zakat di Indonesia akan terus tumbuh menjadi pilar penting dalam pembangunan sosial masyarakat yang adil dan sejahtera.
ADVERTISEMENT