Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Mendidik Spirit Amil ke Anak
14 Oktober 2024 11:49 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Akademizi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi)
Di manapun bumi di pijak, menjadi orangtua yang didengar dan diperhatikan nasihatnya oleh anak-anaknya sendiri tentu saja membanggakan. Lebih dalam lagi kebanggaan ini, manakala anak-anaknya mampu meneruskan spirit dan perjuangan orang tuanya yang berjuang di dunia amil zakat.
ADVERTISEMENT
Anak-anak para amil, tak cukup harus menuruti nasihat orang tuanya. Mereka juga harus tahu dan mengerti apa pekerjaan orang tuanya juga tujuan akhir yang ingin dicapai dalam hidupnya.
Untuk menguatkan konsep pengasuhan dan pendidikan agar spirit amil masuk ke dalam jiwa seorang anak, sejak dini perlu melibatkan anak dalam beragam kegiatan orang tua. Kegiatan ini diharapkan menumbuhkan habbit yang positif bagi diri anak serta akan membentuk konsep diri yang menyatu dengan apa yang dikerjakan orang tua.
Dengan begitu, tak perlu banyak nasihat dan arahan yang harus diberikan, cukup dengan interaksi langsung, maka transfer budaya dan keterampilan bisa secara otomatis terjadi. Di luar itu, tentu saja masih diperlukan doa-doa yang tak putus dari kita, para orang tua untuk kebaikan dan keberhasilan hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Ada setidaknya tiga manfaat penting manakala para amil melibatkan anak-anaknya sejak dini dalam kegiatan keseharian sebagai seorang amil, baik saat di kantor maupun Ketika di lapangan. Ketiga manfaat itu adalah: Pertama, anak akan mendapatkan teladan yang baik untuk proses identifikasi perannya kelak dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat; Kedua, rasa kagum atau adoration anak terhadap orang tuanya akan semakin membuka komunikasi yang baik antara anak dengan orang tua, sehingga hubungan bertambah erat; dan Ketiga, anak belajar cara-cara berinteraksi sosial yang lebih luas terhadap orang lain. Hal ini muncul karena saat anak bangga dan mengapresiasi apa yang telah dilakukan orang tuanya, ia juga belajar menghargai serta berempati atas peran orang lain.
Orang tua yang dibanggakan anak-anaknya, tak melulu soal harta dan fasilitas. Mereka pada dasarnya akan membanggakan orang tuanya bila mereka diperhatikan kebutuhannya dan diberikan kasih sayang yang cukup. Dengan mengajak anak untuk tahu dan terlibat pekerjaan orang tuanya, hal ini sebenarnya memberi contoh bagaimana cara menjalani kehidupan sebagai seorang amil dengan dinamikanya.
ADVERTISEMENT
Cara ini adalah cara positif agar anak memahami apa yang dikerjakan orang tua untuk dirinya, termasuk pula untuk orang lain yang bahkan tidak dikenal sebelumnya. Di masa yang akan datang, rasa bangga anak yang merasakan perjuangan dan kasih sayang dari orang tuanya itu akan berkembang menjadi motivasi untuk bisa bekerja keras, peduli pada sesama dengan tidak melupakan jalan sukses menuju cita-cita yang diharapkan.