Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
5 Hal di Ekuador yang Terasa 'Indonesia Banget'
6 Juli 2018 19:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Robby Achirul tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi orang Indonesia kebanyakan, nama Ekuador bisa jadi terasa sangat asing. Untuk mencapai negeri asal Antonio Valencia, bek sayap Manchester United ini, dari Jakarta harus ditempuh 28 jam penerbangan sejauh 20.000 km.
ADVERTISEMENT
Dengan jarak jauh dan karakteristik budaya Amerika Selatannya yang kental, harusnya kita kesulitan menemukan kekhasan Indonesia di Ekuador. Tapi jangan salah, ternyata di Ekuador ada juga hal-hal yang mirip atau bahkan sama persis dengan yang ada di Indonesia. Tidak percaya? Silakan baca tulisan ini sampai selesai.
1. Nama
Hal pertama yang langsung saya sadari begitu tiba di Ekuador, ternyata cukup banyak orang Ekuador memiliki nama persis atau mirip orang Indonesia. Misalnya pengemudi kantor bernama Ismail. Walaupun, nama pendeknya bukan Mail, melainkan Isma.
Saya juga menemukan orang-orang dengan nama Fatima (tanpa h), Salma (juga tanpa h) dan Elvira (jadi ingat Elvira Nasution). Ada juga mantan Presiden Ekuador yang bernama Jamil, tapi karena dalam bahasa setempat (Spanyol) huruf “j” dibaca “h”, jadi agak geli juga memanggil orang dengan nama tersebut.
Nama yang paling berkesan bagi saya adalah Andina. Saya tidak tahu artinya dalam bahasa Indonesia, tapi di Ekuador Andina berarti “dia yang berasal dari kawasan pegunungan Andes”. Nama ini saya sematkan untuk putri tercinta kami yang lahir di Quito, ibu kota Ekuador.
ADVERTISEMENT
2. Bajaj
Sama sekali tak terbayangkan menemukan bajaj di Ekuador, yang saya pikir hanya ada di Indonesia atau negara asalnya India. Bajaj ini bisa ditemukan beroperasi di kawasan wisata pantai populer dengan tarif terjangkau US$ 1 untuk jarak dekat.
Tentunya saya tidak menyia-nyiakan kesempatan bernostalgia dengan bajaj ala Ekuador, pastinya tanpa hiruk pikuk dan kesemrawutan lalu lintas Jakarta.
3. Kerupuk Kedelai
Dasar orang Indonesia, makan makin lahap kalau pakai kerupuk. Tapi di Ekuador makannya pakai kerupuk apa? Ada sih kerupuk kulit yang sering bikin istri ngiler, tapi dibuatnya bukan dari kulit sapi dan tentunya tidak boleh dimakan Muslim.
Untungnya istri saya menemukan chicharron de soya atau kerupuk kedelai di pasar lokal, yang bentuk dan rasanya memang mirip kerupuk kedelai di tanah air sampai-sampai bikin ketagihan.
ADVERTISEMENT
4. Baju Koko
Meski penduduknya mayoritas Kristen (92%) dan populasi Muslim hanya 2.000 orang, namun kami tidak pernah kesulitan beribadah di Ekuador. Memang hanya ada 2 masjid saja di Quito. Namun, masjid itu letaknya relatif terjangkau. Orang Ekuador pun sangat toleran dengan Muslim.
Untuk urusan pakaian muslim, ternyata sangat mudah menemukan Guayabera atau baju koko di pasar kerajinan setempat. Memang sih hanya kami saja yang menyebutnya baju koko, karena sejatinya semenjak tahun 1800-an Guayabera dikenal sebagai baju khas Amerika Selatan yang sekarang biasanya dipakai menghadiri pernikahan atau acara resmi.
Guayabera memiliki desain bercirikan aksen bordiran khas Andes berwarna cerah, dan biasanya dijual mulai dari US$ 20 di pasar kerajinan Ekuador. Karena bentuknya mirip baju koko, saya tidak canggung menggunakannya ke mesjid, bahkan sewaktu pulang ke Indonesia saya membawa beberapa untuk dibagikan sebagai baju koko "alternatif" ke saudara-saudara.
ADVERTISEMENT
5. Ogoh ogoh
Di Indonesia ogoh-ogoh menyerupai wujud patung seram yang digunakan dalam ritual keagamaan Hindu. Ia merupakan representasi roh buruk yang diarak dan dibakar menjelang malam perayaan Nyepi.
Pembakaran ini adalah simbol upaya manusia untuk menyingkirkan sifat buruk menuju pribadi yang lebih baik. Kini ogoh-ogoh juga dibuat menyerupai karakter atau tokoh-tokoh terkenal.
Masyarakat Ekuador juga mengenal konsep mirip ogoh-ogoh, yaitu El Viejo yang dibuat menyerupai raksasa, tokoh super hero, atau tokoh politik.
El Viejo dibakar pada malam tahun baru sebagai representasi dibuangnya kenangan dan hal-hal buruk yang sudah berlalu, dan menyambut datangnya harapan baru yang lebih baik.
Demikian beragam hal yang saya temukan di Ekuador yang justru mengingatkan saya akan Indonesia, dan sedikit banyak menjadi pelipur rindu kami akan tanah air nun jauh disana.
ADVERTISEMENT