Konten dari Pengguna

Mispersepsi Daun Koka dan Inspirasi Coca Cola

27 Juli 2018 23:11 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Robby Achirul tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
 Mispersepsi Daun Koka dan Inspirasi Coca Cola
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Matahari yang meninggi mengiringi langkah kami menelusuri Plaza Grande. Hari ini saya mendampingi tamu menyambangi alun-alun di depan istana Presiden Ekuador ini. Ditengah ramainya kerumunan turis disekitar, seorang gading semampai menyeruak ke arah kami. “Hojas de coca mi jefe” (daun kokanya bosku) serunya sambil menyorongkan beragam bungkusan daun koka.
ADVERTISEMENT
Andai ini Jakarta, mungkin si ‘mbak’ bakal diviralkan dengan tajuk ‘pedagang daun kokain cantik’. Karena orang kebanyakan mengasosiasikan daun koka sebaga bahan baku kokain. Tapi di Ekuador daun koka biasa ditemukan di pasar atau kawasan wisata. Bahkan daun koka di ekspor ke berbagai negara sebagai bahan baku anestesi operasi telinga, hidung dan tenggorokan (THT).
Mispersepsi
Sejak maraknya serbuan kokain dari Amerika Selatan khususnya ke Amerika di tahun 1980-an, daun koka dipersepsikan negatif. Padahal meski digunakan sebagai bahan dasar kokain, daun koka tidak membahayakan jika dikonsumsi dalam bentuk aslinya. Kokain dihasilkan lewat proses rekayasa kimia yang panjang dan untuk menghasilkan 1kg kokain saja dibutuhkan 300kg daun koka.
Bagian budaya Andes
ADVERTISEMENT
Daun koka hanya tumbuh di kawasan pegunungan Andes dan sebagian Amazon, terutama Kolombia, Ekuador, Peru dan Bolivia. Selama ribuan tahun bangsa Inka menggunakan daun koka sebagai bumbu masak, obat dan teh. Daun koka mengandung potasium, phosporus, protein serta vitamin BI, B2, C dan E sehingga bagus untuk menstimulus stamina. Di masa-masa sulit, orang inka biasa menguyah gumpalan daun koka untuk mengusir rasa lapar. Bahkan petinggi kerajaan Inka dihargai jasanya oleh Raja dengan hadiah daun koka.
Asal nama Coca Cola
John Pemberton di tahun 1885, memakai ekstrak daun koka untuk membuat Coca Cola sehingga mengandung sedikit unsur kokain. Bahkan nama Coca Cola pun terinspirasi dari daun tersebut. Belakangan di tahun 1929 Coca Cola dinyatakan sudah tidak mengandung unsur kokain, meski masih dibuat dengan ekstrak daun koka. Kini 1,9 milyar gelas Coca Cola terjual tiap hari di seluruh dunia, dan Coca Cola tiap tahun mengimpor 100 ribu ton lebih daun koka dari Amerika Selatan.
ADVERTISEMENT
Dimasa kini, wisatawan asing di Quito (2.850m), ibukota Ekuador biasa dianjurkan minum teh koka untuk menetralkan sesak nafas, lelah atau pusing akibat oksigen tipis di ketinggian (high altitude sickness). Di negara-negara kiblat kuliner Amerika Latin seperti Peru, penggunaan daun koka semakin digalakkan. Di Kolombia daun koka dikampanyekan sebagai super food karena manfaatnya untuk kesehatan.
Kembali ke kisah diatas, akhirnya saya membeli satu paket daun koka untuk diseduh di rumah. Sedangkan tamu saya lebih tertarik selfie sama si mbak-nya.
Minum teh koka dulu bosku...