Pengalaman dan Pelajaran dari Dolarisasi Ekuador

Konten dari Pengguna
13 Juli 2018 17:14 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Robby Achirul tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengalaman dan Pelajaran dari Dolarisasi Ekuador
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pelemahan rupiah akhir-akhir ini menimbulkan keresahan di masyarakat yang memimpikan mata uang yang kuat. Mengapa? Jawabannya sederhana, ada asumsi jika mata uang kuat, maka sembako bisa murah, lapangan kerja melimpah, ekonomi meroket. Benarkah demikian? Mari tengok pengalaman Ekuador, yang menggunakan dolar AS sebagai mata uangnya.
ADVERTISEMENT
Ekuador seperti Indonesia pada akhir 1990-an mengalami krisis ekonomi parah. Jika saat itu nilai rupiah anjlok 400%, maka mata uang Ekuador, sucre, malah lebih parah. Sucre menukik sampai 800% dengan inflasi mendekati 100%. Akibatnya pada tahun 2000, Ekuador mengadopsi dolar AS untuk mencegah keruntuhan ekonominya.
Awalnya adopsi dolar AS berdampak buruk pada turunnya nilai riil pendapatan dan tabungan masyarakat. Namun, kini ekonomi Ekuador jauh membaik, sehingga Venezuela sekarang disarankan mengikuti langkah Ekuador mengadopsi dolar AS. “Dolarisasi bisa jadi satu-satunya jawaban untuk Venezuela” menurut ekonom kenamaan Joseph Stiglitz .
Keuntungan Mata Uang Kuat
1. Murahnya impor
Dengan penggunaan dolar AS maka masyarakat Ekuador memiliki keuntungan dapat membeli barang-barang impor dengan harga terjangkau, khususnya dari negara-negara yang mata uang lokalnya melemah terhadap dolar AS, seperti Peru dan Kolombia.
ADVERTISEMENT
2. Meminimalisir resiko inflasi
Karena penggunaan dolar AS yang cenderung terus menguat nilainya dibandingkan negara-negara di sekitarnya, pada tahun 2017 tingkat inflasi Ekudor rata-rata mendekati 0%, sehingga menjadi negara dengan inflasi terendah di kawasan Amerika Selatan.
Kerugian Mata Uang Kuat
1. Menurunnya daya saing ekspor
Karena penguatan dolar AS, maka nilai barang dan komoditas ekspor Ekuador menjadi lebih mahal dibanding dengan negara-negara seperti Peru, Kolombia, Chile yang mata uang lokalnya melemah terhadap dolar AS. Ini diakibatkan faktor-faktor produksi seperti bahan baku dan tenaga kerja lokal semuanya dibayar dengan dolar AS.
2 .Ketidakmampuan mengatur sektor moneter
Karena menggunakan mata uang negara lain, maka Bank Sentral Ekuador tidak memiliki kewenangan untuk mengatur kebijakan moneter. Hal ini bisa menjadi kelemahan serius, karena misalnya jika terjadi kelesuan ekonomi, Ekuador tidak bisa menggenjot daya beli masyarakat dengan mencetak uang baru atau merendahkan tingkat suku bunga bank.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pengalaman Ekuador dapat disimpulkan bahwa mata uang yang kuat tidak selalu berdampak positif, namun yang diperhatikan adalah bagaimana suatu negara dapat menjaga nilai mata uangnya pada tingkat yang tepat.