Konten dari Pengguna

Sebongkah Emas di Pinggir Jalan Kosambi

Suryatama
Mahasiswa di Universitas Padjadjaran
22 Juni 2022 20:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suryatama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pedagang emas di pinggir Jalan Kosambi. Sumber: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang emas di pinggir Jalan Kosambi. Sumber: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Selayaknya pasar besar pada umumnya, Pasar Kosambi diisi dan dikelilingi oleh banyak pedagang, mulai dari pedagang tekstil, makanan, mainan, hingga tak ketinggalan toko emas juga turut mengerumuni pasar ini.
ADVERTISEMENT
Namun, ada pemandangan yang menarik di toko emas sekitar Pasar Kosambi. Di depan toko emas itu, terlihat banyak pedagang emas kecil dengan etalase kayu sederhana yang bersedia membeli emas yang ditawarkan oleh penjual.
Tak hanya satu ataupun dua, pedagang emas pinggiran ini berjejer di sepanjang trotoar Jalan Kosambi. Orang yang datang menjual emas di pinggiran seperti ini biasanya datang setelah gagal menemukan kata sepakat dengan toko emas. Meskipun begitu, toko emas pun tak masalah dengan kehadiran pedagang kecil ini karena mereka memiliki target pasar yang cukup berbeda walaupun sama-sama membeli emas.

"Soalnya kita berani [menaruh] harga lebih tinggi"

Salah seorang penjual emas pinggir jalan di Kosambi adalah Iman. Iman telah melakukan jual-beli emas sejak tahun 2004. Menurutnya, kelebihan dari pedagang emas pinggiran adalah berani menaruh harga yang lebih tinggi ketimbang toko emas, meskipun toko emas menjanjikan sertifikasi dan pencatatan yang lebih baik. Namun, tetap ada saja yang menjual emas pada Iman untuk mendapatkan rupiah yang lebih melimpah.
ADVERTISEMENT
Iman dan pedagang emas pinggiran lainnya juga berani menawar harga yang lebih tinggi untuk emas lama yang biasanya ditawar tidak jauh dari harga beli oleh toko emas.
Hal serupa juga diceritakan oleh Adin. Pria yang telah berdagang emas sejak enam tahun terakhir ini mengatakan, untuk menjual emas di pinggir jalan tidak memerlukan syarat kelengkapan sertifikat atau surat. Oleh sebab itu, mereka berani menawar dengan harga lebih tinggi.
Meskipun begitu, Adin juga mempersiapkan perlengkapannya sendiri, seperti timbangan emas dan air keras yang dipakai untuk menguji keaslian emas yang akan dibelinya dengan cara digosok-gosokkan pada emasnya.
Adin menerima penjualan emas yang sudah rusak ataupun patah yang biasanya lebih sulit untuk dijual di toko emas. Setelah membeli emas dari penjual, Adin tak langsung menjualnya kembali. Dia harus membawa emas perolehan hari itu untuk dilebur dengan alat yang dimilikinya di rumah, kemudian dijual ke bandar.
ADVERTISEMENT
Hari-hari Adin hanya diisi dengan menunggu orang yang ingin menjual emas sambil melihat kabar terbaru harga emas Antam di internet. Adin selalu ingin up-to-date, meskipun bisnisnya hanya bisnis di pinggir jalan.
Namun, tak setiap hari orang ingin menjual emas kepada pedagang seperti Iman dan Adin. Terkadang, mereka baru mendapat orang yang menjual emas setelah tiga hari bahkan Adin pernah tak mendapat penjual hingga tiga bulan.
Adin tetap setia pada trotoar Kosambi dengan suka dan dukanya sebagai pedagang emas pinggiran. Setiap hari dia selalu duduk di kursinya di balik etalase mini dari kayu, meskipun tak ada jaminan akan ada penjual. "Memang pilihan pekerjaannya begini," pungkas Adin dalam bahasa Sunda sambil menyeruput kopinya.
ADVERTISEMENT