Konten dari Pengguna

Melimpah Namun Sulit Didapatkan: Krisis Air Bersih di Musim Hujan

Achmad Danang Satria (Environmental Engineering)
Bachelor of Environmental Engineering, Universitas Airlangga. Focused on environmental management with aspirations to serve as a civil servant in the Environmental Agency.
7 Desember 2024 15:38 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Achmad Danang Satria (Environmental Engineering) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gambar air yang tercemar limbah (sumber; pexels
zoom-in-whitePerbesar
Gambar air yang tercemar limbah (sumber; pexels
Menurut data BMKG, awal musim hujan di Indonesia bervariasi, dimulai dari wilayah barat Sumatera pada Agustus 2024 dan perlahan menyebar ke wilayah timur hingga Desember 2024. Sebagian besar wilayah memasuki musim hujan pada Oktober hingga November 2024. Namun, alih-alih menjadi solusi, awal musim hujan kerap memperparah krisis air bersih di beberapa daerah. Hujan yang turun dengan intensitas rendah tidak mampu memulihkan sumber air yang kering akibat kemarau panjang. Situasi ini diperburuk oleh limpasan air hujan yang mencemari sumber air bersih. Salah satu contoh nyata terjadi di Kabupaten Banyumas pada Oktober lalu, di mana ribuan warga masih bergantung pada bantuan air bersih meski hujan telah mulai turun. Rendahnya pemahaman masyarakat tentang pengelolaan air hujan sebagai sumber air alternatif menjadi salah satu penyebab utama. Air hujan yang seharusnya dapat dimanfaatkan justru terbuang sia-sia tanpa sistem penampungan atau pengolahan yang memadai.
ADVERTISEMENT
FAKTOR KRISIS AIR BERSIH
● Polusi Air
Polusi air adalah masalah lingkungan yang serius, terutama di daerah perkotaan dan kawasan industri. Air hujan, yang seharusnya menjadi sumber air bersih, malah menjadi media transportasi bagi berbagai limbah. Limbah domestik seperti detergen, sisa makanan, dan kotoran rumah tangga, serta sampah plastik dan organik, terbawa aliran air hujan menuju sungai, danau, ataupun waduk. Selain itu, polutan industri seperti logam berat, bahan kimia beracun, dan residu minyak juga dapat larut atau terbawa dalam air hujan, mencemari sumber air baku yang semestinya dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.
● Pembuangan Limbah Sembarangan
Kebiasaan masyarakat membuang limbah domestik, seperti sampah rumah tangga, plastik, dan limbah dapur, serta limbah industri ke sungai atau saluran air, memberikan dampak signifikan terhadap kualitas air. Perilaku ini tidak hanya mencemari air secara langsung, tetapi juga dapat mempercepat proses degradasi lingkungan, terutama ketika hujan deras mengguyur. Air hujan sering kali mempercepat aliran limbah ke sungai, danau, atau sumber air lainnya, sehingga dapat menciptakan pencemaran skala besar
ADVERTISEMENT
• Kepadatan Penduduk
Wilayah dengan populasi penduduk yang padat sering kali menghadapi masalah dalam penyediaan dan pengelolaan sumber daya air. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, permintaan terhadap air bersih untuk keperluan rumah tangga, industri, dan pertanian semakin besar. Namun, sering kali infrastruktur pengelolaan air di daerah tersebut tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Akibatnya, sumber air lokal seperti sungai, danau, atau sumur tidak dapat lagi mencukupi pasokan air yang dibutuhkan oleh masyarakat.
● Kerusakan Hutan
Menurut Bappenas, kerusakan hutan menjadi pemicu kelangkaan air baku. Pulau-pulau seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, yang memiliki tutupan hutan rendah, sangat rentan terhadap kekeringan dan kualitas air yang buruk. Tutupan hutan yang hilang mengurangi daya resapan air hujan dan menyebabkan aliran air permukaan yang membawa polutan.
ADVERTISEMENT
DAMPAK KRISIS AIR BERSIH
● Masalah Kesehatan
Krisis air bersih menjadi pemicu utama bagi berbagai masalah kesehatan di banyak daerah, terutama di wilayah dengan keterbatasan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang memadai. Ketika kualitas air tercemar, terutama oleh limbah domestik dan industri, serta air yang tidak diolah dengan benar, risiko penyebaran penyakit pun dapat meningkat,seperti penyakit Diare,Kolera dan yang lainnya.
● Penurunan Kondisi Lingkungan
Penurunan kondisi lingkungan menjadi salah satu akibat serius dari kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh pencemaran air, baik dari limbah domestik maupun industri. Limbah rumah tangga yang mengandung bahan kimia, sampah organik, plastik, serta limbah industri yang terdiri dari logam berat, bahan beracun, dan senyawa kimia lainnya mencemari badan air seperti sungai, danau, dan laut. Kerusakan ekosistem akibat pencemaran ini tidak hanya menurunkan kualitas sumber daya air, tetapi juga mengancam kelangsungan hidup banyak spesies yang bergantung pada ekosistem air bersih.
ADVERTISEMENT
● Bencana Kelaparan
Kekurangan air bersih dapat berdampak langsung pada sektor pertanian, menghambat produksi pangan, dan meningkatkan risiko kekurangan pangan di wilayah tertentu.
SOLUSI YANG DAPAT DILAKUKAN
• Peningkatan Pengelolaan Limbah dan Polusi Air
Mengembangkan sistem pengelolaan limbah yang terintegrasi dapat mencegah pencemaran sumber air, dengan pengolahan limbah domestik dan industri secara efisien. Edukasi masyarakat mengenai dampak pembuangan limbah sembarangan juga penting, misalnya dengan mengadakan kampanye untuk tidak membuang sampah sembarangan dan menyediakan tempat sampah yang memadai di setiap Kawasan yang terdampak.
• Pemanfaatan Teknologi Rainwater Harvesting
Teknologi rainwater harvesting atau pemanenan air hujan adalah cara untuk mengumpulkan dan menyimpan air hujan untuk berbagai kebutuhan, seperti Sanitasi, Pertanian, Peternakan, Pengelolaan lingkungan. Contoh tindakan yang dapat dilakukan adalah memasang sistem penampungan air hujan di rumah atau fasilitas umum, serta mengadakan pelatihan bagi masyarakat untuk memanfaatkan air hujan dengan aman setelah melalui proses penyaringan.
ADVERTISEMENT
• Rehabilitasi dan Perlindungan Hutan
Memperluas tutupan hutan untuk meningkatkan daya serap air dan kualitas sumber air baku sangat penting dalam mencegah banjir dan kerusakan ekosistem. Tindakannya meliputi menanam pohon di daerah yang rawan deforestasi dan meningkatkan patroli untuk mencegah penebangan hutan ilegal di kawasan hutan lindung.
• Penguatan Infrastruktur Air
Memperbaiki jaringan distribusi air bersih dan meningkatkan instalasi pengolahan air akan memastikan pasokan air yang cukup dan aman bagi masyarakat. Contoh tindakannya adalah memperbaiki pipa distribusi air bersih di kawasan padat penduduk dan membangun instalasi pengolahan air ramah lingkungan yang efisien di daerah yang kekurangan akses air.
Krisis air bersih di musim hujan disebabkan oleh kelalaian masyarakat dalam mengelola air hujan dan minimnya pengetahuan tentang pemanfaatan air hujan sebagai sumber air alternatif. Pembuangan limbah sembarangan dan polusi air semakin memperburuk kondisi ini. Namun, dengan peningkatan kesadaran, edukasi masyarakat, dan penerapan teknologi rainwater harvesting, ada harapan untuk mengelola air hujan dengan lebih baik, mengurangi pencemaran, dan memastikan ketersediaan air bersih yang cukup bagi masyarakat
ADVERTISEMENT