Konten dari Pengguna

Harga Beras Melambung Tinggi, Sampai Kapan?

achmad fahad
Achmad Fahad bekerja sebagai seorang pedagang dan di sela kesibukannya terus berusaha menghasilkan karya tulis berupa cerpen, puisi, serta artikel opini. Pernah mengenyam pendidikan sampai Diploma satu jurusan Manajemen Perhotelan Univ Brawijaya.
5 Agustus 2024 14:09 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari achmad fahad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Akhir-akhir ini masyarakat kembali dipusingkan dengan melambungnya harga beras di pasaran. Saat ini harga beras terus merangkak naik dan sepertinya belum akan berhenti dalam waktu dekat. Kenaikan harga beras yang gila-gilaan di tengah lesunya daya beli masyarakat golongan menengah ke bawah tentu saja menyebabkan terjadinya guncangan atau kontraksi ekonomi.
ADVERTISEMENT
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan tingginya harga beras di pasaran telah menyebabkan terjadinya inflasi yang kini telah berada di angka 13,76% (yoy) pada bulan Agustus 2023. Inflasi yang terjadi pada bulan Agustus ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2015.
Jika kenaikan harga beras di pasaran terus merangkak naik dan tanpa disertai dengan upaya yang serius dari pemerintah untuk segera menstabilkan kembali harga beras demi meredam gejolak yang akan mengikutinya. Dikhawatirkan dalam waktu dekat kenaikan harga beras yang tidak terkendali ini bisa memicu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok lainnya yang akan dibarengi dengan naiknya inflasi yang semakin tinggi.
Keadaan saat ini bisa menjadi indikasi awal akan terjadinya krisis pangan yang sewaktu-waktu bisa berubah menjadi krisis ekonomi dan bisa berdampak sangat serius bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Saat ini fundamental ekonomi Indonesia sebagian besar masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Jika masyarakat sudah tidak mampu lagi membeli beras yang harganya terus melambung tinggi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pada saat itulah sektor konsumsi rumah tangga akan langsung menurun drastis atau bahkan berhenti sama sekali, dan kondisi ini akan menjalar ke sektor lainnya sehingga akan menimbulkan efek domino bagi perekonomian Indonesia.
ADVERTISEMENT
Situasi yang tengah dihadapi oleh pemerintah saat ini terasa semakin rumit, manakala Indonesia sedang memasuki tahun-tahun politik yang di mana tensinya sudah mulai terasa meninggi dan memanas. Keadaan yang terjadi saat ini juga diperparah dengan situasi geopolitik global yang penuh dengan ketidakpastian, ketegangan, serta gejolak―mulai dari krisis di Ukraina yang sampai sekarang masih terus memanas, adanya ketegangan di Laut Cina Selatan yang melibatkan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara, belum lagi ketegangan antara Cina dan Taiwan yang sewaktu-waktu bisa berubah menjadi perang terbuka yang pasti memiliki dampak sangat serius bagi perekonomian global.
Pemerintah dalam waktu dekat ini sepertinya masih belum bisa untuk segera menstabilkan harga beras di pasaran. Mengingat situasi di dalam negeri sendiri terdapat begitu banyak masalah yang tengah membelit, dan salah satunya ada di sektor pangan. Mulai dari naiknya harga gabah kering giling (GKG) di petani karena disebabkan sedikitnya hasil panen, mengingat bulan September ini telah melewati masa panen raya yang biasanya terjadi pada bulan Februari dan Maret.
ADVERTISEMENT
Adanya fenomena El Nino yang mengakibatkan musim kemarau tahun ini lebih panas dan lebih lama dari tahun-tahun sebelumnya. Dampaknya ialah banyak dari lahan persawahan yang mengalami kekeringan ekstrem karena tidak mendapatkan cukup air untuk irigasi dan akibatnya terjadilah gagal panen di berbagai wilayah. Dengan banyaknya lahan persawahan yang mengalami gagal panen, otomatis ketersediaan beras di dalam negeri juga akan semakin berkurang. Dan ini akan membuat harga beras akan terus mengalami kenaikan secara signifikan.
Untuk mengatasi kenaikan harga beras di dalam negeri yang semakin tidak terkendali ini. Pemerintah dalam waktu dekat berencana akan membuka kembali kran impor beras dari luar negeri terutama dari India, Kamboja, dan Thailand untuk dapat segera menstabilkan harga beras di dalam negeri. Akan tetapi, rencana dari pemerintah tersebut nampaknya akan mengalami hambatan yang serius dan sepertinya belum dapat terwujud dalam waktu dekat.
ADVERTISEMENT
Mengingat, beberapa negara produsen beras dunia seperti India telah lebih dulu mengumumkan akan menutup pintu ekspor berasnya dan lebih mengutamakan untuk mencukupi kebutuhan di dalam negerinya. Pemerintah dalam situasi genting seperti sekarang ini harus bisa melobi negara-negara produsen beras lainnya di kawasan Asia Tenggara agar bersedia membuka kran ekspornya supaya kebutuhan beras di dalam negeri dapat segera tercukupi, dan kenaikan harga beras yang telah memberatkan masyarakat dapat segera diturunkan kembali.
Berdasarkan dari data yang dikeluarkan oleh BPS, saat ini kebutuhan beras nasional untuk periode Januari-September 2023 diproyeksikan meningkat tajam, mencapai 22,89 juta ton. Dan stok beras nasional saat ini, dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) per-28 Agustus 2023 sebesar 1,54 juta ton.
ADVERTISEMENT
Dari data yang telah disampaikan, terlihat jelas bahwa saat ini Indonesia masih mengalami defisit stok beras yang sangat signifikan. Jika kekurangan stok beras dalam negeri masih belum bisa terpenuhi dalam waktu dekat ini. Bisa dipastikan kenaikan harga beras di pasaran akan terus terjadi bahkan hingga sampai akhir tahun 2023.
dokumen pribadi