Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Produk Kerajinan Lokal Menuju Pasar Internasional
8 Desember 2017 7:20 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
Tulisan dari Achmad Humaidy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan pola pikir kreatif yang pesat memicu inovasi yang terbangun untuk mengaplikasikan konsep desain ke dalam produk-produk yang bisa digunakan sehari-hari. Dengan demikian nilai ekonomi dari hal yang sederhana bisa menjadi semakin tinggi karena ada pembaharuan yang variatif. Ini menjadi suatu daya tarik untuk keberlanjutan industri ekonomi kreatif.
ADVERTISEMENT
Kabupaten Belu di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang masih tertinggal dibanding kota-kota lain di wilayah Indonesia bagian timur memiliki segala macam potensi dan kesempatan tersebut yang dapat dikembangkan menjadi sesuatu bernilai ekonomis. Kondisi ini memungkinkan kita untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada menjadi produk bernilai tinggi, seperti bambu yang bisa diukir atau daun lontar yang bisa dianyam
Kolaborasi bersama yang dilakukan oleh Tim IKKON (Inovasi dan Kreasi melalui Kolaborasi Nusantara) sebagai program dari Badan Ekonomi Kreatif (BeKraf) Republik Indonesia memiliki kekuatan maksimal sebagai pendorong untuk pergerakan kreativitas berbasis ekonomi lokal yang mandiri. Kesiapan produk ditunjang dengan persediaan budidaya bahan dasar bertumpu pada pembaharuan dan daya cipta yang sudah ada bisa dikembangkan secara berkelanjutan. Diharapkan hasil dari kegiatan ini menjadi modal besar yang mengakar agar menjadi pusat perhatian dunia.
ADVERTISEMENT
Leloq menjadi brand atau merk yang diciptakan tim IKKON Belu. Brand ini tidak hanya menghasilkan produk yang bisa digunakan sehari-hari, beberapa pakaian dan konsep desa wisata minat khusus juga dihasilkan sebagai output kolaborasi bersama masyarakat lokal.
Keunggulan produk Leloq terlihat pada bahan alami yang berkualitas dengan desain produk yang menarik tanpa batas. Hasil pekerjaan yang dilakukan para pengrajin lokal juga terbilang halus dan rapi. Beda dari produk-produk sejenis yang lain.
Perangkat makan dan penunjang perangkat wisata dibuat menggunakan material bambu dan anyaman daun lontar karena terinspirasi dari rumah adat yang ditempati oleh warga lokal di Kabupaten Belu. Biasanya, bambu dan anyaman tersebut hanya menjadi pondasi dari rumah adat asli suku di Belu yang masih mempertahankan kearifan lokal.
ADVERTISEMENT
Produk berbahan dasar bambu dan anyaman daun lontar tersebut pun muncul di Chiang Mai Design Week 2017, di bawah naungan BAMBOOINA yang mempersenjatai 10 merek kontemporer Indonesia. Acara ini diselenggarakan dengan tema 'Crafted Life' yang menyajikan gaya hidup tradisional yang canggih dari masyarakat lokal yang mengilhami produk kreatif dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini terbagi dalam tiga tema antara lain Business of Design, Network Creator, dan Creative District yang terdiri dari pameran, display produk, workshop, sharing pengetahuan kreatif dari tanggal 6-10 Desember 2017 di Three Kings Monument, Wat Chiang Man- Wat Lam Chang, TCDC Chiang Mai.
Pameran ini sebagai bentuk upaya kolaborasi antara Rumah Sanur Creative Hub dan Adhi Nugraha dari BAMBOOINA yang membawa misi "Objek Desain Kontemporer Indonesia" dan membawa metode tradisional dalam konteks modern. Para desainer produk diajak untuk mengembangkan produk bambu yang fungsional, bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Tampilan produk ini menjadi cermin gagasan transformasi tradisi. Sebuah cara untuk memungkinkan setiap budaya, setiap masyarakat, berkembang berdasarkan akar unik mereka sendiri, menggunakan sumber daya lokal mereka yang berkelanjutan, sejarah dan rujukan mereka.
Dalam memilih untuk mengolah produk bambu, kolaborasi ini berfokus pada salah satu bahan tradisional Indonesia dan mencerminkan evolusi dan desain yang berkembang di negara ini. Program ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat pekerja dan UKM yang lebih lunak, untuk bertindak sebagai pendekatan ekonomi kreatif terhadap keberlanjutan di sektor bambu dan untuk mengembangkan jalan maju bagi para desainer.
Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi Rumah Sanur Creative Hub mengikuti Chiang Mai Design Week 2017. Sebuah perayaan kreativitas dan desain penting di Asia yang mendorong pengelolaan dan pengembangan produk lokal yang berkelanjutan.
Tidak hanya produk dari Leloq saja, beberapa produk bambu dari desainer lain juga dipajang di Chiang Mai Design Week 2017, seperti Biola (Andar Bagus Sriwarno), Sepeda dari brand Spedagi (Singgih S. Kartono), tempat lampu penerangan dari brand MOHOI (Rosyid Akhmadi), tas dari brand Taskuni (Adhi Nugraha & Paivi Punamaki), kursi dan asesoris dari brand FASA Tableware (Navetta Design - Adhi Nugraha), tas dari brand Amygdala (Harry Anugrah Mawardi dan Firman Mutaqin), pencahayaan dan asesoris dari brand ALUR BAMBOO (Arif Rachman), dan tas dari brand Amuraka (Rico Doni Sagita).
ADVERTISEMENT
Kemitraan antara Rumah Sanur Creative Hub dan Adhi Nugraha dalam pameran BAMBOOINA di Chiang Mai Design Week didukung oleh Thai Airways dan BCA. Upaya kolaboratif ini menjadi bentuk budaya diplomatik yang dirancang untuk menjembatani dialog kreatif antara Indonesia dan Thailand serta mengembangkan kolaborasi internasional yang menekankan identitas budaya dalam konteks regional.
Keikutsertaan produk-produk dari Indonesia dalam pameran tersebut mampu mengangkat tanaman bambu yang begitu dikenal sederhana namun memiliki manfaat yang sangat besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Itulah produk-produk buatan yang murni sebagai hasil inovasi dan kreasi alami. Semoga saja bisa menjadi inspirasi generasi-generasi muda lain untuk mengembangkan industri ekonomi kreatif di kotanya masing-masing. Salam Kreatif!