Konten dari Pengguna

Lindungi Data Pribadi saat Akses Internet tak Terbatas Lagi

Achmad Humaidy
Lulusan Ilmu Komunikasi yang pernah menjadi buruh bank BUMN dan hijrah menjadi freelance content writer dan KOL Specialist untuk survive di industri digital. #BloggerEksis
27 Agustus 2022 12:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Achmad Humaidy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Akses internet makin cepat, serangan siber pun mencuat (freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
Akses internet makin cepat, serangan siber pun mencuat (freepik.com)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pernyataan bijak di atas berlaku tak hanya bagi diri sendiri, tetapi seperti apa perjalanan bisnis yang terus dirintis untuk hadapi persaingan global yang kian sengit. Apalagi akses internet tak lagi tabu. Setiap orang punya cara tertentu untuk memanfaatkan internet dengan cerdas. Ada yang terus belajar lewat internet, raih cuan karena internet, dan punya banyak koneksi saat tersambung dengan internet.
Lantas, siapa si paling pegang kendali untuk layanan internet cepat yang berperan besar dalam kedaulatan digital di Indonesia? Penulis bisa menyebut provider internet terbaik yang sinyalnya menjamah antar pulau, yaitu IndiHome. Perannya menghadirkan layanan internet cepat tentu mendorong aktivitas tanpa batas dalam suatu kawasan.
ADVERTISEMENT
Keterjangkauan luas dalam industri teknologi digital membuat IndiHome dianggap monopoli bisnis untuk bidang ICT. Angin pun berhembus sepertinya dari para kompetitor yang menyebar isu bahwa ada kebocoran data para pelanggannya. Padahal pengumpulan data keamanan dilakukan secara terpusat dengan sistem keamanan (server) yang canggih. Tentu saat ada upaya peretasan data tak akan bisa tembus semudah itu.
Berhubung banyak keluarga saya yang menjadi pelanggan dari brand internet cepat tersebut, saya langsung berkabar dengan yang lain via WhatsApp Group keluarga beberapa hari lalu. Untungnya, tak ada data-data pribadi dari mereka yang tersebar seperti kabar tak bertanggung jawab yang tersiar. Salah satu om saya justru bilang “Gak mungkin lah! Sekelas anak perusahaan BUMN mudah diserang hacker dan data-datanya bisa mudah disebar begitu saja. Toh, data pelanggan itu hanya dipergunakan untuk kepentingan perusahaan. Haram untuk disebarluaskan atau diperjualbelikan.
ADVERTISEMENT
Benar juga pernyataannya, adaptasi bisnis yang mengarah digital pasti menggunakan data-data secara bijak sebab kenyamanan pelanggan jadi indikator kepuasan. Tak mungkin data disebar sembarang begitu saja. Semua data selalu punya sistem proteksi (perlindungan) kuat, baik dari sisi sebagai individu atau teknologi digital yang diotak-atik manusia.
Kini, keyakinan penulis makin bertambah saat baca siaran pers yang sudah dimuat salah satu portal berita online nasional. “Tim Telkom Indonesia sudah dan terus lakukan cek serta investigasi mengenai keabsahan data-data tersebut. Temuan awal data itu hoaks dan tidak valid”, ujar Ahmad Reza selaku Senior Vice President Corporate Communication and Investor Relation.
Amat tega melihat ada yang sengajar sebar berita bohong terkait kebocoran data pelanggan. Nyatanya, persaingan bisnis digital justru bisa memperkeruh suasana saat internet sudah tak digunakan lagi secara sehat. Hoaks memproklamirkan dirinya terus menjamur di tengah gempuran akses internet tanpa batas.
ADVERTISEMENT
Bila kita telisik lebih dalam, teknologi yang mempermudah siapa saja akan punya proyeksi digital yang sistematis. Artinya riwayat data seperti kontak, identitas, atau email pelanggan selalu tersimpan dan punya sistem pengawasan yang berlapis dalam suatu bisnis. Tim IndiHome pun telah menelusuri jejak-jejak pembobolan tersebut dan ditemukan 100.000 sampling yang tidak cocok dengan data Nomor Induk Kependudukan (NIK) para pelanggannya. Data dan angka hanya dimanipulasi oleh hacker-hacker yang coba masuk atau menjebol sistem tapi tidak bisa tembus.
Saya jadi ingat pekerjaan saya dulu dalam bidang perbankan untuk skala BUMN yang juga punya kendali terhadap data-data nasabah. Meski peran saya disitu hanya sebagai penginput data nasabah, tapi masih ada staf-staf lain yang melakukan checker atau kroscek untuk keabsahan penyimpanan data sehingga semua data dikumpulkan dalam database terpusat. Kebocoran data bila terbukti disitu akan menyeret oknum-oknum pada prosesi jalur hukum yang panjang.
ADVERTISEMENT
Dari situ, kita bisa paham bahwa begitu banyak pengelola data-data digital dalam suatu unit bisnis. Sulit rasanya untuk akses data-data tersebut apalagi sampai dimanipulasi. Mengingat, enkripsi dan firewall pun berlapis. Ahmad Reza juga menambahkan “Ada kemungkinan data-data histori browsing diretas karena pengguna pernah akses situs-situs terlarang. Sebaiknya kita lebih bijak gunakan internet dan waspada terhadap situs-situs terlarang yang bisa saja mengandung malware
Sudah saatnya, kita pahami kembali urgensi terkait keamanan dan perlindungan data pribadi. Dibalik kebutuhan internet yang meningkat, ada bahaya yang terus mengancam masyarakat. Telusur digital punya risiko akan keamanan data pribadi yang diretas. Kondisi ini mengharuskan kita yang sudah melek teknologi untuk tetap menjunjung tinggi literasi digital minimal ada perlindungan. Hal ini diperlukan untuk mencegah serangan siber seperti hacker yang kadang sengaja dibenturkan untuk memenangi persaingan bisnis digital di Indonesia.
ADVERTISEMENT