Surat Terbuka untuk Pilkada Jakarta

Achmad Humaidy
Lulusan Ilmu Komunikasi yang pernah menjadi buruh bank BUMN dan hijrah menjadi freelance content writer dan KOL Specialist untuk survive di industri digital. #BloggerEksis
Konten dari Pengguna
12 April 2017 1:38 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Achmad Humaidy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kepada
Yang Terhormat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta
Di tempat
ADVERTISEMENT
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Terima kasih kepada Kumparan atas kesempatan yang diberikan untuk menulis surat kepada Gubernur Jakarta nanti. Sebagai warga ibukota, saya merasa terhormat mendapat kesempatan ini. Saya harap siapapun yang menjadi pemimpin DKI Jakarta berkenan membaca dan merespon surat ini.
Atmosfer politik nasional menjelang putaran final Pilkada DKI Jakarta 2017 sudah semakin memanas sampai sekarang. Melalui surat ini, saya ingin menghimbau agar isu Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA) tidak dipakai untuk menyudutkan sekelompok orang dengan berbagai cara. Isu SARA terbilang kontraproduktif. Jika kondisi ini berlanjut, isu SARA menjadi bentuk kemunduran berpikir karena yang kita butuhkan hanya pemimpin yang bisa membuat maju kotanya.
Bukan perkara mudah memimpin Jakarta yang begitu ragam. Perbedaan yang tercipta terkadang membuat kita bercerai berai. Padahal, semboyan Bhineka Tunggal Ika mengatakan walaupun berbeda-beda, kita tetap satu jua. Perbedaan tersebut harus menjadi modal besar untuk kemajuan warga agar bisa sejahtera bersama. Jangan ada yang beranggapan mayoritas dan minoritas yang paling mendominasi di Jakarta ini karena siapapun kita harus ikut membangun negeri ini.
ADVERTISEMENT
Harapan untuk Gubernur Jakarta harus memiliki program kerja pro rakyat. Bicara soal politik, maka hal itu erat kaitannya dengan pemimpin dan kebijakan-kebijakannya yang jelas sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Jakarta mungkin saja memiliki begitu banyak potensi yang dapat digali seperti lokasi yang strategis, fasilitas bisnis yang cukup memadai, gemerlap dunia hiburan, atau pendapatan pajak yang sangat besar namun kota Jakarta seperti yang kita tahu juga memiliki segudang masalah yang begitu rumit untuk dibenahi.
Menurut pandangan saya ada tiga poin utama yang harus menjadi fokus utama pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur yang baru, yaitu:
1. Kemiskinan
2. Pendidikan
3. Sistem Transportasi Publik
Ketiga poin diatas saya kira merupakan tiga masalah utama yang harus dibenahi oleh para pemimpin kota Jakarta. Ketiganya bisa dibilang sama-sama penting dan saling berkaitan sehingga kita tidak bisa berpendapat bahwa masalah kemiskinan jauh lebih penting dari masalah pendidikan dan sistem transportasi umum. Karena pendidikan merupakan solusi jangka panjang paling jitu untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan sistem transportasi yang baik akan mampu meningkatkan produktivitas masyarakat Jakarta yang pada akhirnya akan memperbaiki tingkat ekonomi Jakarta secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Kemiskinan
Dalam surat ini, saya tertarik untuk menggali kemiskinan di kota Jakarta sedikit lebih dalam. Mengapa ada kemiskinan? Kemiskinan secara sederhana merupakan bentuk dari ketidakmampuan golongan tertentu untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi. Mereka tersisihkan dari orang-orang lain yang mampu merebut kesempatan dan menjadikan diri mereka lebih sejahtera.
Ada banyak cara agar seseorang mendapat kehidupan ekonomi yang lebih baik, seperti menempuh pendidikan hingga ke tingkat tertinggi dan bekerja keras membanting tulang siang dan malam. Hampir semua orang berpendidikan percaya bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh perbaikan dalam hidup asalkan mereka mau berusaha, sehingga mereka percaya bahwa kaya miskin seseorang sepenuhnya merupakan hasil usaha dari yang bersangkutan. Lalu, apakah orang-orang miskin dapat begitu saja kita lupakan dan memberi mereka label sebagai kumpulan orang yang tidak mau berusaha? Tentu tidak.
ADVERTISEMENT
Di dalam sebuah dunia yang berorientasikan kepada uang dan harta (kapitalisme) menemukan peran pemerintah untuk menciptakan sistem ekonomi yang seimbang bagi seluruh masyarakatnya sehingga segala usaha untuk melakukan monopoli kemakmuran dapat diminimalisir.
Ada anggapan jika hidup di Jakarta pasti kita dapat menyadari betapa tidak adilnya perekonomian ibukota, yang kaya makin kaya sementara yang miskin makin miskin. Golongan kaya dapat menikmasi indahnya hidup dimana setiap akhir pekan mereka bisa selalu nongkrong ke mall bersama teman-teman sementara golongan yang miskin tetap saja bingung memikirkan besok harus makan apa.
Kita pasti sering atau pernah melintasi jalan raya Sudirman-Thamrin dan jalan protokol lainnya. Dalam hati, terkadang kita mungkin bangga melihat gedung-gedung pencakar langit berdiri begitu kokoh yang menjadikan Jakarta sebagai simbol kesuksesan ekonomi bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tapi, pernahkah kita menengok ke balik gedung-gedung tersebut? Di balik sebagian gedung-gedung berbeton tersebut ternyata rumah-rumah kumuh dan warung-warung kecil berdiri reyot tidak bertenaga. Orang-orang yang lalu lalang tidak memakai dasi dan jas, tubuh mereka tidak wangi dan wajah mereka terlihat tidak segar. Beragam profesi mereka geluti demi mencari sesuap nasi. Sadar atau tidak keberadaan mereka sebenarnya sangat dibutuhkan hanya saja kita pura-pura tidak tahu dan tidak mau tahu.
Lalu apa yang biasa dilakukan sebagai masyarakat Jakarta yang lebih beruntung berada di kalangan ekonomi menengah keatas? Sudah pasti, mereka cuek atau merasa sudah puas karena telah memberi zakat secara rutin ke masjid-masjid yang ternyata uangnya hanya digunakan untuk renovasi masjid. Mereka merasa puas karena telah secara rutin memberi uang receh kepada para pengemis di perempatan jalan padahal uang receh tersebut sebagian besar ternyata direbut oleh para koordinator gembel.
ADVERTISEMENT
Beberapa dari kita mungkin ada yang beralasan bahwa kemiskinan di Jakarta hanya sebuah fenomena alam yang memang harus terjadi dan semua ini adalah sebuah proses keseimbangan alam. Akhirnya, tak pernahkah kita berfikir bahwa ini fenomena alam dari zaman nenek moyang!”
Semua terjadi karena ada indikasi pemiskinan struktural. Beberapa kebijakan pemerintah masih tidak tepat untuk diterapkan. Pemerintah hanya fokus pada pengentasan masalah kemiskinan bukan pada penanggulangan kemiskinan. Bukan hanya itu saja, para masyarakat miskin juga harus menghadapi birokrasi yang berbelit-belit untuk mendapatkan bantuan yang rentan dengan praktik pembusukan (korupsi).
Pendidikan
Banyak pemangku jabatan yang tidak amanah, mengabaikan janjinya kepada ibukota dan menginjak-injak kepercayaan yang diberikan kepadanya. Dalam sosok Gubernur Jakarta, saya ingin melihat harapan baru yang saya yakini bukan fatamorgana. Bukan semata hanya janji manis kampanye belaka.
ADVERTISEMENT
Saya memiliki harapan untuk Gubernur Jakarta agar melihat kotanya yang hadir dalam nuansa kesederhanaan dan keindahan berbudaya. Nilai-nilai budaya harus tetap terjaga dan menjadi warisan untuk anak cucu kita nanti. Kebudayaan apapun bentuknya tersebut akan memiliki proses akulturasi yang bisa mengedepankan kebahagiaan warga. Kebudayaan bisa diperoleh dari hal-hal sederhana dalam proses pendidikan.
Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta harus menjadi pionir pendidikan berkualitas. Mendidik berarti siap menciptakan individu-individu yang berwawasan dan memiliki kecakapan hidup. Gubernur Jakarta harus mampu berkomunikasi dengan warga ibukota untuk mendengar keluh kesah dan memberikan pencerahan agar partisipasi warga terlibat dalam setiap kebijakan. Jangan sampai pemimpin mengeluarkan kata-kata kasar yang mengkotakkan warga.
Seorang pemimpin juga harus memiliki retorika dan etika. Hal ini disebabkan karena seorang pemimpin mesti memahami bahwa saat Ia berbicara, banyak orang yang mendengarkan, apalagi disiarkan di media massa. Apa yang mereka komunikasikan dan lakukan akan menjadi contoh ditengah warganya. Semoga Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta merupakan sosok yang mampu mengontrol diri dan ucapan dalam setiap kesempatan agar tidak meresahkan warga.
ADVERTISEMENT
Sistem Transportasi Publik
Kegiatan manusia saat ini begitu banyak terkosentrasi pada kota-kota besar terutama Jakarta. Aktivitas mobilisasi warga terlihat jelas dalam kesibukan sehari-hari. Banyaknya kendaraan yang masuk atau lalu lalang di kota Jakrta menyebabkan antrian kendaraan yang padat hingga menyebabkan kemacetan lalu lintas. Bisa kita rasakan setiap jam berangkat kantor dan jam pulang kantor benar-benar menyita waktu kita di jalan.
Selain itu, banyak kendaraan lain yang melintasi trotoar jalan guna menghindari kemacetan dan banyak pula pedagang yang menggunakan bahu jalan sebagai tempat untuk berjualan sehingga trotoar pun terasa tidak nyaman bagi para pejalan kaki.
Masalah angkutan umum juga menjadi masalah di kota Jakarta ini. Begitu banyak angkutan umum yang sudah tidak layak digunakan tetapi masih operasional hingga saat ini. Padahal seharusnya kendaraan yang telah lama beroperasi bisa diganti dengan kendaraan yang baru agar keamanan dan kenyamanan penumpang bisa terjamin.
ADVERTISEMENT
Permasalahan mengenai kemiskinan, pendidikan serta sistem transportasi tentu menjadi hal penting yang harus dibenahi oleh para pemimpin di DKI Jakarta ke depan. Dalam masa-masa kampanye saat ini, para pasangan calon sedang gencar memiliki strategi jitu untuk mengurangi bahkan menghilangkan masalah-masalah yang begitu kompleks di Jakarta. Mereka tentu harus benar-benar bekerja keras demi membangun Jakarta menjadi kota yang lebih baik. Dengan sistem kerja yang baik dan sesuai koridor tentu akan membantu mengurangi masalah-masalah yang ada saat ini.
Sebagai pemilih yang memiliki hak suara nanti, kita harus tetap mawas diri dan bijaksana menyikapi politik. Masing-masing orang punya pilihan dan itu adalah hak setiap orang, jadi tak usah dipertentangkan lagi. Silakan kita memilih figur yang dikehendaki dan jaga toleransi kedamaian, keamanan dan kerukunan di Pilkada DKI Jakarta putaran terakhir sesuai amanat konstitusi berdasar Pancasila dan UUD 1945.
ADVERTISEMENT
Sebagai pemilih yang memiliki hak suara nanti, kita harus tetap mawas diri dan bijaksana menyikapi politik. Masing-masing orang punya pilihan dan itu adalah hak setiap orang, jadi tak usah dipertentangkan lagi. Silakan kita memilih figur yang dikehendaki dan jaga toleransi kedamaian, keamanan dan kerukunan di Pilkada DKI Jakarta putaran terakhir sesuai amanat konstitusi berdasar Pancasila dan UUD 1945.
Kita butuh sosok pemimpin yang tidak menghujat agama-agama lain atau mengatasnamakan agama tertentu. Sebagai pemilih rasional, kita tidak bisa dikotak-kotakkan dengan masalah agama. Kita harus ingat bahwa DKI Jakarta bukan memilih pemimpin agama, namun kita akan memilih pemimpin pemerintahan yang bisa mengurus kesejahteraan warga bersama.
Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta terpilih juga harus menerapkan keadilan sosial bagi seluruh warga Jakarta. Dengan berbekal sikap menghormati warga, sikap yang bersahabat, sikap yang manusiawi, maka pemimpin seperti ini akan menerapkan sistem birokrasi yang memiliki nilai keteladanan tinggi. Pemimpin yang berani membenahi sistem lama dan mampu berkolaborasi dengan warga sebagai wujud demokrasi.
ADVERTISEMENT
Kita harus sadar betul bahwa merubah suatu kota sebesar Jakarta sangat tidak mudah. Seorang pemimpin paling hebat di dunia pun pasti akan mengalami kesulitan untuk merubah kota Jakarta menjadi kota yang lebih baik untuk ditinggali. Namun, jika kita melihat masalah tersebut dan kesenjangan perbedaan terus menerus terkadang tidak akan ada habisnya. Minimal, kepemimpinan Jakarta yang baru akan efektif bisa merumuskan masalah dengan benar, merencanakan solusi dengan matang hingga eksekusi optimal karena kepemimpinan harus bisa merangkul semua.
Dibalik kota maju tentu ada pemimpin yang dapat menjadi suri tauladan bagi warganya. Kesederhanaan menjadi sikap seorang pemimpin yang apa adanya akan menjadi dambaan semua warga Jakarta. Penetapan kebijakan yang mempertimbangkan keinginan rakyat tidak hanya kepentingan golongan sebagai bentuk transparansi memberi keyakinan bahwa mewujudkan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta harus dilakukan secara bersama. Etos kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas senantiasa mengayomi bahwa Jakarta milik kita bukan aku atau kamu.
ADVERTISEMENT
Salut untuk pasangan calon pemimpin yang akan terpilih nantinya. Saya yakin bila Jakarta dipimpin oleh sosok yang memiliki integritas, maka Jakarta dapat menjadi kota yang maju, terdepan, dan bahagia warganya. Saya percayakan nasib Jakarta 5 tahun ke depan pada sosok pemimpin yang amanah. Selamat bekerja Gubernur dan Wakil Gubernur baru Jakarta, tanpa ada partisipasi warga, kalian tidak berarti apa-apa.
Hormat saya,
Achmad Humaidy
Warga ibukota yang mendamba hidup bahagia