Mengubah Sampah Menjadi Berkah

Achmad Sultoni
Staf Pengajar di Prodi DKV Institut Teknologi Telkom Purwokerto
Konten dari Pengguna
21 September 2021 17:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Achmad Sultoni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengolahan Pupuk Organik di Desa Sirau Banyumas (Dok. Penulis)
zoom-in-whitePerbesar
Pengolahan Pupuk Organik di Desa Sirau Banyumas (Dok. Penulis)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masalah sampah di Indonesia hingga dewasa ini seolah menjadi persoalan yang sulit terpecahkan. Bahkan, masalah sampah yang dahulu sangat khas dengan wilayah perkotaan, namun sekarang ini merambah ke desa-desa. Kota semakin meluas, desa-desa telah menjelma kota dengan segudang permasalahannya, termasuk masalah sampah.
ADVERTISEMENT
Hampir dalam keseharian hidup manusia seolah tidak bisa lepas dari plastik. Plastik banyak hadir di kehidupan kita untuk beragam kebutuhan harian. Meski berbagai gerakan ajakan mengurangi penggunaan plastik, namun nyatanya belum terlalu optimal. Sebagian masyarakat masih belum bisa meninggalkan kebiasaan penggunaan plastik.
Di samping tingginya penggunaan plastik di kalangan masyarakat umum, banyak juga produkan pabrik yang menggunakan plastik sebagai kemasannya. Dalam kehidupan sehari-hari bisa dicontohkan produk minuman dan makanan kemasan. Hal ini semakin menambah pekerjaan rumah untuk mengurangi penggunaan plastik. Ditambah lagi apabila plastik sudah menjadi timbunan, bahkan gunungan yang menambahkan persoalan sampah plastik.
Sampah Organik dan Nonorganik
Manajemen Sampah di Desa Sirau (Dok. Penulis)
Masalah sampah begitu beragam, meliputi sampah organik dan nonorganik. Hal yang hingga kini menjadi perhatian ada pada masalah sampah plastik. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai persoalan sampah sudah meresahkan. Indonesia bahkan masuk dalam peringkat kedua di dunia sebagai penghasil sampah plastik ke laut setelah Tiongkok. Hal itu berkaitan dengan data dari KLHK yang menyebut plastik hasil dari 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dalam waktu satu tahun saja, sudah mencapai 10,95 juta lembar sampah kantong plastik. Jumlah itu ternyata setara dengan luasan 65,7 hektare kantong plastik atau sekitar 60 kali luas lapangan sepak bola (https://www.cnnindonesia.com/).
ADVERTISEMENT
Mungkin sering kita jumpai di lingkungan sekitar kita atau mungkin tatkala kita bepergian ke suatu tempat. Kita mendapati gundukan kecil di sepanjang jalan yang sepi. Umumnya bulakan persawahan menjadi tempat favorit sekelompok orang membuang sampah plastik sembarangan. Meski sudah tanda larangan membuang sampah di area tersebut, namun nyatanya para pembuang sampah tetap bebal. Mereka tidak mempedulikan bagaimana nasib sampah-sampah itu yang lama-lama menggunung.
Masalah sampah tidak hanya tertumpu pada sampah anorganik saja. Ada pula masalah sampah organik. Dalam kehidupan kita niscaya tidak bisa dilepaskan dari jenis sampah organik. Halaman rumah yang masih rimbun pepohonannya, daun-daun pepohonan yang gugur tiap harinya adalah contohnya. Atau sisa sayuran rumah tangga adalah contoh lain. Bagi sebagian orang, khususnya mereka yang punya pekarangan luas, masalah demikian mungkin tidak menjadi persoalan.
ADVERTISEMENT
Sampah organik bisa menjadi persoalan yang serius. Di pedesaan sampah daunan pepohonan bisa dimasukkan ke blumbang (lubang sampah yang digali di tanah), kemudian dibakar. Demikian halnya dengan sampah sayuran rumah tangga bisa diletakkan sembarang di halaman belakang rumah yang masih luas. Namun bagi warga perumahan padat penduduk hal ini sulit dilakukan. Sampah organik kerap kali menimbulkan aroma busuk karena penangannya yang seadanya, misalnya diletakkan di ember atau plastik kresek dalam dapur. Bayangkan apabila jumlahnya sudah banyak dan berhari-hari tidak dibuang, tentu bau busuk akan makin terasa. Hal ini akan menimbulkan polusi udara dan berdampak kurang baik bagi kesehatan.
Manajemen Sampah di Desa Sirau Banyumas
Pupuk Kompos Hasil Olahan Tim Abdimas ITTP dan KSM Mandiri Desa Sirau
Permasalahan sampah organik dan nonorganik tersebut terjadi pula di Desa Sirau, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas. Hal ini yang memantik tim abdimas Institut Teknologi Telkom Purwokerto untuk melakukan pengabdian masyarakat. Tim abdimas ITTP mengubah sampah menjadi berkah. Tim berfokus pada pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos dan olahan plastik menjadi bahan pengaspalan.
ADVERTISEMENT
Program pengabdian masyarakat tersebut merupakan bagian dari skema hibah internal kampus ITTP. Dalam melakukan olahan sampah tim abdimas bekerja sama dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Desa Sirau, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas. Sebelumnya, tim abdimas ITTP juga melakukan pengmas dengan pendanaan kampus ITTP dengan fokus ecobrick sebagai penanganan pengolahan sampah. Hasil kerja cukup berhasil dibuktikan dengan hasil produksi yang bisa dipasarkan. Di tahun 2021 ini tim abdimas ITTP yang beranggotakan Atik Febriani, Hari Widi Utomo, dan Achmad Sultoni lebih berfokus pembuatan alat pengolahan sampah.
Achmad Sultoni, Dosen di Institut Teknologi Telkom Purwokerto.