Konten dari Pengguna

Nikmatnya Mencicipi Pengalaman Menjadi Jurnalis Magang di Harian Disway

Achmad Willy Alva Reza
Kadang nulis, kadang juga mikir mau nulis apa. Saya adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
23 November 2022 14:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Achmad Willy Alva Reza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penyerahan sertifikat volunteer  Kejuaraan Nasional Piala Presiden Wushu 2022 di kantor Harian Disway.
zoom-in-whitePerbesar
Penyerahan sertifikat volunteer Kejuaraan Nasional Piala Presiden Wushu 2022 di kantor Harian Disway.
ADVERTISEMENT
Menjadi jurnalis adalah impian saya sejak bangku SMA. Saya membayangkan, dengan menjadi jurnalis saya bisa bepergian kesana kemari untuk mencari berita. Bertemu orang-orang penting dan hebat. Bahkan berkesempatan untuk ngobrol dan mewawancarainya. Sungguh luar biasa!!!
ADVERTISEMENT
Setidaknya begitulah bayangan saya ketika remaja. Amat seru, meski hanya ada dalam pikiran. Setidaknya andai-andai itu pun akhirnya berhasil menjadi kenyataan 3 bulan terakhir. Selama itu, saya mendapat kesempatan yang menarik dan penuh kesan. Ya, saya telah berkesempatan menjadi jurnalis sungguhan.
Kesempatan itu datang setelah saya terpilih menjadi pemagang di sebuah kantor media di Kota Surabaya. Itu saya peroleh berkat program MBKM yang dicetuskan oleh Kemendikbudristek.
Kampus saya, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, tentu juga menerapkan program MBKM tersebut. Program ini terasa sangat penting. Sebab ia memberi pengalaman kepada mahasiswa untuk terjun dan menjajal langsung dunia kerja profesional.
MBKM sejatinya menawarkan program yang beragam. Bukan hanya magang, ada juga program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Kampus mengajar dan Studi Proyek Independen Bersertifikat. Saya kebetulan mendaftar di program magangnya.
ADVERTISEMENT
Dalam penerapan program MBKM, Program Studi Ilmu Komunikasi –jurusan kuliah saya– Untag Surabaya bermitra dengan beberapa kantor media massa di Surabaya. Saya mendaftar di salah satunya, yakni di Harian Disway.
Pilihan saya jatuh pada Harian Disway lantaran kepincut dengan nama besar sang pemilik: Dahlan Iskan. Harapannya saya bisa ketularan –setidaknya kecipratan– dengan kehebatan beliau di dunia jurnalistik.
Selain itu, kualitas jurnalis Harian Disway pun memang tak perlu diragukan lagi. Meski tergolong media massa yang masih berusia belia, Harian Disway mempunyai jurnalis dengan rerata pengalaman di atas 10 tahun. Itulah yang juga menarik hati saya untuk menjatuhkan pilihan magang di Harian Disway.
Terhitung sejak bulan September 2022 saya resmi menjalani magang di Harian Disway. Di sana, terdapat beberapa pilihan pos berita bagi para wartawan pemagang. Saya sendiri memilih pos halaman utama. Tugas di halaman utama adalah meliput berbagai peristiwa terkini, baik lokal (Surabaya) maupun nasional.
ADVERTISEMENT
Baru jalan beberapa pekan sebagai wartawan magang, saya langsung dipercaya Harian Disway untuk meliput sebuah kejuaraan nasional. Itu adalah Kejuaraan Nasional Piala Presiden Wushu 2022, yang digelar di Graha Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Kebetulan Harian Disway juga bertindak sebagai penyelenggara event tersebut.
Dokumentasi saat meliput fun match Persatuan Sepak Bola Amputasi Surabaya (Persas) bersama para mahasiswa Surabaya.
Kesempatan langka tersebut tentu saya terima dengan senang hati. Kesempatan ini pula yang kelak akhirnya menjadi ujian awal saya sebagai wartawan pemagang. Itu lantaran saya harus meliput event tersebut selama seminggu penuh.
Seringkali saya merasa mentok. Sebab harus memberitakan event yang sama setiap hari. Saya kesulitan mencari angle (sudut pandang) berita yang baru. Sekaligus harus berhati-hati agar tak mengulang angle yang sama.
Di tengah kesulitan tersebut, para wartawan senior Harian Disway secara aktif memberi masukan penting kepada saya. Tak jarang, saya juga diarahkan dalam menetukan angle berita yang menarik. Hal tersebut tentu menjadi ilmu yang sangat berarti bagi saya.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, budaya kerja di kantor Harian Disway terbilang santai. Suasana kerja pun jauh dari kesan formalitas yang kaku. Interaksi antar wartawan juga terasa gayeng dan menyenangkan. Tentu dengan tetap mengedepankan profesionalitas dalam pekerjaan.
Liputan sebuah event di Surabaya.
Selama 3 bulan magang sebagai jurnalis di Harian Disway, berbagai pengalaman telah saya dapat. Namun pertanyaannya, apakah pengalaman itu sesuai dengan imajinasi saya ketika remaja? Jawabannya: betul.
Banyak pengalaman menarik yang saya dapat selama menjadi wartawan magang. Saya juga berkesempatan bertemu tokoh-tokoh penting nan hebat, yang sebelumnya hanya bisa saya lihat dari layar ponsel. Bukan hanya bertemu, tapi juga ngobrol dan mewawancarai mereka. Edan!!!
Tentu juga terdapat beberapa pengalaman yang bertabur keluh kesah. Itulah yang justru membuatnya lebih berwarna dan membekas. Membuatnya makin nikmat. Penuh dengan makna.
ADVERTISEMENT
Namun, yang tak kalah penting adalah ilmu jurnalistik dan keterampilan menulis saya yang jadi meningkat. Itu berkat bimbingan dan evaluasi yang tak henti-hentinya diberikan oleh redaktur serta para wartawan senior di Harian Disway.
Meski berstatus magang, saya merasa telah menjadi wartawan sungguhan. Hal tersebut berkat besarnya kepercayaan dan kesempatan yang diberikan oleh Harian Disway kepada para peserta magang.