Anak Muda "Berkarya", bukan Anak Papa.

Adam Brayans Mujtahid Addaudy
Lahir di Medan, Sumatera Utara. Kaum proletar bukan borjuis, aktivis HMI dan juga Duta Pendidikan Sumatera Utara 2020.
Konten dari Pengguna
26 Juli 2020 18:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adam Brayans Mujtahid Addaudy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap orang tua (ayah dan ibu) tentunya ingin memiliki anak yang suatu saat harus sukses, baik itu mengikuti karir ayah/ibunya, atau melawan arus dari karir orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini sedang ramai diperbincangkan dalam beberapa media. Yang ngakunya "anak muda tapi anak papa". Mengandalkan elektabilitas ayahnya untuk berkarya, modal famous dari nama ayahnya hingga keluarga sampai nenek moyangnya.
Hal ini bukan hanya sekali saja yang terjadi, beberapa tahun pun berpuluh tahun yang lalu juga sempat terjadi. Dan itu suatu yang lumrah (bagi mereka).
Mochamad Herviano (Anggota DPR RI 2019-2024, anak kandung dari Kepala BIN Budi Gunawan), Puan Maharani (Ketua DPR RI 2019-2024, anak dari Presiden RI ke 5 Megawati Soekarnoputri), Prananda Surya Paloh (anak dari Ketua Umum Nasdem Surya Paloh), Puteri Komarudin (anak kandung mantan Ketua DPR RI Ade Komarudin).
Ada juga Agus Harimurti (anak kandung dari Presiden RI ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono), hingga Hanafi Rais (anak kandung Amin Rais) dari deretan nama tersebut bahkan masih banyak yang belum dicantumkan merupakan wajah-wajah lama dalam istilah Dynastic Politics.
ADVERTISEMENT
Kurang lebih seminggu lalu republik ini dikejutkan lagi seorang anak politikus yang modal nama orang tua maju dalam pemilihan Walikota/Bupati 2020.
Gibran Rakabuming (anak kandung Presiden RI ke 7 Joko Widodo, yang maju Cawalkot Solo Pilkada 2020), Bobby Afif Nasution (Menantu Presiden RI ke 7, yang maju sebagai Cawalkot Medan Pilkada 2020), Siti Nur Azizah (anak dari Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin, yang maju sebagai CawalkotTangerang Selatan Pilkada 2020), Hanindhito Himawan (putra dari Sekretaris Kabinet Pramono Agung, yang maju sebagai Cabup Kediri Pilkada 2020)
Dan masih banyak nama-nama lagi belum tercantum dalam keikutsertaan pencalonan kepala daerah yang merupakan anak/kerabat dari penguasa republik ini. (Narasi News, 2020).
ADVERTISEMENT
Memang secara konstitusi tidak melanggar, namun tradisi ini dianggap tidak fair atau mencederai demokrasi di republik ini, bahkan punya irisan kuat dengan korupsi. Bukan hanya korupsi tetapi regenarasi perkaderan di parpol sendiri bakalan menghambat untuk anak muda lainnya.
Banten era Ratu Atut menjadi contoh, korupsi telah mendarah daging di tubuh keluarganya.
Menurut pengamatan dari Pengamat Politik UAI, Ujang Komarudin. Kalau dilihat dari sejarah, dinasti politik di Indonesia banyak diwarnai dinasti politik yang buruk. Karena banyak pejabat yang dihasilkan dari dinasti politik itu korup dan cenderung membangun oligarki.
Pun dengan pandangan Brenda Van Coppenole, Doktor Filosofi di London School of Economics and Politic Science. Hal ini menunjukkan mereka mungkin juga telah untuk memiliki pengalaman politik sebelumnya, meskipuntidak bisa langsung menguji ide ini. Anggota dinasti Junior tidak lebih mungkin telah dihargai oleh (atau berhasil) pada beberapa titik dalam karir mereka.
ADVERTISEMENT
Anak muda memang saat ini menjadi perhatian publik untuk dijadikan sebagai pemimpin, selain regenarasi, tetapi pengalaman anak muda itu juga dibutuhkan kepada masyarakat.
Sebagai dari kalangan millenials, alangkah indahnya jika memulai karir dari segi pencapain prestasi pemuda tersebut. bukan hanya embel-embel keluarga penguasa, lantas karirnya melejit tanpa hambatan.
Jika republik ini terus menerus memakai politik dinasti, menyerahkan kekuasaannya kepada keluarga sendiri, bagaimana dengan para lulusan Sosial Politik yang ada di beberapa kampus ternama? apa mereka hanya sekadar sekolah saja tanpa melakukan Grassroot ?
Publik harus waspada dengan Politik Dinasti, jangan sampai republik ini menjadi Banten atau Atut-atut lainnya.
Masyarakat harus cerdas untuk mengambil sikap dalam pilkada 2020 ini, sah-sah saja jika publik percaya terhadap figur-figur di atas. Namun dari kata lain kita juga tetap waspada, agar republik ini bersih dari dosa-dosa pejabat.
ADVERTISEMENT