Konten dari Pengguna

Covid 19 ; Alat Perang Amerika Serikat atau China?

Adam Brayans Mujtahid Addaudy
Lahir di Medan, Sumatera Utara. Kaum proletar bukan borjuis, aktivis HMI dan juga Duta Pendidikan Sumatera Utara 2020.
5 Juli 2020 5:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adam Brayans Mujtahid Addaudy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Animasi Virus. Foto ; Metro TEMPO
zoom-in-whitePerbesar
Animasi Virus. Foto ; Metro TEMPO
Menjadi penguasa dunia pasti sangat menguntungkan baik secara Ekonomi apalagi secara Politik. Roma Byzantium dan Konstantinopel pernah menguasai dunia hampir 10 abad lamanya. Dalam 1000 tahun itu Roma ditantang delapan kali oleh kaum barbar, namun akhirnya tumbang juga oleh Genserik yang mendirikan kerajaan Vandal.
ADVERTISEMENT
Amerika sampai saat ini sudah hampir 70 tahun menguasai dunia, dan sekarang mendapat tantangan besar dari China. Amerika saat ini mungkin tidak lebih dari 50% pengaruhnya terhadap dunia. Secara militer mungkin Amerika masih mendominasi tetapi secara teknologi, China sudah menyamai.
Secara perdagangan, China sudah menguasai dunia. Secara logistik dan distribusi China menang atas Amerika. Secara social media dan informasi, walaupun di dunia Amerika masih menguasai tetapi di China, Amerika tidak bisa menguasai. China memiliki Baidu yaitu “Google” nya China, punya Alibaba yang menyaingi Amazon, punya Didi Chuxing yang sama dengan Uber.
Di social media China memiliki Weibo yang menyamai “Twiter”, Renren sebagai “Facebook”, Wechat sebagai “WA”, Youku sebagai “Youtube”, dan QQ sebagai “Gmail” nya China. Di sisi bisnis teknologi infromasi, saat ini Huawey nya China sudah dipakai sebagai platform operator telekomunikasi di 100 negara.
ADVERTISEMENT
Saat Presiden Amerika, Trump melarang Huawey memakai android nya Amerika, China sudah memiliki platform sendiri yang bernama Hongmeng OS, dan 5G China tidak memakai ZTE buatan Amerika, sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap bisnis teknologi informasi China. Amerika akan kehilangan pasar di 100 negara di tahun 2020 ini saat semuanya menggunakan 5G.
Covid-19 “Alat perang” Punya Amerika atau China?
Perekonomian China yang hampir menguasai pasar global saat ini menjadi tantangan besar bagi Amerika versi Trump. Dalam 10 tahun terakhir, Amerika juga kalah dalam perang dagang head to head dengan China. Amerika mengalami defisit di neraca perdagangan dengan China.
Di satu tahun menjelang berakhirnya masa jabatan Trump sebagai Presiden Amerika, Trump memberikan tarif masuk yang mahal sebesar 25% bagi barang-barang China. China meng-counter-nya dengan mendepresiasikan mata uang Yuan. Amerika membalasanya dengan menurunkan juga sedikit dolar AS dengan mekanisme moneternya, tetapi gagal memukul ekonomi China.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2020 ini juga, China memiliki beberapa agenda penting dengan negara-negara Eropa sejak Februari-September 2020 mengenai perjanjian kerja sama Ekonomi.
Amerika versi Trump kurang puas. Di tahun politik AS saat ini, Trump ingin menunjukan kekuatannya kepada dunia lewat biological warfare dengan virus new corona atau Covid-19 sebagai tool perang militernya terhadap China khususnya.
Sejak tahun 1908 virus Corona sudah ada tetapi tidak se deadly dan secepat saat ini contaigen effect atau efek menularnya. Covid-19 saat ini sudah di enrichment atau diperkaya kegunaanya sehingga lebih mematikan dan lebih cepat penyebarannya.
Beberapa kejadian dan event Amerika yang berhasil dikumpul di bawah ini dapat dijadikan hipotesis yang akan menunjukan Amerika menggunakan Corona sebagai tool war dalam lanjutan perang dagang terhadap China.
ADVERTISEMENT
Pertama, Pada Oktober 2019, Amerika membawa 369 atlet militer ke Wuhan untuk Pertandingan Militer Dunia. Meskipun memiliki militer terbesar di dunia, sepuluh kali lipat, Amerika berada di urutan ke 35 di belakang negara-negara seperti Iran, Finlandia dan Slovenia.
Tim Amerika melakukannya dengan sangat buruk dalam ajang pertandingan militer tersebut. Bahkan, banyak yang tidak pernah berpartisipasi dalam event pertandingan militer tersebut dan justru tinggal di dekat Pasar Grosir Makanan Laut Huanan, di mana virus Corona ini dikatakan muncul pertama kali hanya beberapa hari setelah AS meninggalkan daerah tersebut.
Tim Amerika pulang pada 28 Oktober 2019 dan dalam 2 minggu, kasus kontak manusia pertama Covid-19 terjadi di Wuhan. Cina belum pernah menemukan ada pasien sebelumnya, dan percaya bahwa orang pertama adalah anggota tim Amerika.
ADVERTISEMENT
China juga memiliki sumber yang mengatakan bahwa Amerika telah salah mengartikan influenza yang diklaim Trump telah membunuh ribuan orang. Influenza yang dibawa ke China oleh tim Amerika, influenza yang benar-benar Covid-19.
Kedua, Setelah Pertandingan Militer Dunia selesai, Amerika menarik seluruh pekerja dan stafnya yang bekerja di Wuhan. Hal ini dilakukan karena Amerika tahu, bahwa masa inkubasi Covid-19 atau new corona virus berlangsung selama 14 hari sehingga dengan segera memulangkan seluruh pekerja dan stafnya di Wuhan, China.
Ketiga, Seorang juru bicara di Foster City, California, mengatakan telah menemukan remdesivir, dan telah mengajukan aplikasi paten untuk senyawa dan penggunaannya terhadap virus corona secara global, termasuk di Cina, pada 2016. Hanya aplikasi di China masih tertunda.
ADVERTISEMENT
Fokus Amerika saat itu adalah menentukan dengan cepat potensi remdesivir sebagai pengobatan untuk coronavirus baru dan mempercepat pembuatan untuk mengantisipasi potensi kebutuhan pasokan di masa depan. Ketiga hipotesis ini mungkin membenarkan Amerika sebagai pembawa virus new corona sebagai warfare terhadap China dan dunia.
Tetapi ada pernyataan yang menunjukan pihak Amerika yang menuduh China sebagai pencipta senjata biologi virus corona yang bocor dari “laboratorium super biosafety level-4” di Wuhan seperti yang pernah diungkap Senator Tom Cotton dari Arkansas, Amerika Serikat.
Selain itu Shoham juga menguatkan hipotesis tersebut. Dia menjelaskan bahwa virus Corona kemungkinan berasal dari Institut Virologi Wuhan yang terkait dengan program senjata biologis rahasia Cina.
Alasannya, laboratorium di Wuhan itu telah mempelajari virus Corona yang pernah terjadi di masa lalu, salah satunya Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), virus influenza H5N1, dan virus demam berdarah. Para peneliti di institut itu juga mempelajari kuman yang menyebabkan antraks. Virus Corona (khususnya SARS) telah dipelajari di institut itu dan mungkin diadakan di sana.
ADVERTISEMENT
SARS termasuk dalam program senjata biologis Cina, pada umumnya, dan ditangani di beberapa fasilitas terkait. Infiltrasi virus keluar mungkin terjadi, baik sebagai kebocoran atau sebagai infeksi dalam ruangan yang tidak disadari terhadap seseorang yang keluar dari fasilitas itu.
Dari berbagai hipotesis terhadap Amerika dan pernyataan yang menuduh China di atas dapat dipastikan bahwa new corona virus atau Covid-19 adalah senjata biologi yang menjadi tool perang militer setelah perang dagang yang terjadi antara Amerika dan China.
Para peneliti virology sendiri mengatakan bahwa senjata biologi lewat virus lebih berbahaya dari senjata kimia, karena penyebarannya yang luas dan tidak dapat dikontrol sehingga pemilik Covid-19 dapat diketahui setelah virus Covid-19 ini berakhir.
ADVERTISEMENT
Dua pertanyaan yang akan menuntun kepada pembuktian pemilik Covid-19 Amerika atau China yaitu: Pertama, negara mana yang akan menjadi pemegang paten vaksin yang akan dijual untuk mengatasi penyebaran new corona virus yang sudah menyebar hampir ke seluruh dunia dan mengakibatkan kematian yang begitu besar atau singkatnya who is benefiting?
Kedua, negara mana yang mengalami dampak buruk terbesar berdasarkan tingkat kematian ataupun kondisi ekonominya, apakah Amerika atau China?
Kesimpulan sementara terhadap hipotesis yang ada bahwa Amerika lah yang memiliki Covid-19 dan dengan sengaja menyerang China setelah China memenangkan perang dagang yang berlangsung selama ini dengan Amerika.
Selain itu juga dalam waktu dekat pertanyaan pertama untuk pembuktian pemilik covid-19 akan terjawab dimana Amerika akan menjual vaksin untuk mengatasi virus new corona atau Covid 19 ini.
ADVERTISEMENT