Konten dari Pengguna

HMI dan Covid 19

Adam Brayans Mujtahid Addaudy
Lahir di Medan, Sumatera Utara. Kaum proletar bukan borjuis, aktivis HMI dan juga Duta Pendidikan Sumatera Utara 2020.
18 Juli 2020 15:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adam Brayans Mujtahid Addaudy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Memasuki bulan ke empat ditengah pandemi Covid 19 ini semua sisi apapun itu hanya berjalan ditempat saja baik sisi ekonomi, sandang dan pangan, serta kesejahteraan sosial. Semua mendadak senyap bahkan lenyap.
ADVERTISEMENT
PSBB diberlakukan pada setiap wilayahnya, pun protokol kesehatan secara berlapis juga sudah diterapkan tidak mampu mengurangi jumlah pasien Covid 19.
Sekolah/Universitas/Masjid ditutup, para Buruh/Pekerja dirumahkan, stabilitas sandang dan pangan menurun, rupiah anjlok, BUMN menaikan jumlah hutangnya, rakyat harap-harap cemas untuk bertahan hidup. Dari semua yang disebutkan tadi merupakan dampak keras dari Covid 19 ini.
Bagaimana Dampak Perkaderan HMI ditengah Covid 19?
Tepat ketika pemerintah melarang masyarakat untuk melakukan kegiatan di luar rumah, Training HMI sebagian besar bahkan seluruhnya ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan.
Persiapan Training yang sudah di matangkan oleh tim SC (Steering Committe) dan tim OC (Organizing Committe) selama berbulan-bulan pun terasa sia-sia efek melebarnya wabah Covid 19.
ADVERTISEMENT
Senior Course HMI Cabang Jember, Senior Course HMI Cabang Kediri, Intermediate Training HMI Cabang Jakpustara, sampai Advance Training HMI Badko Kalbar merupakan sebagian contoh penundaan training efek Covid 19.
Namun dampak dari Covid 19 ini para kader-kader HMI se-Indonesia tidak habis akalnya untuk mengasah intelektual, menambah wawasan, hingga silaturahmi. Webinar atau Diskusi Online sebutan yang sering dipakai kader, salah satu caranya. Banyak Komisariat-komisariat, Cabang-cabang bahkan Badko juga mengadakan agenda Virtual tersebut. Baik melalui via Zoom Meeting, Google Meet ataupun Whatsapp Grup.
Dari segi positifnya itu dinilai sangat bagus, sebab mau pun tidak mau kader HMI harus melek teknologi. Mungkin 2030 ke atas seluruh training akan berbasis digital. Pertanyaan mendasar, apakah kita (kader HMI) siap akan hal itu?.
ADVERTISEMENT
Sisi negatif ada 3 aspek, mulai dari Afektif, Psikomotrik, dan Kognitif peserta tidak dapat dipantau dengan tanpa tatap langsung. Ini yang menjadi catatan, apakah ketika kongres HMI atau Munas BPL nanti ada suatu gagasan yang baru untuk hal ini?
Kemana Kandidat Ketua Umum PB HMI atau Kandidat Ketua Umum BPL PB HMI ?
Sebelum wabah menyerang Flyer-flyer kandidat bertebaran di Social Media. Namun ditengah pandemi seperti ini mereka kemana? Lagi mencari modal untuk kongreskah? Atau memang tidak mau terlibat dalam perkaderan ditengah pandemi ini?
Walaupun begitu, hanya segelintir saja yang sampai saat ini tetap menjaga eksistensi untuk merawat perkaderan dari puluhan kandidat Ketua Umum PB HMI.
ADVERTISEMENT
Peserta kongres harus melek akan hal ini. Siapa yang pantas dan layak untuk menduduki sebagai Ketua Umum PB HMI. Sehingga kedepannya HMI bukanlah hanya sebuah organisasi proposal, yang bolak-balik menghadap ke senior (Kahmi) dengan membawa senjata culun (Proposal Kegiatan). Atau hanya mementingkan proyek dari pemerintahan, memperbesar perut (buncit), dan mengolah pejabat.
Kita butuh Ketua Umum yang siap menghadapi situasi seperti ini, bukan menghilang kemudian koar-koar seakan-akan paling idealis dari seluruh kandidat.
Kandidat Ketua Umum PB HMI dan Ketua Umum BPL PB HMI Buta Mencari Peluang Suara.
Seperti kongres-kongres sebelumnya, kandidat yang paling tebal dompetnya, yang paling licin dialah pemenangnya.
Apakah di era sekarang metode itu dibutuhkan?
ADVERTISEMENT
65% jawabannya tidak. HMI sekarang membutuhkan pemimpin yang benar-benar merawat perkaderannya, yang mampu menjaga perutnya, yang bisa membawa HMI ini kembali ke Khittah Perjuangannya.
Jika yang terpilih hanya itu-itu aja, metode mencari suaranya masih lawas, kalau begini terus HMI mau dibawa kemana? Andaikan ayah Lafran Pane masih hidup, sedih beliau melihat kondisi HMI sekarang ini.
Bukankah adanya Covid 19 ini berkah buat para kandidat?. Jelas ada berkahnya jika para kandidat menggunakan akalnya.
Sampai saat ini belum ada yang bisa melahirkan gagasan untuk mengadakan Traning secara virtual, seharusnya ini menjadi kesempatan buat seluruh kandidat. Sekali lagi jika menggunakan akalnya.
Andaikan ada dari kandidat yang memiliki gagasan untuk Training HMI ditengah pandemi ini, mungkin akan lebih langgeng di kongres nanti. Namun sampai saat ini belum ada kandidat, sibuk dengan ucapan-ucapan selamat kepada instansi pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Yang dibutuhkan kader sekarang adalah kejelasan dari Training HMI dalam kondisi seperti ini, itu saja.
Mungkin BPL PB saat ini telah merancangnya, dengan merumuskan Modul Training Virtual. Karena itu salah satu tanggung jawab dari pengurus. Alangkah indahnya jika kandidat Ketua Umum PB HMI atau kandidat Ketua Umum BPL PB kolaborasi mengenai hal ini.
Perkaderan Era 'New Normal'.
Pemerintah saat ini sudah mengkampanyekan istilah "New Normal" atau kebiasaan baru. Adanya New Normal merupakan angin segar juga buat seluruh kader untuk mengadakan Training HMI, walaupun dengan menggunakan protokol kesehatan. Secara pasti jumlah peserta juga berkurang.
Jika Training HMI pun diadakan secara tatap muka dalam keadaan seperti ini, apakah efektif juga? Izin orang tua bagi calon kader sudah dipersiapkan? Setidaknya meyakini bahwa si calon kader ini baik-baik saja dalam Training HMI walaupun sesuai dengan protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Terakhir, apapun perjuangan kader HMI untuk merawat perkaderan ditengah pandemi ini, patut di apresiasi walaupun hanya sekecil apapun itu perjuangannya.
Tak harus para kandidat yang harus berusaha mencari ide, tapi seluruh kader. Namun jika ada kandidat yang menyanggupi, istilah sundanya "Sok, mangga".
Menarik kita tunggu gebrakan-gebrakan para kandidat.