Konten dari Pengguna

Menginjakkan Kaki di Gunung Lawu : Gunung Dengan Sejuta Keindahan dan Misteri

Ade Hananta
Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Sebelas Maret
12 November 2024 11:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Hananta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sabana Gunung Lawu ( sumber : dokumentasi pribadi )
zoom-in-whitePerbesar
Sabana Gunung Lawu ( sumber : dokumentasi pribadi )
ADVERTISEMENT
Gunung Lawu mungkin tidak terdengar asing ditelinga para pendaki Indonesia. Gunung Lawu terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Secara administratif gunung yang menjulang setinggi 3.265 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini berada di antara Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Magetan. Dengan ketinggian tersebut gunung ini masuk ke urutan tiga dalam Seven Summits Jawa Tengah, di bawah Gunung Slamet dan Gunung Sumbing. Status Gunung Lawu saat ini masih berstatus istirahat karena tidak menunjukan aktivitas vulkanik yang signifikan sejak lama. Meskipun begitu sebenarnya Gunung Lawu masih dapat digolongkan sebagai gunung yang aktif. Tercatat erupsi terakhir Gunung Lawu terjadi pada 28 November 1885. Gunung ini menyimpan banyak sekali keindahan alam terutama hamparan sabana luas yang memanjakan mata, tak heran jika gunung ini diminati oleh banyak sekali pendaki. Selain itu gunung ini terkenal dengan berbagai misteri dan sejarah yang menyelimutinya.
ADVERTISEMENT
Kekayaan Budaya dan Sejarah
Tidak hanya menawarkan keindahan alam saja, gunung lawu juga terkenal dengan kekayaan budaya dan sejarah yang semakin menambah daya tarik dan keunikan tersendiri. Gunung Lawu dengan segala misteri dan sejarah yang ada menjadi saksi bisu perkembangan sejarah Majapahit. Keberadaan Candi Sukuh dan Candi Cetho juga menjadi bukti sejarah keberadaan Kerajaan Majapahit saat itu. Sejarah pada Gunung Lawu kerap dikaitkan dengan Prabu Brawijaya V yang merupakan raja terakhir Kerajaan Majapahit. Diceritakan bahwa Gunung Lawu menjadi tempat pelarian dan pertapaan oleh Prabu Brawijaya V setelah akhir masa kejayaan Kerajaan Majapahit pada abad ke-15. Di Gunung Lawu, tepatnya di Hargo Dalem diyakni menjadi tempat moksa Prabu Brawijaya dan Hargo Dumilah diyakni sebagai tempat moksa Ki Sabdopalon. Moksa adalah konsep dalam agama Hindu dan Buddha yang berarti mencapai kebebasan dari siklus reinkarnasi. Ada pula yang menyebut alasan Brawijaya V menyepi ke Gunung Lawu adalah karena ia mempunyai firasat bahwa Majapahit di ambang keruntuhan dan sulit diselamatkan. Ditambah lagi, Brawijaya V cemas karena putranya, Raden Patah memeluk Islam dan mendirikan kerajaan baru. Hingga kini, tidak ada yang mengetahui dengan pasti di mana makam Prabu Brawijaya V berada, yang mana semakin menambah misteri dan daya tarik kisah ini
Sabana Gunung Lawu ( sumber : dokumentasi pribadi )
Pendakian dan Misteri
ADVERTISEMENT
Secara resmi Gunung lawu memiliki lima jalur pendakian, yakni jalur Candi Cetho, Cemoro Sewu, Cemoro Kandang, Tambak, dan terakhir Singolangu. Masing masing jalur pendakian memiliki karakteristik medan dan pemandangan alam yang beragam. Keterikatan dengan alam dapat membantu individu dalam mengelola kesehatan mentalnya, diantaranya membantu mengurangi stress, meningkatkan mood positif, serta mampu mengurangi emosi negatif misalnya cemas, maka tak heran jika Gunung Lawu dengan keindahan alam yang dimilikinya menjadi incaran para pendaki.
Tidak seperti di gunung lainnya yang mana kebanyakan tujuan dari para pendaki adalah menikmati keindahan alam atau sekedar menepi dari hiruk pikuknya kota. Tidak sedikit pula yang melakukan pendakian dengan tujuan spiritual. Hal ini tidak lain berkaitan dengan Prabu Brawijaya, raja terakhir kerajaan Majapahit. Bahkan di setiap pos pada jalur pendakian via Candi Cetho terdapat tempat khusus untuk menaruh sesajen. Bahkan dalam waktu tertentu banyak dari kalangan masyarakat yang mendaki Gunung Lawu dengan tujuan spiritual, contohnya pada malam satu suro. Malam satu suro merupakan malam yang menandai awal bulan pertama dalam penanggalan jawa. Pada malam satu suro ini banyak dari pendaki akan melakukan ritual dengan berziarah ke beberapa petilasan yang berada di Gunung Lawu. Biasanya para pendaki yang melakukan ritual akan duduk bersila , menabur bunga, membakar dupa di lokasi yang dikeramatkan. Lokasi yang sering dijadikan tempat bagi para peziarah yakni Sumur Jolotundo, Sendang Drajat,Sendang Panguripan, Hargo Dumilah, dan Hargo Dalem yang diyakini menjadi tempat moksa Prabu Brawijaya V
ADVERTISEMENT
Misteri terkenal yang menyelimuti gunung ini ialah Pasar Setan. Pasar Setan terletak di sekitar pos lima pendakian via Candi Cetho. Seperti namanya “ Pasar Setan “ tempat ini layaknya pasar pada umumnya, namun yang membedakan ialah pasar ini tak terlihat . Pendaki yang melewati lokasi ini sering menyebutkan bahwa mereka mendengar suara bising orang berbicara seperti aktivitas di pasar. Konon jika mendengar suara seperti layaknya di pasar, pendaki harus membuang barang layaknya sedang bertransaksi di pasar. Menurut mitos yang berkembang Pasar Setan merupakan tempat para makhluk tidak kasat mata bertransaksi jual beli. Pasar Setan secara kasat mata merupakan tanah lapang yang dipenuhi oleh bebatuan dan juga pohon edelweiss. Di tempat ini terdapat beberapa batu yang tersusun rapi dan tidak boleh dipindahkan
ADVERTISEMENT
Meskipun mendaki Gunung Lawu memiliki berbagai tujuan yang berbeda, perlukan diperhatikan pula kesiapan diri dari berbagai aspek, seperti kesehatan, mental, hingga peralatan yang akan digunakan. Bagaimanapun juga Gunung termasuk alam liar yang mana kita tidak tau apa yang akan kita hadapi selama perjalanan. Persiapan sebelum mendaki menjadi hal yang penting untuk meningkatkan keselamatan. Jangan hanya karena ego diri sendiri keselamatan diri maupun orang lain yang menjadi taruhannya.
Fx. Ade Hananta, Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Sebelas Maret