MEMBANGUN BUDAYA MORAL YANG POSITIF DI SEKOLAH

Konten dari Pengguna
25 September 2017 15:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Munawar Luthfi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Persoalan moral disekolah sering menjadi pusat perhatian guru maupun orang tua siswa, banyak diantara mereka yang saling menyalahkan dan melempar tanggungjawab untuk melempar persoalan siapa yang paling berhak meneyelesaikan persoalan tersebut. Di amerika sendiri dalam buku Thomas licona tentang pendidikan karakter dikatakan bahwa banyak ditemukan siswa ketika ditingkat menengah memiliki moral yang cukup baik namun setelah naik ke tingkat lebih tinggi seolah moral yang mereka miliki hilang begitu saja.
ADVERTISEMENT
Thomas licona dalam hal ini mengemukakan beberapa elemen budaya moral positif yang dapat diterapkan disekolah, antara lain sebagai berikut:
1. Kepemimpinan moral dan akademis kepala sekolah
Kepala sekolah merupakan elemen sentral dalam lembaga pendidikan yang menjadi perhatian pendidik, tenaga kependidikan maupun siswa. Budaya moral yang diterapkan kepaa sekolah dalam setiap aktifitasnya akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan budaya moral masyarakat sekolah secara signifikan. Jika kepala sekolah sudah menerapkan budaya moral secara baik maka akan lebih mudah memberikan kebijakan yang nantinya harus dilaksanakan oleh semua elemen disekolah, dengan demikian langkah tersebut dianggap cukup efektif dalam pemebentukan budaya moral.
2. Disiplin sekolah dalam memberikan teladan, mengembangkan dan menegakan nilai-nilai sekolah dalam lingkungan sekolah
ADVERTISEMENT
Kepala sekolah membuat kebijakan dan mengambil keputusan terhadap penerapan budaya moral disekolah. Agar kebijakan tersebut dapat bertahan dan terlaksana secara sistematis pembiasaan disiplin sekolah juga dianggap tidak kalah penting dalam pembentukan budaya moral disekolah. Pendisiplinan dapat dilakukan sebagai kontrol bagi pihak yang belum siap menerapkan budaya moral serta memberikan keteladanan sebagai acuan model yang dapat diikuti baik oleh guru maupun siswa.
3. Pengertian sekolah terhadap masyarakat
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman terhadap siswa tentang nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat sebagai sosialisasi dan juga pembelajaran kontekstual yang memungkinkan siswa memahami baik atau buruknya sesuatu yang dilakukannya.
4. Pengelola sekolah yang melibatkan siswa dalam pengembangan diri yang demokratis
Pengelolaan sekolah yang melibatkan siswa missal dalam penenrapan disiplin, aturan dibuat berdasarkan kesepakatan hasil musyawarah dengan siswa, sehingga siswa merasa saling memiliki terhadap aturan, norma dan nilai yang berlaku disekolah. Dengan harapan mereka akan menjalankan disiplin moral dengan sepenuh hati tanpa adanya paksaan juga mengurangi pelanggaran karena tidak ingin merusak aturan disiplin yang dibuatnya sendiri
ADVERTISEMENT
5. Atmosfir moral terhadap sikap saling menghormati, keadilan dan kerja sama yang mempererat hubungan sekolah dengan para siswa
Menjaga atmosfir moral dengan sikap saling menghargai baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru karena dengan cara itulah disiplin moral tetap dapat terlaksana dengan baik, upaya saling menghargai mendorong guru dan siswa untuk mempertahankan moralnya dan menarik minat orang lain yang melihat untuk ikut serta mengikuti disiplin moral yang diterapkan siswa disekolah.
6. Meningkatkan pentingnya moral dengan mengorbankan banyak waktu untuk peduli terhadap moral manusia
Melibatkan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan dalam banyak kesempatan agar rasa kepedulian terhadap sesama pada diri siswa dapat meningkat dan juga mempelajarari baik buruknya moral manusia dengan melihat realitas yang terjadi dilingkungan masyarakat.
ADVERTISEMENT