Awal Mula Perjalanan Band Skastra dan Album baru 'Persona'

Ade Syah putra
Mahasiswa Ilmu Komunikasi
Konten dari Pengguna
15 Januari 2021 12:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Syah putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bermula dari FIB UI
Sejarah terbentuknya band ini berawal dari bermain band bersama dan ada juga yang sekedar kenal. Mayoritas personel Skastra berasal dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI).
ADVERTISEMENT
Pertama kali kumpul, nama band ini bukan Skastra dan belum membawakan musik ska, pada awalnya band ini membawakan musik dengan genre alternatif rock. Dan pada akhirnya, Mereka memutuskan pindah haluan ke ska dan utuh menjadi Skastra di akhir tahun 2015 . "Konsep Skastra sendiri adalah ska dan rocksteady, tapi dengan rasa-rasa baru di setiap lagunya. Selalu ada campuran dari genre lain, sehingga musik dari Skastra nggak membosankan dan tetap ‘masuk’ dengan mood musik saat ini," Tutur Alduri Vokalis Skastra pada sebuah wawancara.
Saat ini, personel lengkap Skastra terdiri dari Alduri Asfirna (vokal), Ibrahim Rahman (drum), Rasmana Raga (bass), Adi Ahdiat (gitar), Fazrin Mustakin (gitar), Hanung Teguh Wibawa (keyboard), Taufiq Alkatiri (trumpet), dan Faris Sutowijoyo (trombone). Selain bermusik, sebagian personel memiliki pekerjaan lain. Ada yang bekerja di perusahaan startup, media, sampai bergabung di agensi. Tapi, ada juga personel yang menerjunkan diri secara full time di musik.
ADVERTISEMENT
Di tengah kesibukan masing-masing, Skastra sukses meluncurkan album perdananya “Minor 7” pada tahun 2017 dan kembali hadir dengan album keduanya "Persona" yang dirilis akhir 2019 lalu. Ada 10 lagu yang termuat di dalam album tersebut. Beberapa judul lagu yang ada di album Persona antara lain:
Tantangan Skastra sebagai pendatang baru di genre Ska
Skastra sempat cerita sedikit soal pergulatan merintis band indie di dunia musik Indonesia. Tantangan terberat bisa dibilang adalah menemukan pasar dan pendengarnya. Ditambah lagi, umumnya ketika mendengar kata Ska, orang-orang biasanya langsung merujuk pada satu atau dua band saja.
“Sejauh ini, kami bersyukur banget makin lama makin banyak yang mendengarkan Skastra, terutama dari teman-teman yang sampai bikin fan base. Datang di tiap gig, support dan nyebarin lagu-lagu Skastra. Kami merasa cara terbaik untuk berkembang adalah manage online dan offline presence sih, entah itu di sosial media atau di realita,” terang mereka.
ADVERTISEMENT
Walau dilanda banyak tantangan, delapan anggota Skastra yakin bahwa musik masih menjadi ladang menjanjikan untuk ditekuni. Ada banyak potensi dan kesempatan yang tersedia, asalkan mereka memberikan usaha, latihan, koneksi, dan komitmen ekstra di setiap waktu.