Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Buku Kepikiran Dangdut dan Hal-Hal Pop Lainnya : Tentang Dangdut dan Ceritanya
23 Oktober 2024 18:23 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Adeeb Hanif Fazlullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Judul : Kepikiran Dangdut dan Hal-Hal Pop Lainnya
Penulis : Mahfud Ikhwan
ADVERTISEMENT
Penerbit : Warning Books
Tahun Terbit : 2024
Harga Buku : Rp 80.000.- (P. Jawa)
ISBN : 978-623-5879-09-3
Seni musik selalu menjadi topik yang tidak pernah habis ketika kita membahasnya. Karena musik dapat mengambarkan perasaan dan dinamika kehidupan setiap orang. Salah satunya seni musik dangdut yang muncul dan berkembang di Indonesia.
Karya non fiksi ini merupakan kumpulan esai dipilah dan dikemas dengan sangat apik oleh seorang penulis pemenang pertama Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta, Mahfud Ikhwan. Dalam karya ini, Mahfud Ikhwan atau yang biasa dipanggil Cak Mahfud menggunakan latar belakang kehidupan dirinya sendiri yang tumbuh dengan iringan musik, terutama musik dangdut di sekitarnya. Sehingga tulisan ini lebih seperti autobiografi yang menjelaskan pribadi seorang Cak Mahfud dan mengapa ia lebih sangat memahami dan menikmati music dangdut dan sejenisnya.
ADVERTISEMENT
Dangdut Koplo yang Menguasai Bus Antarkota
Buku ini dimulai ketika Cak Mahfud yang menaiki bus antarkota Rajawali Indah jurusan Surabaya-Bojonegoro. Seperti biasa, ia ditemani dengan earphone kesayangannya untuk menghindari musik-musik koplo yang diputar. Satu dua lagu selesai diputar dan lagu berikutnya pun dimainkan. Akan tetapi, dentuman lagu berikutnya ini terasa berbeda ditelinganya. Cak Mahfud segera melepaskan earphone kesayangannya itu, dan siapa sangka tiupan saksofon dan trambon orkes melayu sedang dimainkan. Rasa hangat dan nostalgia membuatnya langsung larut ke dalam musik yang diputar. Bahkan, hingga berjudul-judul lagu dan berbagai penyanyi yang diputar pun ia masih berlarut-larut menikmatinya. Sampai akhirnya, musik-musik dangdut koplo itu kembali diputar dan mengharuskan Cak Mahfud untuk mengenakan earphonenya.
ADVERTISEMENT
Dalam tulisan ini, Cak Mahfud tidak ingin menunjukkan kebenciannya kepada musik dangdut koplo terlepas dari opini yang menyebutkan bahwa musik ini merupakan musik kalangan bawah untuk menyuarakan pendapat mereka. Ia hanya ingin menjelaskan bagaimana hubungan antara tempat dimana ia tumbuh, berkembang, dan menjalani hidupnya yang dianggap ndeso, yang tidak memiliki privilege, dengan mengapa ia lebih relate dengan musik dangdut melayu, musik india, dan musik sejenisnya. Cak Mahfud juga memberikan delapan alasan mengapa ia tidak bisa membenci secara utuh musik dangdut koplo. Beberapa alasan diantara yaitu karena dangdut koplo merupakan musik asli Indonesia yang tumbuh dan berkembang luas dari rakyat sekaligus anak kandung dari musik dangdut.
Ketika Seni Musik Bukan Hanya Kehidupannya
ADVERTISEMENT
Secara umum, karya ini memang membahas tentang seni musik, utamanya musik dangdut. Akan tetapi, Cak Mahfud juga menyelipkan berbagai seni, kegiatan, dan cerita suatu peristiwa yang ia alami dan nikmati semasa hidupnya. Dididik dengan orang tua di desa dengan cara yang islami, membuat kehidupan Cak Mahfud diwarnai dengan berbagai macam ritual ibadah dan akulturasi pertunjukan seni. Salah satu yang paling sorot adalah pertunjukan wayang yang dianggap bukan hanya sebuah pertunjukan seni, tetapi juga sebuah khazanah yang menceritakan mulai dari legenda-legenda, kisah-kisah, hingga asal-usul suatu tempat atau daerah.
Selain pertunjukan wayang, salah satu kegiatan favorit dari orang-orang desa tempat Cak Mahfud dibesarkan adalah mendengarkan ceramah dari seorang dai kondang, Zainuddin MZ. Sayangnya ceramah-ceramah beliau tidak terlalu banyak dan hanya disimpan melalui kaset-kaset radio. Akan tetapi, kaset-kaset yang berisi nasihat-nasihat agama, cerita terdahulu, dan kisah-kisah nabi serta sahabat itulah yang menjadi sahabat anak-anak di zaman itu untuk menikmati waktu luang, utamanya setelah shalat shubuh berjamaah.
ADVERTISEMENT
Masih banyak berbagai budaya yang dibahas dalam tulisan Cak Mahfud ini, seperti penggunaan toa, kebudayaan ala kotak korek api, hingga kebudayaan ludruk. Secara umum, pada bab satu dan bab dua, buku ini membahas tentang perkembangan hidup Cak Mahfud dan apa saja hal-hal yang membersamainya.
Sang Raja Sebagai Penutup Cerita
Bab ketiga sekaligus bab terakhir dalam buku ini tampaknya menjadi pembahasan yang spesial bagi Cak Mahfud. Hal tersebut dikarenakan, keseluruhan bab ini membahas tentang idolanya, Sang Raja Dangdut Rhoma Irama. Dimulai dari cerita pengalaman menonton film Rhoma Irama pertamanya, pesta film layar tancap pertama di desanya, hingga bagaimana ia mengamati film-film yang ditontonnya. Cak Mahfud bahkan menjabarkan elemen-elemen menarik yang bisa kita temukan pada film-film tersebut, yang jika kita perhatikan film-film tersebut menunjukkan aspek sejarah, latar-latar film yang dibuat tidak hanya menggunakan kota Jakarta dan lebih menunjukkan warna dari negara Indonesia, serta diceritakan saking bangusnya film yang diputar pada masa itu, membuat Cak Mahfud membatalkan niatnya untuk shalat tarawih di masjid dan lebih memilih untuk nongkrong di depan televisinya.
ADVERTISEMENT
Pada bab ini juga diceritakan bagaimana lika-liku Rhoma Irama menaikkan kelas musik dangdut yang semula merupakan musik kelas bawah menjadi musik yang memiliki harga diri, bagaimana musik dangdut yang ia nikmatinya pernah menjadi bagian aspek politik pada pemerintahan orde baru, dan bagaimana musik dangdut berusaha bertahan di masa gempuran berbagai musik-musik modern.
Di akhir buku ini Cak Mahfud menunjukkan semakin menuanya Sang Raja Dangut Rhoma Irama dan relevansinya dengan masa depan musik dangdut. Ia menegaskan bahwa sang raja masih terus berkuasa dan keberadaan musik dangdut akan baik-baik saja dengan kata-kata terakhirnya “Rhoma Irama masih memainkan gitarnya. Mari menikmatinya selagi bisa”.
Buku Underrated Untuk Dibaca
Buku ini menyajikan pandangan yang sangat mendalam tentang hubungan kehidupan sosial dengan kesenian-kesenian yang mengiringinya, lebih spesifik dalam hal ini yaitu musik dangdut. Mahfud Ikhwan juga dapat menghadirkan gaya penulisan yang sangat mengalir bagi para pembacanya. Saat membaca buku non fiksi ini, seolah-olah kita disulap sedang membaca karya fiksi berbagai cerita tentang kehidupan kesenian. Perpaduan antara pengalaman pribadi dan pengetahuan yang diberikan memberikan kesan tersendiri bagi para penikmat karyanya. Perpaduan antara bebagai aktivitas hiburan dengan topik buku menjadikan persepsi tentang buku ini tidak hanya tentang musik belaka, tetapi juga menjangkau luas ke dalam setiap isu-isu kehidupan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Namun, dikarenakan cakupan segmentasi pembaca yang cenderung sangat spesifik, nampaknya buku ini kurang cocok dibaca bagi kalian yang baru saja berminat untuk menikmati karya-karyanya. Walaupun terlihat berwarna, penggunaan bahasa yang campur aduk antara formal dan non formal terkadang membuat pembaca sedikit kebingungan dan kurang nyaman saat membacanya.
Secara garis besar, buku ini akan sangat berkesan bagi kalian yang memang memahami topik yang dibicarakan dan memang pengemar bacaan-bacaan karya Mahfud Ikhwan sebelumnya. Buku ini akan menjadi bacaan yang underrated di zaman ini karena apa yang menjadi isi dari buku tersebut sangatlah relate bagi kalian yang ingin merasakan gambaran, pengalaman, atau pembelajaran kehidupan di masa lalu dan perkembangannya.