Arus Media Sosial, Influencer, dan Role Model di Kalangan Remaja

Adelin Aprilia
Fresh Graduate S1 Psikologi UMSurabaya
Konten dari Pengguna
7 Februari 2023 12:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adelin Aprilia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Role model influencer, apakah layak?
Belakangan ini gempuran arus media sosial makin digencarkan dengan berbagai kemudahan dalam berkirim pesan, berbagi cerita sampai informasi tak terduga. Berangkat dari platform yang ada, banyak melahirkan idola baru dari berbagai kalangan yang dijembatani melalui aplikasi media sosial mulai dari Instagram, YouTube sampai TikTok.
ADVERTISEMENT
Konten yang disuguhkan juga makin beragam dan tidak terbendung. Dari banyaknya konten yang bermunculan itu tentu melahirkan influencer yang kemungkinan besar akan digandrungi masyarakat luas, khususnya anak-anak muda.
Kehadiran media sosial dapat menjembatani seseorang agar bisa terkenal dalam waktu sekejap. Maka, tidak jarang banyak yang menjadikan media sosial sebagai tempat untuk menghasilkan rupiah dengan kreativitas yang dimiliki.
Orang-orang tersebut dapat disebut sebagai influencer, beberapa tahun belakang banyak influencer yang dijadikan panutan (role model) bagi masyarakat—terutama para remaja—mulai dari gaya hidup, berpenampilan, berbahasa, sampai kebiasaan influencer.
Arus media sosial menghadirkan role model dengan pengaruh yang sangat besar dan beragam terhadap penggunanya. Paparan informasi yang diterima otak akan diasumsikan sebagai contoh yang bisa kapan saja ditiru.
ADVERTISEMENT
Sajian tersebut tentu membawa pengaruh positif ketika konten yang ditampilkan juga positif. Namun, itu akan berdampak buruk ketika konten-konten yang tersaji adalah konten merusak.
Ilustrasi influencer perempuan. Foto: Shutterstock
Media sosial dapat menjadikan orang yang biasa saja dapat menjadi terkenal dalam sekejap. Tak jarang media sosial dijadikan sebagai tempat untuk menghasilkan rupiah dengan kreativitas yang dimiliki. Orang-orang tersebut dapat disebut sebagai influencer
Namun, nyatanya penggunaan media sosial yang makin tidak terbendung di kalangan masyarakat justru mengkhawatirkan terlebih bagi kalangan remaja. Di mana masa remaja merupakan masa pencarian jati diri.
Jiwa remaja cenderung emosional dan seringkali menyerap informasi yang belum tentu akurat. Sehingga menjadi penting memfilter influencer yang akan dijadikan sebagai role model. Jika tidak akibatnya akan keliru dalam penafsiran, mereka rela melakukan apa
ADVERTISEMENT
Bagaikan dua mata koin yang memiliki sisi berbeda, influencer yang bermunculan juga menghadirkan sisi positif dan negatif bagi masyarakat. Beragam pandangan mengenai kecantikan, fashion, pendidikan dan hal sejenisnya.
Mereka akan berusaha meniru pandangan sosial tersebut, bahkan menyerupai influencer idolanya. Pandangan ini akan jadi positif ketika diaplikasikan dengan cara yang benar. Misalnya dengan adanya tren yang muncul dijadikan motivasi untuk terbuka dan tidak bodoh amat dengan penampilan selain itu dapat informasi-informasi baru mengenai dunia pendidikan maupun fashion yang tengah berkembang.
Namun akan jadi bumerang dan berdampak negatif jika ditelan mentah-mentah. Apalagi jika hanya dijadikan sebagai obsesi belaka.