Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0
Konten dari Pengguna
Sexual Bullying Tidak Bis Dinormalisasi dalam Balutan "Lelucon"
17 Februari 2025 9:03 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Adelin Aprilia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Dokumen Pribadi](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jezefwkryan79s6qhsqg151s.png)
ADVERTISEMENT
Tanpa kita sadari kalimat sexual bullying seringkali dibingkai dalam balutan lelucon, yang jatuhnya bukan hal lucu melainkan cacian, hal itu merujuk pada perempua yang kerap menjadi subjek sasaran. lelucon seperti ini tidak bisa dinormalisasi sebab mengarah pada perundungan seksual.
ADVERTISEMENT
Sexual bullying bisa berupa tindakan, perilaku sampai komentar termasuk lelucon dan maskian yang konotasinya berbau seksual, menampilkan gestur tidak senonoh, menyebarkan rumor bahkan foto seksual dan menyentuh atau merapa seseorang tanpa izin.
Seperti kita ketahui bersama, belum lama ini ada seorang ulama yang viral karena kalimat caciannya pada seorang penjual es teh saat kajian akbar berlangsung. Hal ini sontak memberikan tanggapan negatif yang ditujukan pada ulama tersebut, hingga tidak sedikit netizen yang mengungkap jejak digital buruknya pemilihan kalimat tokoh ini, yang merujuk pada sexual bullying.
Miftah Maulana melontarkan kalimat "Suaranya aja enaknya kayak gitu, apalagi desahannya!" kepada seorang perempuan di kajiannya, mungkin menurutnya itu lucu, ia tertawa setelah melontarkan kalimat itu. Tidak berhenti disitu, Miftah yang sering dikenal dengan sebutan Gus ini berusaha melawak lagi dengan "Cowok itu memang suka dengan cewek yang polos, paik polos pikirannya maupun polos busananya" . Parahnya lagi pada satu moment gus Miftah juga kerap melontarkan candaan yang merujuk pada sexsual bullying pada sinden sekaligus koedian, Yanti Pesek. Disana Miftah mengucapkan syukur karena Yati memiliki muka yang jelek, sebab jika cantik maka isa bisa bekerja sebagai wanita tuna susila alias PSK (Perempuan Seks Komersial)
ADVERTISEMENT
Mirisnya kalimat yang dipilih gus Miftah ini merujuk pada pelecehan sosial yang tidak patut dilontarkan dalam acara ataupuk kegiatan masyarakat, apalagi beliau merupakah tokoh publik yang memiliki banyak pengikut dan pendukung.
Menurut Proudy Gourguechon seorang psikiater dan psikoanalis mengatakan, terdapat 3 ciri-ciri kepribadian yang dapat membuat seseorang mudah melakukan pelecehan seksual, diantaranya:
1. Minim Empati
Seseorang yang empatinya rendah cenderung dengan mudah melihat orang lain sebagai objek tanpa perasaan yang bisa dengan senaknya menjadi sasaran
2. Megah dan Spesial
Individu seperti ini merasa dirinya adalah sosok yang sepesial dan harus selalu dipatuhi, sehingga dengan mudah dapat mengelabuhi orang lain
3. Kemahakuasaan
Pada tipe ini seorang individu cenderung menutamakan kekuasaan yang ia miliki, dengan tidak mematuhi aturan dan standar moral yang berlaku di masyarakat, ia juga kerap berfikir bahwa hokum bisa dibeli dan citra bisa dicuci.
ADVERTISEMENT
Bagaimana menurut kalian? apakah jokes yang mengarah pada pelecehan seksual patut dinormalisasikan? rasanya lelucon-lelucon sarkas seperti itu perlu diluruskan agar tidak memakan korban. Siapapun kamu, figur publik atau bukan, memiliki jabatan atau tidak, sosok pemimin atau tidak sepatutnya tidak mengeluarkan lelucon-lelucon yang mengarah pada sexual bullying. Karena kita tidak perlu merendahkan orang lain untuk meninggikan diri sendiri.