Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Generasi Alpha Butuh Guru yang Canggih dan Hangat
23 April 2025 17:33 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Adeline Ayu Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Generasi Alpha adalah anak-anak yang lahir di tengah kemajuan pesat teknologi dan kecerdasan buatan. Mereka tumbuh dengan gawai di tangan, terbiasa berinteraksi dengan layar sentuh, asisten virtual, dan algoritma digital sejak usia dini. Tak heran, pemahaman mereka terhadap teknologi kerap melampaui generasi sebelumnya. Namun, kemajuan ini juga menuntut dunia pendidikan untuk beradaptasi secara cerdas dan menyeluruh.
ADVERTISEMENT
Kita tak bisa lagi menerapkan strategi pembelajaran lama untuk anak-anak baru ini. Sekolah bukan hanya perlu melek teknologi, tetapi juga wajib melek emosi. Artinya, pendidikan masa kini harus berjalan di dua jalur utama: penguasaan digital dan pembentukan karakter. Sayangnya, fokus yang berlebihan pada inovasi teknologi kerap melupakan aspek paling mendasar dalam pendidikan: membentuk manusia seutuhnya.
Mengintegrasikan teknologi dalam kelas memang penting. Penggunaan AI untuk personalisasi pembelajaran, pemanfaatan platform digital, hingga metode gamifikasi bisa meningkatkan minat belajar anak-anak Generasi Alpha. Namun, di sisi lain, kecanduan layar, minimnya interaksi sosial, dan lemahnya empati bisa menjadi dampak buruk jika kecerdasan emosional tak ikut dibina.
Kecerdasan emosional—kemampuan mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri dan orang lain—merupakan bekal utama untuk hidup di masyarakat yang majemuk dan terus berubah. Dalam konteks pendidikan, hal ini bisa diwujudkan melalui pembelajaran berbasis nilai, diskusi reflektif, kerja kelompok, serta pendekatan humanistik yang menempatkan siswa sebagai manusia, bukan sekadar objek pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Pendidik dan sekolah harus menjadi jembatan yang mampu menghubungkan kecanggihan teknologi dengan kepekaan manusia. Guru tidak hanya perlu menguasai alat digital, tapi juga harus terlatih dalam membimbing siswa agar mampu memahami dirinya, mengelola tekanan, dan menjalin hubungan sosial yang sehat.
Peran orang tua juga tak bisa diabaikan. Pendidikan karakter dan emosional dimulai dari rumah. Ketika sekolah dan keluarga bersinergi dalam membentuk pribadi yang cerdas secara intelektual dan emosional, maka Generasi Alpha akan tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya siap menghadapi tantangan teknologi, tapi juga siap membangun masa depan yang lebih manusiawi.
Mendidik di era AI bukan hanya tentang mengajarkan coding dan teknologi, tapi tentang bagaimana menjadikan manusia tetap menjadi manusia di tengah gelombang digitalisasi. Saatnya sekolah menjadi ruang belajar yang tak hanya canggih, tapi juga hangat. Teknologi boleh meresap ke segala lini kehidupan, tapi pendidikan tetap harus berakar pada nilai-nilai kemanusiaan.
ADVERTISEMENT