Konten dari Pengguna

Membongkar Puzzles Sosial: Ketidaksetaraan dan Akses Pendidikan di Amerika Latin

adeltasakina
Mahasiswa semester 5 jurusan Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya
4 November 2024 18:12 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari adeltasakina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
sumber: pixabay
ADVERTISEMENT
Adelta Sakina, Universitas Sriwijaya.
Artikel ini akan membahas topik ketidaksetaraan dan akses terhadap pendidikan di Amerika Latin, yang merupakan salah satu wilayah dengan tingkat sosial ekonomi paling miskin di dunia. Akses pendidikan yang tidak dapat diandalkan telah menjadi hambatan utama bagi mobilitas sosial di wilayah ini, karena anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah tidak memiliki akses yang setara terhadap pendidikan berkualitas tinggi. Hal ini tidak hanya memperkuat kemiskinan antargenerasi, tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan ketegangan sosial yang ada. Dunia Amerika Latin memiliki struktur sosial yang kompleks yang dipengaruhi oleh kolonialisme, konflik sosial, dan pemerintahan yang tidak stabil. Meskipun berbagai reformasi telah dilakukan, masalah akses terhadap pendidikan masih menjadi masalah serius. Pemerintah di wilayah ini sering kali menghadapi masalah anggaran, birokrasi yang lamban, dan korupsi yang menghambat pemerataan sumber daya pendidikan. Hal ini menciptakan situasi di mana hanya anak-anak dari kelompok mampu yang dapat menikmati pendidikan berkualitas tinggi, sementara sebagian besar anak-anak dari kelompok miskin harus disediakan fasilitas dan kualitas pengajaran yang jauh di bawah standar. Penulis memahami bahwa untuk mengatasi masalah ketimpangan pendidikan di Amerika Latin, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan inklusif, yang menekankan pada aspek sosial, ekonomi, dan politik. Untuk itu, penulis akan berfokus pada tiga argumen utama: pertama, dampak ketidaksetaraan ekonomi sebagai penghalang pendidikan berkualitas; kedua, kualitas pendidikan di sekolah-sekolah negeri yang memperlebar jurang kesenjangan; dan ketiga, dampak buruk korupsi dan birokrasi yang berkaitan dengan efektifitas program-program pendidikan bagi kelompok-kelompok yang kurang mampu.
ADVERTISEMENT
Dampak Ketidaksetaraan Ekonomi sebagai Penghalang Akses Pendidikan Berkualitas
Ketidaksetaraan ekonomi merupakan faktor utama yang menghambat akses pendidikan di Amerika Latin. Keluarga berpenghasilan rendah sering kali tidak mampu membiayai pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak mereka. Sekolah-sekolah dengan fasilitas terbaik biasanya berada di daerah perkotaan atau lingkungan berpenghasilan tinggi, sementara daerah pedesaan dan kumuh perkotaan umumnya hanya memiliki sekolah dengan fasilitas dan tenaga pengajar yang terbatas. Selain itu, biaya tersembunyi seperti seragam, buku, dan transportasi menjadi beban tambahan yang membuat anak-anak dari keluarga miskin terpaksa putus sekolah atau memilih untuk bekerja demi membantu perekonomian keluarga. Kondisi ini menciptakan lingkaran kemiskinan yang sulit diputus, di mana anak-anak dari keluarga miskin tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup melalui pendidikan yang lebih baik. Teori reproduksi sosial Pierre Bourdieu menawarkan kerangka teoretis yang kuat untuk memahami bagaimana ketidaksetaraan sosial direproduksi melalui sistem pendidikan. Menurut Bourdieu, pendidikan sering kali mereproduksi struktur kelas sosial yang ada, dengan memberikan keuntungan kepada mereka yang sudah memiliki modal budaya, sosial, dan ekonomi yang lebih besar. Di Amerika Latin, sistem pendidikan yang tidak setara memperkuat posisi kelompok-kelompok yang sudah dominan secara ekonomi dan sosial, sementara kelompok yang terpinggirkan terus tertinggal.
ADVERTISEMENT
Bourdieu berpendapat bahwa modal budaya, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dihargai oleh sistem pendidikan, cenderung dimiliki oleh kelompok-kelompok sosial yang sudah mapan. Dengan demikian, anak-anak dari keluarga kaya atau berpendidikan tinggi lebih cenderung sukses di sekolah, sementara anak-anak dari latar belakang yang kurang beruntung terpinggirkan. Di Amerika Latin, perbedaan akses dan kualitas pendidikan antara kelompok sosial yang berbeda mencerminkan bagaimana sistem pendidikan dapat berfungsi sebagai alat untuk mereproduksi ketidaksetaraan sosial yang sudah ada.
Rendahnya Kualitas Pendidikan di Sekolah Negeri Memperlebar Jurang Kesenjangan
Meskipun banyak negara di Amerika Latin menawarkan pendidikan gratis hingga sekolah menengah, kualitas pendidikan di sekolah negeri seringkali tidak memadai dan tertinggal jauh dibandingkan sekolah swasta. Sekolah-sekolah negeri di wilayah tersebut umumnya menghadapi kekurangan anggaran, yang mengakibatkan kurangnya fasilitas pendukung pendidikan, kurangnya staf pengajar yang berkualitas, dan terbatasnya materi pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan modern. Situasi ini menciptakan lingkungan belajar yang tidak kondusif bagi siswa, dengan ruang kelas yang penuh sesak, kurangnya buku dan alat peraga, serta kurangnya laboratorium atau fasilitas teknis untuk pembelajaran sains, komputasi, dan keterampilan digital.
ADVERTISEMENT
Anak-anak dari keluarga kaya yang mampu mengenyam pendidikan tinggi dapat memperoleh manfaat dari lingkungan sekolah yang lebih baik, materi pembelajaran terkini, fasilitas teknologi canggih, dan kurikulum yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21. Mereka mendapatkan pendidikan yang fokus tidak hanya pada materi akademis namun juga pengembangan soft skill seperti pemecahan masalah, kreativitas, kolaborasi dan keterampilan berpikir kritis – yang semuanya dibutuhkan dalam dunia kerja modern. Di sisi lain, anak-anak dari keluarga miskin yang bersekolah di sekolah negeri tidak mendapatkan pendidikan yang setara, sehingga membuat mereka kurang berminat bersaing di dunia kerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kesenjangan ini semakin memperlebar kesenjangan sosial dan ekonomi. Ketika anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah tidak mendapat pendidikan yang memadai, mereka seringkali terjebak dalam pekerjaan berupah rendah, sehingga membatasi mobilitas sosial mereka dan menyulitkan mereka untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Situasi ini tidak hanya merugikan individu yang terkena dampak, namun juga menimbulkan tantangan terhadap pembangunan ekonomi dan sosial secara keseluruhan. Pasar tenaga kerja Amerika Latin pada akhirnya kekurangan pekerja terampil dan berpendidikan tinggi, sehingga dapat menghambat produktivitas dan inovasi di berbagai sektor.
ADVERTISEMENT
Korupsi dan Birokrasi Menghambat Efektivitas Program Pendidikan
Korupsi dan birokrasi yang melekat pada banyak sistem pemerintahan Amerika Latin menyebabkan program pendidikan untuk kelompok kurang mampu seringkali tidak efektif. Banyak dana yang dialokasikan untuk pendidikan tidak sampai kepada mereka yang membutuhkan karena terhambat prosedur administratif atau disalahgunakan. Program bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan kesempatan pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin seringkali terhambat oleh birokrasi yang lamban dan tidak jelas sehingga menghambat pencapaian tujuan bantuan. Lebih lanjut, situasi ini diperparah dengan ketidakjelasan alokasi anggaran pendidikan, karena sulitnya memastikan bahwa dana tersebut benar-benar digunakan untuk tujuan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan pendidikan di Amerika Latin bukan hanya merupakan permasalahan ekonomi, namun juga merupakan permasalahan struktural sistem pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini menunjukkan bahwa kemerosotan pendidikan di Amerika Latin tidak semata-mata disebabkan oleh kurangnya sumber daya, namun lebih disebabkan oleh masalah struktural dalam sistem pemerintahan yang harus dibenahi. Korupsi dan birokrasi tidak hanya menghambat akses pendidikan bagi masyarakat miskin, namun juga merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah dan sistem pendidikan itu sendiri. Jelaslah bagi masyarakat umum bahwa dukungan publik terhadap pendidikan sedang dirusak, bahwa ada keinginan yang kuat untuk membuat reformasi pendidikan menjadi efektif, dan bahwa ada dukungan yang tak tergoyahkan bagi pemerintah. Selain itu, guru-guru yang bekerja dalam sistem yang penuh korupsi dan birokrasi ini cenderung kehilangan semangat dan merasa tidak didukung dalam pekerjaan mereka, yang berdampak pada motivasi dan kualitas pengajaran.
ADVERTISEMENT
Ketiga argumentasi di atas, yaitu dampak ketimpangan ekonomi terhadap akses pendidikan, buruknya kualitas pendidikan di sekolah negeri yang memperlebar kesenjangan, serta dampak negatif korupsi dan birokrasi terhadap efektivitas program pendidikan, semuanya menunjukkan bahwa ketimpangan akses pendidikan di Latin Amerika merupakan persoalan kompleks yang memerlukan penanganan komprehensif dan terkoordinasi. Ketimpangan ini tidak hanya menjadi permasalahan ekonomi namun juga menjadi permasalahan struktural dalam sistem pendidikan dan pemerintahan. Para penulis berpendapat bahwa tanpa tindakan nyata untuk menghilangkan dan mengatasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kesenjangan ini, generasi muda di Amerika Latin akan terus terjebak dalam siklus kemiskinan dan terbatasnya kesempatan. Dengan menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan merata, kita dapat membuka pintu kesempatan yang lebih luas, memastikan bahwa pendidikan berkualitas menjadi hak setiap anak, dan pada akhirnya menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.
ADVERTISEMENT
Referensi
Bourdieu, Pierre. Reproduction in Education, Society and Culture. London: SAGE Publications, 1990.
Ferreira, Francisco H.G., and Nora Lustig. "The Rise and Fall of Inequality in Latin America." Annual Review of Economics, vol. 7, no. 1, 2015, pp. 409-431.https://doi.org/10.1146/annurev-economics-080614-115957
Subono, N. I. (2017). Dari adat ke politik: transformasi gerakan sosial di Amerika Latin. Marjin Kiri.
The World Bank. "Inequality in Latin America and the Caribbean: Breaking with History?" World Bank Report, 2004. https://openknowledge.worldbank.org/entities/publication/4ed44606-8162-50b5-9873-7e919569e412