Konten dari Pengguna

Linguistik Forensik: Bukti Bahasa Berperan dalam Kasus Dokter PPDS

Syahrul Ramadhan Official
Kurator Puisi KGS (2025-2029), Sastrawan, Penyair, Peminat Bidang Pendidikan, Linguis, dan Peneliti. S-1 Sastra Indonesia, Universitas Pamulang S-2 Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Prof. DR. Hamka.
10 April 2025 12:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syahrul Ramadhan Official tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dibuat menggunakan AI oleh penulis
zoom-in-whitePerbesar
Dibuat menggunakan AI oleh penulis

Bagaimana bahasa berperan bukan hanya sebagai alat komunikasi?

Linguistik forensik merupakan salah satu cabang multidisiplin ilmu yang menggabungkan antara bahasa dan hukum, yang semakin memperlihatkan relevansinya dalam berbagai konteks, termasuk dalam berbagai kasus medis. Kasus dokter PPDS yang belakang ini viral dan menjadi sorotan publik merupakan contoh nyata bagaimana bahasa memiliki peran penting dalam mengungkap kebenaran dan menegakkan keadilan. Dalam konteks tersebut, bahasa bukan hanya sekadar alat komunikasi, melainkan juga sebagai instrumen untuk menganalisis dan memahami tindakan serta niat di balik setiap ungkapan yang disampaikan.
ADVERTISEMENT
Dalam kasus yang tengah ramai menjadi perbincangan, yakni rudapaksa seorang dokter PPDS yang dilakukan terhadap pasien, banyak elemen bahasa yang dapat dianalisis, mulai dari pemilihan kata, nada, hingga struktur kalimat yang digunakan dalam komunikasi medis antara dokter dan pasien. Ketika terjadi kesalahan medis atau dugaan malpraktik, seringkali pertanyaan mendasar yang muncul adalah tentang apa yang diungkapkan dokter kepada pasien dan bagaimana informasi tersebut dipahami. Di sinilah linguistik forensik mengambil peran penting, dengan menelaah transkrip percakapan, catatan medis, dan dokumen terkait lainnya untuk menemukan petunjuk yang mungkin tersembunyi di dalamnya.
Analisis bahasa dapat mengungkapkan tidak hanya isi pesan, tetapi juga konteks dan emosi yang mengikutinya. Misalnya, jika seorang dokter menggunakan istilah teknis yang sulit dipahami pasien tanpa penjelasan yang memadai, hal ini dapat dianggap sebagai sebuah kelalaian yang berujung pada konsekuensi serius. Dalam situasi tersebut, kemampuan pihak berwenang untuk memahami dan menafsirkan bahasa yang digunakan menjadi kunci untuk menentukan apakah tindakan dokter tersebut sesuai dengan standar profesional yang diharapkan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, linguistik forensik juga membantu dalam menggali keterangan saksi dan membangun argumen hukum. Dalam diskusi antara tim advokasi dan pihak berwenang, analisis bahasa dapat memberikan wawasan tentang kebenaran suatu pernyataan. Misalnya, memilih kata-kata yang tepat dan merumuskan pertanyaan yang tepat kepada para saksi dapat memperjelas detail yang mungkin terabaikan. Oleh karena itu, penggunaan metode linguistik forensik dalam proses investigasi kasus dokter PPDS tidak hanya memberikan bukti, namun juga memperkuat narasi yang mungkin terdengar ambigu akibat ketidakjelasan komunikasi.
Dengan demikian, pengintegrasian linguistik forensik dalam penanganan kasus-kasus medis sangatlah krusial. Selain berfungsi sebagai alat untuk menemukan kebenaran, ilmu ini juga memberikan perspektif baru tentang pentingnya komunikasi yang jelas dan efektif dalam konteks pelayanan medis. Di era di mana kesalahan komunikasi dapat berakibat fatal, pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan bahasa dalam praktik medis harus menjadi prioritas. Dalam hal ini, kami sangat berharap adanya kolaborasi antara ahli linguistik dan praktisi hukum untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan transparan dalam praktik medis, serta membantu pasien mendapatkan keadilan yang mereka layak terima.**
ADVERTISEMENT
Syahrul Ramadhan, Kabupaten Tangerang