Konten dari Pengguna

Menelusuri Penggunaan Strategi Komunikasi Politik di Indonesia

Syahrul Ramadhan Official
Kurator Puisi KGS (2025-2029), Sastrawan, Penyair, Peminat Bidang Pendidikan, Linguis, dan Peneliti. S-1 Sastra Indonesia, Universitas Pamulang S-2 Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Prof. DR. Hamka.
8 Mei 2025 11:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syahrul Ramadhan Official tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
dibuat oleh penulis menggunakan AI
zoom-in-whitePerbesar
dibuat oleh penulis menggunakan AI
Oleh Syahrul Ramadhan

Bagaimana pragmatik memandang strategi komunikasi politik?

ADVERTISEMENT
Strategi komunikasi politik di Indonesia merupakan arena kompleks yang dipengaruhi oleh beragam faktor seperti sosial, budaya, dan politik. Melalui lensa pragmatik, kita dapat menganalisis bagaimana para aktor politik menggunakan bahasa untuk mencapai tujuan tertentu, membangun citra, dan memengaruhi opini publik. Pola strategi komunikasi tersebut akan terfokus pada implikatur percakapan, tindak tutur, dan prinsip kerjasama.
dalam konteks pragmatik, komunikasi politik tidak hanya sekadar menyampaikan informasi tetapi juga menciptakan makna dan efek tertentu bagi pendengar. para politisi sering kali menggunakan implikatur percakapan seperti pesan tersirat di balik kata-kata untuk menyampaikan gagasan atau kritik tanpa harus menyatakan secara eksplisit.
Misalnya, seorang politisi mungkin mengatakan, "Saya percaya masyarakat Indonesia cerdas dan bisa menilai sendiri siapa yang pantas memimpin," alih-alih mengatakan secara langsung bahwa kandidat lain tidak kompeten. Implikatur ini memungkinkan politisi untuk menghindari tuduhan menyerang pribadi sambil tetap menyampaikan pesan yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
Tindak tutur juga memainkan peran penting dalam strategi komunikasi politik. Tindak tutur adalah tindakan yang dilakukan melalui ucapan, seperti pernyataan, pertanyaan, perintah, atau janji. Dalam kampanye politik, misalnya, para kandidat sering menggunakan tindak tutur direktif (perintah atau permintaan) untuk mengajak masyarakat memilih mereka. Slogan-slogan seperti "Lanjutkan!" atau "Saatnya yang muda memimpin!" adalah contoh dari tindak tutur direktif yang bertujuan untuk memobilisasi dukungan. Selain itu, tindak tutur ekspresif (menyatakan perasaan atau sikap) juga sering digunakan untuk membangun citra yang positif dan dekat dengan masyarakat. Misalnya, seorang politisi mungkin mengatakan, "Saya sangat bangga menjadi bagian dari bangsa ini," untuk menunjukkan rasa nasionalisme dan solidaritas.
Prinsip kerjasama, yang dikemukakan oleh Grice, juga relevan dalam memahami strategi komunikasi politik. Prinsip ini menyatakan bahwa dalam percakapan yang efektif, peserta harus berusaha untuk memberikan kontribusi yang jujur, relevan, informatif, dan jelas. Namun, dalam politik, prinsip kerjasama sering kali dilanggar untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya, seorang politisi mungkin memberikan informasi yang tidak lengkap atau menyesatkan untuk memengaruhi opini publik. Pelanggaran prinsip kerjasama ini sering kali disengaja dan merupakan bagian dari strategi untuk memenangkan dukungan atau merusak reputasi lawan.
ADVERTISEMENT
Dalam politik Indonesia, penggunaan bahasa gaul atau dialek daerah juga merupakan strategi yang umum untuk mendekatkan diri dengan pemilih. Para politisi sering kali menggunakan bahasa yang familiar bagi masyarakat lokal untuk menunjukkan bahwa mereka memahami kebutuhan dan aspirasi mereka. Namun, penggunaan bahasa gaul juga dapat menimbulkan kontroversi jika dianggap tidak pantas atau merendahkan kelompok tertentu.
Selain itu, penggunaan metafora dan simbolisme juga sering terlihat dalam komunikasi politik di Indonesia. Misalnya, simbol burung garuda sering digunakan untuk membangkitkan semangat nasionalisme, sementara metafora tentang "kapal besar Indonesia" digunakan untuk menggambarkan tantangan dan peluang yang dihadapi bangsa. Penggunaan metafora dan simbolisme ini dapat memperkuat pesan yang ingin disampaikan dan membuat komunikasi politik lebih menarik dan mudah diingat.
ADVERTISEMENT
Namun, strategi komunikasi politik juga memiliki sisi negatif. Manipulasi informasi, kampanye hitam, dan ujaran kebencian sering kali digunakan untuk merusak reputasi lawan atau memecah belah masyarakat. Praktik-praktik ini melanggar prinsip-prinsip etika komunikasi dan dapat merusak demokrasi. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memiliki kemampuan literasi media yang baik agar dapat membedakan antara informasi yang benar dan yang palsu, serta untuk menghindari terjebak dalam polarisasi politik.
Strategi komunikasi politik di Indonesia sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor pragmatik. Para politisi menggunakan implikatur percakapan, tindak tutur, prinsip kerjasama, bahasa gaul, metafora, dan simbolisme untuk mencapai tujuan tertentu. Namun, praktik-praktik ini juga memiliki potensi untuk disalahgunakan dan dapat merusak demokrasi jika tidak dilakukan dengan etika dan tanggung jawab. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami strategi komunikasi politik dan memiliki kemampuan untuk berpikir kritis dalam menghadapi informasi yang mereka terima.
ADVERTISEMENT