Representasi Budaya Masyarakat Melayu dalam Hikayat Raja Budak

Adenia Gustama
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Konten dari Pengguna
21 Desember 2020 5:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adenia Gustama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Isi dari manuskrip Hikayat Raja Budak
zoom-in-whitePerbesar
Isi dari manuskrip Hikayat Raja Budak
ADVERTISEMENT
Manuskrip merupakan sebuah alat penyimpan bagi tulisan-tulisan kuno di masa lampau. Manuskrip merupakan bagian utama dari ilmu Filologi. Filologi sendiri adalah cabang ilmu budaya berupa disiplin ilmu yang berorientasi pada naskah-naskah kuno. Banyak manuskrip yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia bahkan dunia.
ADVERTISEMENT
Manuskrip yang telah tersebar itu kemudian dilestarikan melalui digitalisasi manuskrip yang diartikan sebagai proses pengalihan manuskrip dari bentuk aslinya ke dalam bentuk digital. Perlunya kegiatan digitalisasi naskah atas dasar penyelamatan kandungan informasi dari naskah itu sendiri, yang apabila dikemudian hari secara fisik naskahnya sudah tidak dapat dipertahankan atau punah.
Tahun ke tahun perkembangan digitalisasi manuskrip semakin gencar. Para pakar Filologi yang biasa disebut Filolog selalu melakukan penelitian-penelitian terhadap manuskrip yang ditemukan. Hasil dari digitalisasi biasanya disimpan di perpustakaan ataupun komunitas naskah kuno. Di Asia ada DREAMSEA (Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia) yang menjadi pusat data manuskrip terlengkap di Asia Tenggara. Indonesia sendiri ada Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara) dan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) sebagai penyedia layanan open access untuk melihat manuskrip yang telah di digitalisasi.
ADVERTISEMENT
Salah satu manuskrip yang sudah melalui tahap digitalisasi adalah Manuskrip yang berjudul Hikayat Raja Budak. Hikayat Raja Budak dapat diakses secara daring di laman resmi www.khastara.perpusnas.go.id. Hikayat Raja Budak merupakan naskah klasik nusantara yang ditulis dalam huruf arab namun menggunakan bahasa melayu. Hikayat ini masuk dalam salah satu cerita kesusastraan Melayu lama. Hikayat Raja Budak terdiri dari 53 halaman dan setiap halamannya berisikan 21 baris tulisan arab.
Kondisi dari naskah Hikayat Raja Budak termasuk kategori naskah yang kurang baik secara bentuk fisik karena mengalami kerusakan seiring bertambahnya waktu. Kertas naskahnya sudah berwarna kecoklatan dan lapuk. Beberapa lembaran naskah ini sudah terlepas dari kurasnya. Sisi kanan dan kiri pada kuras sudah terlihat koyak. Jilid pada buku menggunakan karton bersampul kertas marmer coklat tetapi jilidnya sudah rusak. Naskah ini ditulis menggunakan tinta hitam. Hikayat ditulis di sebuah kertas jenis kertas Eropa dengan cap kertas singa dalam lingkaran. Walaupun secara fisik naskah terlihat banyak kekurangan, namun tulisan masih jelas terbaca.
ADVERTISEMENT
Hikayat Raja Budak memiliki 3 versi yang berbeda. Hikayat Raja Budak juga pernah dialih bahasakan oleh Jumsari Yusuf ke dalam bahasa Indonesia di tahun 1982 sebagai proyek penerbitan buku sastra Indonesia dan daerah. Hikayat Raja Budak berbentuk prosa yang berasal dari Palembang. Dalam cerita Hikayat Raja Budak ini terlihat adanya perpaduan unsur cerita yang berasal dari kepercayaan Hindu dan juga Islam. Karya sastra prosa yang berasal dari daerah Palembang pada umumnya menampakkan perpaduan kedua kepercayaan tersebut, seperti Hikayat Dewa Raja Agas Melila dan Hikayat Raja Babi.
Naskah ini mengisahkan Raja kaya raya yang tinggal Lantapuri. Raja itu memiliki 7 orang anak diantaranya satu orang anak perempuan bernama Sifat Akal, dan keenamnya laki-laki yang bernama Sifat Bicara, Sifat Budiman, Sifat Soal, Sifat Jawab, Sifat Cahaya dan Sifat Iman. Sesudah raja meninggal, anak yang tertua diangkat menggantikan tahta raja berkat bantuan penduduk dikotanya, dan keenam saudaranya dijadikan penggawa.
ADVERTISEMENT
Dinamakan Hikayat Raja Budak menukil dari nama tokoh utamanya yaitu Sifat Akal. Sifat Akal dalam ceritanya diberikan julukan Raja Budak karena digambarkan sebagai seorang raja (pemimpin) yang baik. Walaupun dia seorang perempuan tetapi Raja Budak merupakan sosok raja yang didambakan oleh rakyatnya. Ia bukan hanya memiliki paras yang sangat cantik, tetapi juga memiliki budi bahasa yang luhur. Sebagai seorang raja ia sangat arif, bijaksana, adil, pemurah, penyayang, memiliki pengetahuan yang luas, tidak sombong, dan tidak lupa kepada Allah SWT.
Hikayat Raja Budak juga mencerminkan khazanah budaya masyarakat Melayu pada masa lampau, seperti penobatan, peminangan, dan perkawinan seorang raja. Pada saat Sifat Akal akan dinobatkan menjadi Raja Budak, terlebih dahulu diadakan pengarakan dengan menggunakan payung kebesaran kerajaan yang berwarna kuning keemasan dan pengibaran tunggul panji-panji, serta pemukulan berbagai macam bunyi- bunyian, lalu pemberian gelar. Begitu pula pada saat Raja Budak dipinang oleh Raja Dewa Kacah dilakukan pengarakan terhadap surat pinangan dengan berkeliling negeri.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada saat perkawinan Raja Budak dengan Raja Dewa Kacah dilakukan pesta berjaga-jaga selama 40 hari 40 malam, akad nikah, serta persandingan kedua mempelai. Saat bersanding kedua mempelai diberi makan nasi adap-adap, dan kemudian kedua pengantin memasuki bilik peraduan. Setelah upacara perkawinan kedua pengantin diarak menuju tempat pemandian yang disebut dengan punca persada.
Adat kebiasaan seperti yang tergambar dalam cerita Hikayat Raja Budak merupakan adat kebiasaan yang juga berlaku pada raja-raja Melayu pada zaman dulu, yang berasal dari Palembang semasa pemerintahan Sriwijaya. Adat kebiasaan ini merupakan pengaruh dari kepercayaan Hindu. Di samping adanya pengaruh Hindu, dalam Hikayat ini juga terdapat pengaruh kepercayaan dari agama Islam, seperti penyebutan Allah SWT untuk mengganti kata Dewata, penggunaan doa-doa dalam bahasa Arab yang ditujukan kepada Allah, kalimat-kalimat yang bernafaskan Islam, serta pelaksanaan akad-nikah Raja Budak dengan Raja Dewa Kacah.
ADVERTISEMENT
Menilik kayanya budaya adat istiadat setempat seperti di dalam Hikayat Raja Budak menunjukkan kekayaan budaya Indonesia. Adanya pengaruh dari budaya lain seperti budaya Hindu memperlihatkan bahwa Indonesia ini dibangun dari berbagai macam unsur. Generasi bangsa selanjutnya diharapkan dapat terus melestarikan budaya negara sendiri agar tidak hilang termakan zaman.