Konten dari Pengguna

Gen Z Harus Cerdas Finansial

Ade Nurhidayah
Bachelor of Economics Education - State University of Jakarta, Certified of Associate Wealth Planner, Contributing Author of Anthology Book
22 Oktober 2023 11:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Nurhidayah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi kondisi finansial buruk. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi kondisi finansial buruk. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ilmu penting, dibutuhkan, tapi terbilang jarang kita dapatkan di sekolah formal. Apalagi kalau bukan ilmu finansial? Padahal aktivitas sehari-hari kita tidak terlepas dari namanya uang, tapi kita justru luput dari mengatur keuangan. Gaya hidup yang semakin dinamis, berbanding terbalik dengan pendapatan kita yang semakin terkikis. Sebab kurang bisa mengelola uang, yang terjadi justru demikian.
ADVERTISEMENT
Indonesia yang didominasi usia produktif, terlebih lagi nanti di tahun 2030-2045, Indonesia akan menghadapi bonus demografi. Tentu akan memaksa generasi milenial juga zilenial untuk dapat menguasai banyak hal. Berjalan beriringan dengan berbagai kemajuan dan kemudahan teknologi yang ada.
Dalam hal finansial, ada banyak kemudahan yang bisa kita dapatkan. Ketika dulu harus mencatat manual setiap pengeluaran, untuk tahu berapa sisa uang atau bahkan defisit yang dialami. Ketika dulu harus menghitung manual berapa dana yang diperlukan untuk kebutuhan hidup 1-3 tahun ke depan, sekarang sudah sangat dimudahkan dengan berbagai aplikasi perencanaan keuangan.
Untuk merencanakan biaya pendidikan, biaya menikah, biaya hari tua, tidak lagi menjadi hal sulit untuk dilakukan. Asal ada uangnya, sebetulnya mudah saja.
ADVERTISEMENT
Namun, fenomena yang terjadi saat ini masih banyak yang enggan juga acuh terhadap berbagai kemudahan yang ada, khususnya dalam hal ini adalah finansial. Barangkali ini juga dipicu oleh fase quarter life crisis yang dialami sebagian orang.
Ilustrasi stres. Foto: Shutterstock
Pada fase ini cenderung membuat seseorang hilang arah dan bingung untuk mengambil langkah. Berawal dari adanya tuntutan yang dialami oleh setiap individu saat memasuki usia dewasa awal dan berujung pada tak terkendalikannya kondisi emosional.
Morgan Housel dalam bukunya Pshycology of Money bilang, bahwa kesuksesan dalam mengelola uang itu tidak selalu tentang apa yang kita ketahui, tapi justru tentang bagaimana kita mampu berperilaku dan mengendalikan emosi untuk dapat menghindari bencana keuangan. Sepakat? Sebelum dijawab, perlu diingat kembali bahwa setiap orang punya perspektif dan sudut pandang yang berbeda tentang uang, jadi silakan saja.
ADVERTISEMENT
Oktober ini, tercatat sebagai Bulan Inklusi Keuangan. Inklusi keuangan sendiri sudah menjadi tren pasca terjadinya krisis tahun 2008. Kala itu krisis keuangan dipicu oleh kegagalan financial development dalam mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan inklusi keuangan dapat mencapai 53% di akhir tahun 2023 dan saat ini sudah berada di angka 49%.
Sementara Bank Indonesia (BI) menargetkan keuangan inklusif Indonesia bisa mencapai 88-90% pada tahun 2023-2024 sesuai dengan yang diusulkan pada Strategi Nasional dan Keuangan Inklusif (SNKI). World Bank melihat bahwa inklusi keuangan dapat menjadi salah satu faktor pendukung dalam mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan.
Ilustrasi mengatur keuangan. Foto: fizkes/Shutterstock
Tingkat inklusi keuangan ini bisa kita lihat dari parameter penggunaan (usage) produk/layanan dalam waktu tertentu. Statistik fintech P2P Landing OJK per Desember 2022 mencatat bahwa 62% rekening fintech pendanaan bersama dimiliki oleh pengguna dengan range usia 19-34 tahun. Sekitar 60% pinjaman dari fintech pendanaan juga disalurkan kepada nasabah dengan range usia yang sama.
ADVERTISEMENT
Jadi bisa diasumsikan bahwa memang Gen Z ini cenderung suka berhutang. Kurangnya kecakapan dalam mengatur keuangan, tapi dipaksa hidup berdampingan dengan segala kemudahan, yang terjadi justru kita banyak kesulitan di masa mendatang.
Tergolong sebagai kelompok usia produktif yang mayoritas sudah bekerja dan memperoleh pendapatan, membuat Gen Z cenderung konsumtif. Gen Z juga kerap kali disebut sebagai generasi you only live once (YOLO) juga fear of missing out (FOMO). Sebagai generasi yang cukup adaptif pada perkembangan zaman, cukup one click, semua aktivitas transaksi bisa dengan mudah dilakukan.
Namun, di sisi lain ini juga menjadi perhatian untuk kaum muda bisa lebih bijak dalam menggunakan uang. Saat ini, credit score yang buruk bagi user akan tercatat di BI Checking atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).
ADVERTISEMENT
Sebagaimana visi Indonesia 2045 yang menginginkan anak muda, utamanya dalam hal ini ialah Gen Z, untuk bisa cakap literasi juga cerdas finansial. Jadi ini memang saatnya, kita anak muda, mau tidak mau, suka tidak suka, memang harus melek finansial.
Ada banyak instrumen yang bisa kita pelajari, kita dalami dan kita geluti untuk akhirnya menemukan ternyata hal-hal yang bisa jadi belum pernah kita pelajari di masa sekolah dulu, tapi justru ini menjadi hal fundamental yang harus tetap kita pelajari meski mungkin di usia yang sudah hampir seperempat abad ini. Tidak ada kata terlambat, asal kita memang ada niat.