Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
IHSG Menurun, Investor Waswas: Sinyal Buruk untuk Ekonomi?
14 April 2025 14:39 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ade Nurhidayah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Indonesia, sebagai negara berkembang dengan perekonomian yang terintegrasi dalam sistem ekonomi global, tidak terhindar dari dampak kebijakan ekonomi yang diambil oleh negara besar seperti Amerika Serikat (AS). Salah satu faktor eksternal yang kini memberikan tekanan signifikan terhadap perekonomian Indonesia adalah kebijakan suku bunga AS yang cenderung meningkat serta kebijakan tarif impor yang mempengaruhi arus perdagangan internasional. Dua faktor ini memiliki dampak yang cukup besar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang menjadi indikator utama kinerja pasar saham Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kenaikan suku bunga di AS adalah kebijakan moneter yang dilakukan oleh Federal Reserve (The Fed) untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi domestik AS. Meskipun langkah ini bertujuan baik bagi perekonomian AS, namun dampaknya cukup luas dan mempengaruhi pasar global, termasuk Indonesia.
Pertama, arus modal berpindah. Kenaikan suku bunga AS berpotensi menarik arus modal keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan oleh imbal hasil investasi di AS yang lebih menarik dibandingkan di pasar negara berkembang. Investor global cenderung beralih ke aset yang lebih aman dan memberikan imbal hasil lebih tinggi, seperti obligasi AS, yang membuat pasar saham Indonesia mengalami tekanan. Adanya penurunan minat investor asing dapat menurunkan harga saham di Indonesia, sehingga mempengaruhi IHSG.
ADVERTISEMENT
Kedua, pengaruh nilai tukar rupiah. Kenaikan suku bunga AS juga mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Seiring dengan arus modal yang keluar, permintaan terhadap dolar meningkat, yang akhirnya dapat melemahkan nilai tukar rupiah. Nilai tukar yang lemah akan meningkatkan biaya impor, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi sektor-sektor yang bergantung pada bahan baku impor dan merugikan perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor.
Ketiga, biaya utang yang lebih mahal. Banyak perusahaan Indonesia yang memiliki utang dalam mata uang asing, khususnya dolar AS. Ketika suku bunga AS naik, biaya pinjaman akan meningkat, yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan perusahaan untuk berinvestasi atau berkembang. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa saham, menurunkan profitabilitas mereka, dan berpotensi membuat IHSG turun.
ADVERTISEMENT
Selain kenaikan suku bunga AS, kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh negara-negara besar juga berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Kebijakan proteksionisme yang diterapkan oleh AS dan negara-negara lainnya dapat berdampak langsung pada sektor-sektor tertentu di Indonesia. Mulai dari peningkatan biaya produksi misalnya. Kebijakan tarif impor yang lebih tinggi akan meningkatkan biaya impor barang-barang tertentu, seperti bahan baku dan produk setengah jadi yang digunakan oleh perusahaan Indonesia dalam proses produksinya. Kemudian pengarunya terhadap neraca perdagangan. Tarif impor yang tinggi dapat menyebabkan terhambatnya arus barang, mempengaruhi sektor perdagangan Indonesia, dan meningkatkan defisit perdagangan. Ketika perdagangan internasional terhambat, Indonesia mungkin harus bergantung lebih banyak pada sektor-sektor domestik untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Terakhir, ketergantungan pada ekspor. Indonesia sebagai negara yang bergantung pada ekspor untuk pendapatan negara, terutama komoditas seperti minyak kelapa sawit, batu bara, dan gas alam, bisa merasakan dampak negatif dari kebijakan tarif impor. Jika negara-negara tujuan ekspor Indonesia mengenakan tarif tinggi pada produk Indonesia, maka sektor ekspor akan terpengaruh, yang berujung pada penurunan kinerja perusahaan yang terdaftar di pasar saham.
IHSG sering dianggap sebagai barometer kesehatan ekonomi Indonesia. Ketika IHSG menurun, itu menunjukkan bahwa para investor kehilangan kepercayaan terhadap prospek ekonomi Indonesia. Penurunan IHSG dapat memengaruhi psikologi pasar dan membuat investor lebih berhati-hati dalam menginvestasikan uang mereka di pasar saham, menciptakan lingkaran setan di mana penurunan pasar saham memperburuk situasi ekonomi secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT