Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Tren Emas 2025: Beneran Cuan atau Cuma Ikut-ikutan?
27 April 2025 13:29 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ade Nurhidayah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Investasi emas kembali menjadi sorotan utama di tahun 2025, dengan harga yang mencapai rekor tertinggi dan proyeksi pertumbuhan yang optimistis dari berbagai institusi keuangan global. Harga logam mulia ini melambung ke rekor tertinggi, melampaui $3.200 per ounce. Tapi dibalik euforia yang ada, apakah tren ini mencerminkan peluang investasi yang solid atau hanya fenomena sementara yang dipicu oleh sentimen pasar?
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ekonomi global, emas sering kali dianggap sebagai aset safe haven, yaitu jenis aset yang cenderung stabil atau bahkan meningkat nilainya ketika pasar keuangan bergejolak. Di tahun 2025, ada beberapa alasan utama mengapa permintaan emas meningkat. Pertama, ketidakpastian ekonomi global, termasuk risiko perlambatan ekonomi dan geopolitik. Kedua, kebijakan moneter longgar di banyak negara, yang menyebabkan suku bunga turun dan investor mencari alternatif non-yielding assets seperti emas. Ketiga, tingginya pembelian emas oleh bank sentral, terutama di negara berkembang. Secara teori, semua ini membuat emas menjadi pilihan rasional, bukan hanya emosional.
Ada banyak faktor yang perlu diperhatikan oleh investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam emas. Pertama, volatitilitas harga. Meskipun harga emas mengalami kenaikan, fluktuasi harga yang tajam dapat terjadi dalam jangka pendek. Kedua, kondisi ekonomi global. Kita tidak bisa tutup mata pada ketidakpastian ekonomi global, seperti potensi resesi atau perubahan kebijakan moneter, dapat mempengaruhi permintaan dan harga emas. Ketiga, alternatif investasi. Jika dibandingkan dengan instrumen investasi lain seperti saham ataupun obligasi, pelu dilihat dan dicermati bagaimana potensi keuntungan dan risiko yang akan dihadapi.
ADVERTISEMENT
Kita sering lupa bahwa harga emas sangat sensitif terhadap dinamika global, terutama suku bunga riil dan kekuatan dolar AS. Ketika suku bunga turun, emas naik. Tapi jika inflasi lebih cepat turun dari ekspektasi, dan bank sentral memutuskan menahan pelonggaran, maka harga emas bisa terkoreksi dalam waktu singkat. Selain itu, banyak investor pemula masuk ke pasar emas tanpa memahami karakteristiknya. Emas bukan aset yang memberikan arus kas seperti dividen saham atau kupon obligasi. Nilainya sepenuhnya ditentukan oleh persepsi pasar, bukan oleh produktivitas.
Akan tetapi, bukan berarti kita harus sepenuhnya menghindari emas. Justru sebaliknya. Dalam portofolio yang seimbang, emas tetap punya tempat penting, terutama sebagai pelindung nilai. Kuncinya ada pada proporsi dan waktu masuk. Jadi, beli emas bukan karena sedang viral, tapi karena memang ada kebutuhan untuk diversifikasi dan manajemen risiko. Investasi yang sehat itu selalu dimulai dari pemahaman, bukan tren.
Dalam keputusan berinvestasi, khususnya dalam hal ini adalah emas. Maka kita perlu memperhatikan beberapa resiko yang menyertai. Pertama, harga emas itu sangat fluktualtif. Kenaikan harga tidak selalu berkelanjutan. Jika sentiment pasar berubah, misalnya inflasi terkendali atau suka bunga naik, maka berpengaruh pada harga emas yang akan menurun tajam. Kedua, emas tidak menghasilkan arus kas. Berbeda dengan saham atau obligasi, emas tidak memberikan dividen atau bunga. Keuntungannya murni berasal dari apresiasi harga. Ketiga, potensi overvaluation. Ketika terlalu banyak orang membeli karena "fear of missing out" (FOMO), harga emas bisa terdorong ke titik yang tidak mencerminkan nilai intrinsiknya.
ADVERTISEMENT
Meskipun tren investasi emas di 2025 mengalami lonjakan popularitas seiring ketidakpastian ekonomi global, penting bagi investor untuk tidak terjebak pada euforia semata. Emas tetap menjadi aset lindung nilai yang solid, namun efektivitasnya sangat bergantung pada strategi, timing, dan tujuan finansial masing-masing individu. Dengan kata lain, emas bisa menjadi peluang nyata jika diiringi pemahaman yang matang, bukan sekadar ikut-ikutan tren. Sebaiknya, proporsinya hanya sekitar 5–15% dari total investasi, tergantung tujuan dan toleransi risiko masing-masing.