Konten dari Pengguna

Kehidupan dalam Keseimbangan: Menyelami Kepercayaan Sunda Wiwitan

aderianikurnia
ADE RIANI salah satu Mahasiswa S1 Ilmu Al Qur'an dan Tafsir Universitas Islam Negeri Prof. K.H Saifuddin Zuhri Purwokerto
8 Desember 2024 16:38 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari aderianikurnia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Instagram Peserta KKN Moderasi Beragama Se-Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Instagram Peserta KKN Moderasi Beragama Se-Indonesia
ADVERTISEMENT
Agama Sunda Wiwitan?
Sunda Wiwitan adalah sebuah kepercayaan lokal yang dianut oleh komunitas Sunda di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Kepercayaan ini lahir sebelum agama-agama besar seperti Hindu dan Budha. Berakar pada keyakinan asli Nusantara, Sunda Wiwitan memiliki tata cara ibadah dan tradisi unik yang masih dipertahankan oleh pengikutnya hingga kini.
ADVERTISEMENT
Sunda Wiwitan merupakan warisan leluhur yang tetap bertahan di tengah modernisasi dan perkembangan agama-agama besar di Indonesia. Kepercayaan ini memiliki sistem kepercayaan yang sarat dengan nilai-nilai luhur, seperti penghormatan terhadap alam dan sikap hidup yang harmonis dengan lingkungan sekitar. Penganutnya percaya bahwa segala sesuatu di alam memiliki kekuatan spiritual yang perlu dihormati dan dipelihara. Oleh karena itu, ajaran Sunda Wiwitan menekankan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan hidup dalam harmoni dengan segala makhluk.
Meditasi: Inti Ibadah Sunda Wiwitan
Salah satu bentuk ibadah utama dalam kepercayaan ini adalah meditasi, yang dijalankan secara teratur oleh penganutnya. Meditasi dalam Sunda Wiwitan memiliki aturan tertentu terkait posisi tubuh dan konsentrasi. Ketika melaksanakan meditasi, laki-laki duduk bersila, sementara perempuan duduk bersimpuh. Kedua tangan diletakkan di bawah pusar, dengan tangan kiri berada di bawah tangan kanan. Selama meditasi, mata diarahkan pada ujung hidung. Meditasi ini dilakukan minimal dua kali sehari, meski tidak ada batasan pasti terkait jumlah pelaksanaannya. Meditasi dalam Sunda Wiwitan juga tidak terikat pada waktu atau arah tertentu, sehingga dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, tanpa harus menghadap kiblat seperti dalam Islam.
ADVERTISEMENT
Selain meditasi, dalam kepercayaan Sunda Wiwitan juga terdapat ritual-ritual lainnya yang bersifat tradisional dan erat kaitannya dengan siklus alam dan kehidupan masyarakat Sunda. Salah satu upacara penting yang dilakukan adalah "Seren Taun", sebuah perayaan tahunan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen.
Upacara ini menandai pergantian tahun agraris dan menjadi momen bagi masyarakat Sunda Wiwitan untuk berterima kasih atas rezeki yang diberikan alam serta memohon keberkahan untuk masa yang akan datang. Seren Taun bukan hanya perayaan keagamaan, tetapi juga menjadi perwujudan hubungan erat antara manusia dan alam, sebagaimana tercermin dalam ajaran Sunda Wiwitan.
Identitas dan Pengakuan Sosial
Kepercayaan Sunda Wiwitan hanya dianut oleh masyarakat suku Sunda, dan penyebarannya tidak ditujukan untuk suku-suku lain seperti Melayu atau Batak, mengingat adanya perbedaan budaya dan adat antara suku-suku tersebut. Bagi penganut Sunda Wiwitan, terdapat beberapa pantangan yang harus dipatuhi. Salah satu yang paling menonjol adalah larangan untuk menikah dengan orang asing. Selain itu, perceraian juga tidak diizinkan dalam tradisi mereka.
ADVERTISEMENT
Sunda Wiwitan, meskipun tidak memiliki jumlah penganut yang besar, tetap mempertahankan identitas dan kepercayaan leluhur mereka di tengah perkembangan zaman yang kian modern. Keunikan tradisi, ibadah, serta cara hidup penganut Sunda Wiwitan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kekayaan budaya Indonesia, khususnya di wilayah
Jawa Barat. Keunikan lain dari penganut Sunda Wiwitan adalah dalam hal identitas mereka. Pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) penganut kepercayaan ini, kolom agama tidak diisi dengan agama apapun, melainkan hanya diberi tanda strip (-). Hal ini mencerminkan pengakuan negara atas keberadaan mereka sebagai penganut kepercayaan lokal yang berbeda dari agama-agama resmi yang diakui secara umum.
Meskipun Sunda Wiwitan sarat akan nilai-nilai positif dan hidup berdampingan dengan penganut agama lain di Cigugur, mereka masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah pengakuan resmi terhadap kepercayaan ini di tingkat nasional. Meskipun sudah ada perbaikan dalam hal pengakuan terhadap penganut aliran kepercayaan, seperti tercantumnya tanda strip (-) pada KTP, penganut Sunda Wiwitan masih kerap menghadapi diskriminasi sosial. Beberapa dari mereka merasa sulit untuk mendapatkan layanan publik yang sama seperti penganut agama yang diakui negara secara resmi. Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi penganut kepercayaan lokal ini dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari tantangan-tantangan tersebut, Sunda Wiwitan terus berusaha mempertahankan identitas dan tradisi mereka. Keberadaan komunitas ini di Cigugur, yang relatif terisolasi dari pengaruh luar, telah membantu mereka menjaga dan melestarikan ajaran leluhur dengan lebih baik. Komunitas Sunda Wiwitan di Cigugur seringkali dianggap sebagai benteng terakhir dari warisan budaya dan spiritual asli Sunda. Mereka menjaga nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh leluhur mereka, sembari beradaptasi dengan perubahan zaman.
Harmoni dalam Keberagaman
Penganut Sunda Wiwitan merupakan kelompok minoritas di Cigugur hanya sekitar 200 orang. namun mereka tetap dapat hidup berdampingan secara damai dengan masyarakat lain yang menganut agama Islam, Katolik, Hindu, Budha, dan lainnya. Wilayah Cigugur sendiri dikenal sebagai daerah yang plural, di mana berbagai suku dan agama hidup rukun tanpa konflik berarti. Harmoni antarumat beragama di daerah ini menjadi salah satu ciri khas yang patut diapresiasi, menunjukkan bahwa keberagaman tidak harus menjadi sumber perpecahan, melainkan justru dapat menjadi kekuatan yang mempersatukan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Yang menarik dari penganut Sunda Wiwitan adalah bagaimana mereka tetap bisa menjalani kehidupan yang penuh toleransi di tengah masyarakat yang beragam. Meski jumlah mereka sangat sedikit, mereka hidup rukun bersama penganut agama Islam, Katolik, Hindu, Budha, dan agama lainnya di Cigugur. Toleransi ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari, di mana mereka saling menghormati dan menghargai kepercayaan masing-masing, serta tidak memaksakan keyakinan mereka kepada orang lain. Masyarakat Cigugur, dengan keanekaragaman agama yang ada, menjadi contoh nyata bagaimana pluralitas dapat menciptakan harmoni dan kerukunan, tanpa harus mengorbankan identitas dan keyakinan pribadi
Nilai-Nilai Luhur Sunda Wiwitan
Penghormatan terhadap alam ini juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari penganut Sunda Wiwitan. Mereka biasanya terlibat dalam aktivitas agraris, seperti bercocok tanam dan merawat lingkungan sekitar dengan cara yang tidak merusak alam. Prinsip keberlanjutan ini mengajarkan bahwa manusia harus hidup seimbang dengan alam, tidak hanya mengambil tetapi juga memberikan, sehingga alam tetap lestari untuk generasi mendatang.
ADVERTISEMENT
Penting juga untuk dicatat bahwa meskipun Sunda Wiwitan terbatas pada komunitas Sunda, ajaran-ajarannya yang menekankan pada keselarasan dengan alam, penghormatan terhadap leluhur, dan hidup rukun dengan sesama, memiliki relevansi universal. Nilai-nilai ini bisa diterima oleh siapa pun yang menghargai pentingnya keseimbangan alam dan kemanusiaan. Kepercayaan ini juga mengajarkan bahwa spiritualitas tidak harus terkait dengan bangunan fisik atau tempat ibadah khusus, tetapi lebih kepada kesadaran dalam diri untuk terus terhubung dengan alam semesta dan pencipta.
Di samping itu, Sunda Wiwitan juga mengandung filosofi hidup yang dalam. Mereka mengajarkan bahwa manusia harus selalu bersyukur atas apa yang dimiliki dan senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesama manusia serta alam sekitar. Bagi mereka, hidup adalah perjalanan spiritual yang harus dijalani dengan hati yang bersih, tanpa mengganggu keseimbangan yang ada di alam. Dengan demikian, Sunda Wiwitan bukan hanya sebuah kepercayaan atau agama, melainkan juga merupakan pandangan hidup yang mengajarkan keseimbangan, harmoni, dan penghormatan terhadap kehidupan dalam segala bentuknya.
ADVERTISEMENT
Keberagaman sebagai Kekuatan
The main thing is Sunda Wiwitan di Cigugur adalah contoh nyata bagaimana kepercayaan tradisional bisa bertahan di tengah arus globalisasi dan modernisasi. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, komunitas ini tetap menjaga tradisi leluhur dan menjalani kehidupan dengan penuh toleransi terhadap perbedaan. Harmoni yang tercipta di Cigugur menjadi bukti bahwa keberagaman dapat menjadi kekuatan yang mempersatukan, bukan memecah belah. Di era yang semakin homogen, Sunda Wiwitan menjadi pengingat pentingnya menjaga identitas budaya dan spiritual, sekaligus menciptakan ruang bagi toleransi dan keberagaman.