Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Problematika Moderasi Beragama di Lingkup Mahasiswa
21 Mei 2024 11:19 WIB
·
waktu baca 12 menitTulisan dari aderianikurnia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Abstrak: Mahasiswa memiliki peran krusial dalam mempromosikan moderasi beragama, mengingat mereka adalah agen perubahan dengan kapasitas intelektual yang signifikan. Namun, upaya ini menghadapi tantangan internal seperti kurangnya pemahaman tentang moderasi beragama dan pengaruh kelompok radikal di kampus, serta tantangan eksternal seperti penyebaran informasi tidak akurat melalui media sosial dan kondisi sosial-politik yang tidak kondusif. Untuk mengatasi hambatan tersebut, perguruan tinggi harus mengintegrasikan nilai-nilai moderasi dalam kurikulum, mengawasi organisasi kemahasiswaan, dan berkolaborasi dengan lembaga keagamaan serta organisasi masyarakat sipil. Pemberdayaan mahasiswa dalam kegiatan moderasi, penghargaan bagi kontribusi mereka, serta pemanfaatan teknologi dan media sosial untuk kampanye moderasi beragama juga penting. Dengan langkah-langkah ini, moderasi beragama dapat diperkuat, menciptakan generasi muda yang siap mempromosikan toleransi dan kerukunan di tengah masyarakat yang beragam.
ADVERTISEMENT
Kata Kunci : Moderasi Beragama, Mahasiswa, Probematika
PENDAHULUAN
Moderasi beragama adalah konsep yang sangat penting untuk menjaga kerukunan dan keharmonisan dalam masyarakat yang beragam. Namun, penerapan moderasi beragama di kalangan mahasiswa sering kali menemui berbagai tantangan. Lingkungan kampus, yang idealnya menjadi tempat berkembangnya sikap inklusif dan dialog lintas budaya, kadang-kadang justru menjadi ladang subur bagi munculnya problematika yang menghambat moderasi beragama. (RI, 2019)
Pertama, pola pikir eksklusif dan radikalisme masih menjadi masalah serius di lingkungan mahasiswa. Dalam fase pencarian jati diri dan identitas, mahasiswa sering kali terpengaruh oleh ideologi-ideologi yang eksklusif dan radikal. Pengaruh ini bisa datang dari berbagai sumber, seperti media sosial, kelompok studi tertentu, atau bahkan tokoh agama yang memiliki pandangan sempit. Ketika mahasiswa terjebak dalam pola pikir yang eksklusif, mereka cenderung menolak perbedaan dan sulit menerima pandangan yang berbeda, yang tentu saja bertentangan dengan prinsip moderasi beragama yang mengedepankan toleransi dan kerjasama. Kurangnya pendidikan tentang moderasi beragama juga menjadi tantangan besar. Di banyak kampus, kurikulum pendidikan agama masih kurang menekankan pentingnya moderasi beragama. Pendidikan agama yang lebih banyak berfokus pada aspek ritualistik dan doktrinal tanpa diimbangi dengan pemahaman tentang toleransi, pluralisme, dan dialog antaragama, dapat memperkuat sikap eksklusif. Mahasiswa memerlukan pendidikan yang holistik, yang tidak hanya mengajarkan ajaran agama, tetapi juga bagaimana hidup berdampingan dengan penganut agama lain.
ADVERTISEMENT
Pengaruh media sosial dalam membentuk opini dan sikap mahasiswa juga tidak bisa diabaikan. Sayangnya, media sosial sering menjadi sarana penyebaran ideologi radikal dan ujaran kebencian. Algoritma media sosial yang cenderung memperkuat konten-konten ekstrem dapat memperparah polarisasi di kalangan mahasiswa. Oleh karena itu, kampus perlu mengambil langkah proaktif dalam literasi digital untuk membantu mahasiswa mengidentifikasi dan menolak informasi yang mengarah pada radikalisme. (Azman, 2018)
Selain itu, diskriminasi dan intoleransi masih sering terjadi di kampus. Di beberapa kampus, praktik diskriminasi terhadap kelompok minoritas agama atau pembatasan kegiatan keagamaan bagi kelompok tertentu masih terjadi. Diskriminasi semacam ini tidak hanya menciptakan ketidakadilan, tetapi juga menghambat terciptanya suasana kampus yang inklusif dan moderat.
KONSEP MODERASI BERAGAMA
ADVERTISEMENT
Moderasi beragama merujuk pada sikap beragama yang seimbang, toleran, dan adil. Prinsip-prinsip ini menekankan pentingnya menghormati perbedaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dalam konteks mahasiswa, moderasi beragama memiliki manfaat besar, seperti mencegah ekstremisme, membangun kerukunan antarumat beragama, dan menciptakan lingkungan akademik yang inklusif. Melalui moderasi beragama, mahasiswa dapat belajar untuk berinteraksi dengan berbagai kelompok tanpa prasangka, serta membangun komunikasi yang konstruktif.
Dalam konteks mahasiswa, moderasi beragama memiliki sejumlah manfaat yang signifikan. Pertama, moderasi beragama membantu mencegah ekstremisme. Di tengah arus informasi yang deras, mahasiswa dapat menjadi sasaran empuk bagi paham-paham radikal yang mengusung ideologi kekerasan dan intoleransi. Dengan menginternalisasi nilai-nilai moderasi, mahasiswa dapat membentengi diri dari pengaruh buruk ini, serta mengembangkan pola pikir kritis yang mampu menyaring informasi yang mereka terima. Kedua, moderasi beragama berperan penting dalam membangun kerukunan antarumat beragama. Di kampus, mahasiswa tidak hanya belajar ilmu pengetahuan, tetapi juga berinteraksi dengan berbagai individu yang memiliki keyakinan dan budaya yang berbeda. Sikap moderat memungkinkan mereka untuk memahami dan menghargai perbedaan tersebut, menciptakan hubungan yang harmonis dan saling menghormati. Kerukunan ini penting untuk menjaga stabilitas dan kedamaian di lingkungan akademik, serta membentuk karakter mahasiswa yang inklusif dan toleran.
ADVERTISEMENT
Ketiga, moderasi beragama juga berkontribusi dalam menciptakan lingkungan akademik yang inklusif. Kampus yang inklusif adalah kampus yang memberikan ruang bagi semua mahasiswa, tanpa memandang latar belakang agama atau kepercayaan. Dengan moderasi beragama, mahasiswa belajar untuk berinteraksi dengan berbagai kelompok tanpa prasangka, serta membangun komunikasi yang konstruktif. Mereka didorong untuk berdialog secara terbuka, berbagi perspektif, dan bekerja sama dalam berbagai kegiatan akademik maupun non-akademik.
Secara keseluruhan, moderasi beragama membantu mahasiswa untuk mengembangkan sikap saling menghargai dan kerjasama yang erat, yang sangat penting dalam menghadapi tantangan global di masa depan. Dengan mempraktikkan moderasi beragama, mahasiswa tidak hanya berkontribusi pada keharmonisan di kampus, tetapi juga menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi masyarakat luas. Moderasi beragama, dengan demikian, merupakan fondasi yang kokoh untuk menciptakan generasi yang lebih bijaksana, inklusif, dan berorientasi pada perdamaian.
ADVERTISEMENT
PERAN MAHASISWA
Mahasiswa memiliki peran krusial dalam mendorong moderasi beragama di tengah masyarakat. Sebagai agen perubahan dan bagian dari kelompok intelektual, mereka memiliki kapasitas dan tanggung jawab untuk menyebarkan nilai-nilai toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat, mahasiswa dapat memanfaatkan pengetahuan mereka untuk mengedukasi dan mempengaruhi orang lain tentang pentingnya moderasi beragama. Salah satu cara mereka melakukan ini adalah melalui berbagai kegiatan akademis dan sosial, seperti seminar, diskusi, dan workshop. Kegiatan-kegiatan ini sering kali berfokus pada peningkatan pemahaman dan dialog antaragama, serta membangun kesadaran akan pentingnya hidup berdampingan secara damai. Kolaborasi antar organisasi mahasiswa dari berbagai latar belakang agama juga merupakan contoh nyata dari implementasi moderasi beragama di lingkungan kampus. Melalui kerjasama ini, mahasiswa dapat saling bertukar pikiran, memperluas wawasan, dan belajar untuk menghargai perbedaan. Kegiatan bersama ini tidak hanya mengurangi potensi konflik, tetapi juga memperkuat rasa persaudaraan dan solidaritas di antara mereka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, mahasiswa sering terlibat dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan yang melibatkan berbagai kelompok agama. Misalnya, mereka mungkin bekerja sama dalam program bakti sosial, bantuan bencana, atau kegiatan kemanusiaan lainnya. Aktivitas-aktivitas ini memungkinkan mahasiswa untuk bekerja bersama, mengatasi perbedaan, dan membangun ikatan yang lebih kuat di antara komunitas yang beragam. Dengan cara-cara ini, mahasiswa dapat menjadi teladan dalam praktik moderasi beragama, menunjukkan bahwa kerjasama dan dialog antaragama adalah mungkin dan bermanfaat. Mereka memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan harmonis, baik di kampus maupun di masyarakat luas.
TANTANGAN DAN HAMBATAN
Meskipun moderasi beragama memiliki banyak manfaat, perjalanan untuk mencapainya tidaklah mudah dan dihadapkan pada berbagai tantangan serta hambatan yang signifikan. Tantangan-tantangan ini muncul baik dari dalam lingkungan kampus maupun dari faktor eksternal yang lebih luas. Secara internal, salah satu hambatan utama adalah kurangnya pemahaman yang mendalam tentang moderasi beragama di kalangan mahasiswa. Banyak mahasiswa mungkin belum sepenuhnya mengerti konsep moderasi beragama, yang mencakup toleransi, penghormatan terhadap perbedaan, dan pentingnya dialog antaragama. Selain itu, pengaruh kelompok radikal di kampus bisa menjadi ancaman serius. Kelompok-kelompok ini sering kali berusaha menarik mahasiswa dengan pandangan ekstrem dan intoleran, yang berpotensi menimbulkan perpecahan dan konflik di lingkungan akademis.
ADVERTISEMENT
Di sisi eksternal, pengaruh media sosial juga tidak dapat diabaikan. Media sosial sering kali menjadi saluran penyebaran informasi yang tidak akurat atau berita palsu (hoaks), yang dapat memperkuat paham intoleransi dan ekstremisme. Mahasiswa, sebagai pengguna aktif media sosial, rentan terpengaruh oleh konten yang memecah belah dan provokatif. Hal ini diperparah oleh algoritma media sosial yang cenderung memperkuat pandangan yang sudah ada, menciptakan efek "echo chamber" yang mempersempit perspektif dan meningkatkan polarisasi.
Selain itu, kondisi sosial-politik yang kurang kondusif juga dapat mempengaruhi pandangan mahasiswa terhadap moderasi beragama. Ketidakstabilan politik, kebijakan yang diskriminatif, serta retorika yang memecah belah dari tokoh-tokoh publik dapat memperburuk situasi dan menghambat upaya untuk mempromosikan toleransi dan kerukunan. Dalam situasi seperti ini, mahasiswa mungkin merasa pesimis atau skeptis terhadap nilai-nilai moderasi, melihatnya sebagai konsep yang sulit diwujudkan dalam kenyataan yang mereka hadapi. Oleh karena itu, meskipun peran mahasiswa sangat penting dalam memajukan moderasi beragama, mereka harus menghadapi dan mengatasi berbagai tantangan ini dengan bijaksana. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk institusi pendidikan, pemerintah, dan masyarakat luas, sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan memfasilitasi moderasi beragama.
ADVERTISEMENT
UPAYA UNTUK MENGATASI TANTANGAN
Untuk mengatasi tantangan-tantangan yang menghadang moderasi beragama, diperlukan upaya yang terintegrasi dan komprehensif dari berbagai pihak, terutama perguruan tinggi. Institusi pendidikan tinggi memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai-nilai moderasi beragama kepada mahasiswa, yang kemudian dapat mempengaruhi cara pandang dan perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu langkah pertama yang dapat diambil adalah mengintegrasikan nilai-nilai moderasi beragama ke dalam kurikulum pendidikan. Melalui mata kuliah yang relevan dan kegiatan akademis lainnya, mahasiswa dapat diajarkan pentingnya toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, dan dialog antaragama. Dengan pemahaman yang lebih baik, mereka akan lebih siap untuk menghadapi dan menolak ideologi ekstrem yang mungkin mereka temui.
Selain itu, pembinaan dan pengawasan terhadap organisasi kemahasiswaan sangat penting. Perguruan tinggi harus memastikan bahwa semua kegiatan kemahasiswaan selaras dengan prinsip-prinsip moderasi. Ini bisa dilakukan melalui penyelenggaraan kegiatan yang mempromosikan kerukunan, seperti seminar, diskusi kelompok, dan proyek kolaboratif antarorganisasi mahasiswa yang berbeda latar belakang agama. Pengawasan yang ketat juga diperlukan untuk mencegah infiltrasi kelompok-kelompok radikal yang bisa mempengaruhi mahasiswa. Kerjasama dengan pihak eksternal juga merupakan langkah penting. Perguruan tinggi dapat bekerja sama dengan lembaga keagamaan dan organisasi masyarakat sipil untuk memberikan pelatihan dan penyuluhan mengenai moderasi beragama. Program-program ini dapat membantu memperluas wawasan mahasiswa dan memberikan mereka alat yang diperlukan untuk menolak ideologi intoleran. Pelibatan tokoh agama dan akademisi dalam kegiatan kampus juga bisa memberikan dampak positif. Dengan mengundang mereka sebagai pembicara dalam seminar, diskusi, atau workshop, mahasiswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan perspektif yang kaya mengenai pentingnya moderasi beragama. Tokoh agama yang dihormati dan akademisi yang kompeten dapat memberikan contoh nyata bagaimana hidup berdampingan dalam keragaman, sekaligus menjawab pertanyaan dan kekhawatiran yang mungkin dimiliki mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Dengan langkah-langkah ini, tantangan-tantangan dalam mempromosikan moderasi beragama dapat diatasi secara efektif. Perguruan tinggi, sebagai pusat pembelajaran dan pengembangan intelektual, memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa nilai-nilai moderasi beragama tertanam kuat dalam diri setiap mahasiswa, sehingga mereka dapat menjadi agen perubahan yang aktif dalam masyarakat.
SOLUSI
Untuk memperkuat moderasi beragama di kalangan mahasiswa, diperlukan serangkaian rekomendasi strategis yang dapat diimplementasikan secara efektif. Salah satu langkah awal yang penting adalah memperkuat pendidikan karakter berbasis moderasi beragama sejak dini. Ini berarti, nilai-nilai toleransi, inklusivitas, dan penghargaan terhadap keragaman agama harus diajarkan bukan hanya di perguruan tinggi, tetapi juga di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Dengan demikian, ketika memasuki masa perkuliahan, mahasiswa sudah memiliki fondasi yang kuat dalam memahami dan mengamalkan moderasi beragama, Peningkatan literasi agama yang inklusif dan toleran juga perlu didorong. Kurikulum yang diajarkan harus mencakup pemahaman yang mendalam dan seimbang tentang berbagai agama, serta menekankan pentingnya dialog dan kerjasama antarumat beragama. Dengan literasi agama yang baik, mahasiswa akan lebih mampu mengidentifikasi dan menolak narasi-narasi ekstremis yang bertentangan dengan prinsip-prinsip moderasi.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa juga harus diberdayakan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan moderasi beragama. Ini bisa dilakukan melalui dukungan terhadap inisiatif-inisiatif mahasiswa yang mempromosikan kerukunan, seperti proyek layanan masyarakat lintas agama, forum diskusi, dan kegiatan seni budaya yang mengangkat tema kebhinekaan. Penghargaan dan pengakuan bagi mahasiswa yang berkontribusi dalam upaya moderasi beragama juga penting, karena dapat memotivasi mereka untuk terus terlibat dan menyebarkan nilai-nilai positif tersebut.
Selain itu, pemanfaatan teknologi dan media sosial untuk kampanye moderasi beragama harus dioptimalkan. Mengingat peran besar media sosial dalam kehidupan mahasiswa, kampanye yang kreatif dan informatif di platform ini dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan menyebarkan pesan-pesan moderasi secara efektif. Pengembangan platform digital yang memungkinkan diskusi lintas agama juga dapat menjadi solusi efektif. Platform semacam ini bisa menjadi ruang aman bagi mahasiswa untuk berdialog, bertukar pandangan, dan belajar dari satu sama lain tentang pentingnya hidup dalam harmoni di tengah perbedaan.
ADVERTISEMENT
Dengan mengimplementasikan rekomendasi-rekomendasi ini, moderasi beragama dapat diperkokoh di kalangan mahasiswa. Perguruan tinggi, sebagai institusi pendidikan, harus memimpin inisiatif ini dengan menyediakan sarana dan dukungan yang diperlukan, sementara mahasiswa dapat berperan aktif sebagai agen perubahan yang membawa dampak positif bagi masyarakat luas.
PENUTUP
Sebagai penutup, dapat disimpulkan bahwa peran mahasiswa dalam moderasi beragama sangat vital untuk menciptakan masyarakat yang toleran dan harmonis. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun luar kampus, langkah-langkah strategis dapat diambil untuk mengatasi hambatan tersebut. Integrasi nilai-nilai moderasi beragama dalam kurikulum, pembinaan organisasi mahasiswa, kolaborasi dengan lembaga eksternal, dan pemanfaatan teknologi serta media sosial adalah beberapa langkah penting yang perlu diimplementasikan. Dengan memperkuat pendidikan karakter berbasis moderasi sejak dini, meningkatkan literasi agama yang inklusif, dan memberdayakan mahasiswa untuk aktif dalam kegiatan moderasi, kita dapat menciptakan generasi muda yang lebih siap untuk menolak ekstremisme dan mempromosikan kerukunan. Penghargaan bagi mereka yang berkontribusi dalam upaya ini serta pengembangan platform digital untuk diskusi lintas agama juga dapat mempercepat penyebaran nilai-nilai moderasi. Perguruan tinggi memiliki tanggung jawab besar dalam proses ini, sementara mahasiswa sebagai agen perubahan harus mengambil peran aktif. Melalui upaya bersama ini, kita dapat membangun lingkungan akademis dan masyarakat yang lebih damai dan bersatu dalam keberagaman
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Azman. (2018). Penggunaan Media Massa dan Media Sosial di Kalangan Mahasiswa Komunikasi. Peurawi, 1.
Redaaksi. (2023). Pentingnya Pendidikan Moderasi Beragama. UINSGD.AC.ID. Retrieved from https://uinsgd.ac.id/pentingnya-pendidikan-moderasi-beragama/
RI, K. A. (2019). Moderasi Beragama (Vol. xiv). Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Retrieved from
https://kalteng.kemenag.go.id/pulpis/berita/503264/Sikap-Toleransi-Kunci-Wujudkan-Kerukunan-Beragama
Sikap Toleransi Kunci Wujudkan Kerukunan Beragama. (2019). Retrieved from https://kalteng.kemenag.go.id/pulpis/berita/503264/Sikap-Toleransi-Kunci-Wujudkan-Kerukunan-Beragama
Hasan, Mustaqim. “Prinsip Moderasi Beragama Dalam Kehidupan. Berbangsa.” Mubtadiin 7 (2021).
Suhelayanti. “Analisis Kebijakan Pendidikan.” Lentera Indonesian journal of Multidisciplinary Islamic Studies 1, no. 1 (2019): 11–26.
Sumarto, dan Emmi Kholilah Harahap. “Mengembangkan Moderasi Pendidikan Islam Melalui Peran Pengelolaan Pondok Pesantren.” Ri’ayah: Jurnal Sosial Dan Keagamaan 4, no. 01 (2019): 21.
Sutrisno, Edy. “Actualization of Religion Moderation in Education Institutions.” Jurnal Bimas Islam 12, no. 2 (2019): 323–48.
ADVERTISEMENT
Sutrisno, Edy, Hamdi Abdul Karim, S Sirajuddin, A.Hermawan, Ari Saputra, Bayu Mitra Adhyatma Kusuma, Imam Nurhadi, Eunice S. Han, dan Annie goleman, Daniel; Boyatzis, Richard; Mckee. “Nilai Moderasi Islam Dan Internalisasinya Di Sekolah M. A. Hermawan Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.” Journal of Chemical Information and Modeling 25, no. 1 (2019): 1.
Tanzeh, Ahmad. Metode Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras, 2011.
Winarno.... “Implementasi Moderasi Pendidikan Islam Rahmatallil ’Alamin Dengan Nilai-Nilai Islam.” Ri’ayah: Jurnal Sosial Dan Keagamaan 4, no. 01 (2019): 1.
Kharismatunisa’, Ilma, dan Mohammad Darwis. “Nahdlatul Ulama Dan Perannya Dalam Menyebarkan Nilai-Nilai Pendidikan Aswaja An-Nahdliyah Pada Masyarakat Plural.” Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam 14, no. 2 (2021): 141.
Kholik, Nur, dan Ahmad Mufit Anwari. Politik...
ADVERTISEMENT
Suhelayanti. “Analisis Kebijakan Pendidikan.” Lentera Indonesian journal of Multidisciplinary Islamic Studies 1, no. 1 (2019): 11–26
ADE RIANI, Mahasiswa Ilmu Al Qur'an dan Tafsir UIN Prof. K.H Saifuddin Zuhri Purwokerto (UIN SAIZU)