Konten dari Pengguna

Belajar Komunikasi melalui Cerita dan Tawa

Ade Tuti Turistiati
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto. Alumni SSEAYP 89. Senang menulis tentang kisah perjalanan, budaya, pendidikan, dan masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Hobi main pingpong dan membaca.
24 Oktober 2021 17:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Tuti Turistiati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mengapa manusia masih perlu belajar komunikasi, bukankah setiap hari kita berkomunikasi, berinteraksi, dan berbicara dengan orang lain? Dari bangun tidur di pagi hari sampai menjelang tidur di malam hari manusia melakukan komunikasi. Namun, kita tidak dapat menutup mata bahwa begitu banyak peristiwa miscommunication atau kegagalan berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari yang berakibat terjadinya kesalahpahaman bahkan pertikaian.
Cover buku Belajar Komunikasi Lewat Cerita dan Humor karya Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.
Di sisi lain sudah banyak buku, artikel popular di berbagai media massa serta artikel ilmiah dalam jurnal nasional maupun internasional yang mengupas tentang human communication dalam berbagai bidang. Selain itu, tidak sedikit pelatihan dan coaching diadakan untuk membuat orang dapat berkomunikasi dengan efektif. Di tengah keseriusan dan kerutan kening yang sering disematkan pada buku-buku ilmiah, “Belajar Komunikasi Lewat Cerita dan Humor” karya Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. menjadi salah satu buku out of the box. Buku ini dibungkus dengan cerita dan humor yang menggelitik asyik sementara teori dan konsep komunikasi dihadirkan dalam pembahasan yang praktikal dan renyah dibaca.
ADVERTISEMENT
Penulis mengelompokkan pembahasan tentang komunikasi dalam buku ini ke dalam beberapa bab seperti komunikasi antarsuku, komunikasi antarbudaya dan komunikasi pariwisata, komunikasi organisasi dan komunikasi bisnis, komunikasi pendidikan, komunikasi kesehatan, dan komunikasi politik. Di setiap bab terdapat beragam cerita dan humor jenaka terkait jenis komunikasi, yang akan membuat pembaca tersenyum simpul bahkan tertawa berkepanjangan.
Manusia sejatinya adalah homo narrans, makhluk pencerita. Cerita seperti diutarakan penulis adalah bentuk komunikasi yang paling ampuh dan menginspirasi (hal. xix). Selanjutnya, penulis menyatakan bahwa humor adalah cara bijaksana untuk pertahanan diri ketika kita dirundung masalah ekonomi, sosial, politik, kesehatan untuk beralih fokus dari masalah tersebut. Intinya tawa mempunyai andil positif pada kondisi emosi dan kesehatan. Bukankah kita merasa bahwa masalah yang kita hadapi terasa ringan jika kita masih dapat tertawa? Namun, humor pun dapat mengganggu kesehatan dan merusak hubungan baik antar teman jika disampaikan bukan pada tempat dan waktunya serta tidak tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
Budaya dan persepsi sangat berpengaruh pada bagaimana orang memaknai cerita dan humor. Salah satu cerita yang disampaikan dalam bab mengenai komunikasi antarsuku adalah tentang makna sambal. Diceritakan bahwa suatu ketika Moga, berasal dari Padang menanyakan makannya pakai sambal apa ketika makan di rumah temannya yang non-Padang. Temannya Moga pun menawarkan apakah Moga ingin sambal merah atau sambal ijo. Moga pun menjawab bahwa orang Padang menggunakan kata sambal untuk menyebut lauk atau temannya nasi. (Hal. 79).
Humor dalam komunikasi politik perlu pula disisipkan karena komunikasi politik sarat dengan ketegangan dan stress akibat gesekan dan persaingan politik di antara para aktornya. Di Indonesia yang pada umumnya berkomunikasi konteks-tinggi, ketegangan antarpolitisi sering terjadi. Komunikasi konteks-tinggi adalah komunikasi yang cenderung berbelit-belit, tidak langsung, ambigu, dan menuntut si penerima pesan menafsirkannya sendiri. Penulis menyisipkan beragam humor dalam ranah komunikasi politik, salah satunya kreasi fiktif yang menghibur tentang Presiden Amerika Serikat John Kennedy dan Presiden Meksiko Adolfo Lopez Meteos yang bertemu di Meksika tahun 1962.
ADVERTISEMENT
Ketika mengendarai mobil, Kennedy memerhatikan jam tangan Presiden Meksiko. Kennedy pun memuji Lopez: “Betapa indahnya jam tangan Anda.” Lopez segera memberikan arlojinya kepada Presiden Amerika seraya berkata, “Jam tangan ini milik Anda sekarang.” Kennedy merasa malu karena pemberian itu. Ia berusaha menolaknya, namun Presiden Meksiko menjelaskan bahwa di negerinya ketika seseorang menyukai sesuatu, sesuatu itu harus diberikan kepadanya-kepemilikan adalah masalah perasaan dan kebutuhan manusia, bukan milik pribadi. Kennedy terkesan oleh penjelasan itu dan menerima arloji iu dengan rendah hati. Tak lama kemudian, Presiden Lopez berpaling kepada Presiden Amerika dan berkata, “Aduh betapa cantiknya istri Anda,” yang dijawab oleh Kennedy, “Silakan ambil kembali jam tangan Anda (hal.336).
Salah satu ciri buku yang menarik dan bermanfaat dibaca itu adalah buku yang membuat penasaran pembaca untuk terus menuntaskannya. Namun, pembaca juga bebas untuk membacanya mulai dari awal, tengah, maupun dari akhir. Buku setebal 360 halaman ini menarik dan tidak akan membuat pembaca bosan. Alih-alih mengantuk, membaca buku ini akan membuat pembaca belajar tentang komunikasi diselingi tawa. Ingat:
ADVERTISEMENT