Konten dari Pengguna

Silaturahmi dan Wefie

Ade Tuti Turistiati
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto. Alumni SSEAYP 89. Senang menulis tentang kisah perjalanan, budaya, pendidikan, dan masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Hobi main pingpong dan membaca.
2 Mei 2021 6:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Tuti Turistiati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar sebagai ilustrasi: Wefie dalam silaturahmi. Sumber: Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Gambar sebagai ilustrasi: Wefie dalam silaturahmi. Sumber: Freepik.com
ADVERTISEMENT
Silaturahmi atau mengikat tali persaudaraan dalam segala bentuk dan manifestasinya tidak akan lengkap tanpa wefie atau groufie. Wefie atau welfie merupakan kata gabungan dari we (kami) dan selfie alias swafoto bareng-bareng. Ada juga yang menyebutnya groupfie atau groufi untuk mengganti foto kelompok.
ADVERTISEMENT
Foto wefie atau groufie tersebut biasanya dibagikan dalam media sosial. Untuk sebagian orang terutama wanita, mengunggah dan membagikan foto di media sosial perlu seleksi. Ya, hasil fotonya harus bagus menurut si empunya foto atau yang menyebar foto ke khalayak ramai.
Kriteria foto bagus dalam konteks ini tidak semata pada objeknya yang jelas dan tidak blur, kualitas hasil jepretan yang prima, serta baik pencahayaannya. Namun, foto yang bagus yang akan di-upload di media sosial adalah foto yang ada si empunyanya atau yang menyebarkan fotonya terlihat bagus. Kriteria bagus? Hmmm… Anda familiar dengan kata-kata ini:
"Fotonya bagus… saya kelihatan langsing,"
"Keren fotonya saya jadi kelihatan awet muda,"
"Pinter nih yang motonya saya jadi nampak kinclong,”
ADVERTISEMENT
Dan seterusnya.
Tidak heran, jika yang difoto harus mengambil gambar berkali-kali dengan berbagai gaya untuk menghasilkan foto yang relatif sempurna. Sempurna di mana orang-orang yang terekam di foto merasa fotonya lumayan enak dipandang mata.
Bagus tidaknya foto dalam grup akhirnya akan sangat tergantung pada pendapat orang yang berkepentingan dalam foto tersebut. Manusiawi jika siapa pun dia, ingin tampil baik di mata orang. Yang menjadi concern adalah jika ada orang dalam foto kelompok tersebut kurang bahkan tidak berkenan fotonya disebarluaskan karena suatu alasan.
Foto lagi jelek
Hasil wefie yang bagus bagi seseorang belum tentu baik bagi semua orang yang ada di dalam foto tersebut. Anda nampak bagus di suatu foto namun di foto yang sama ada orang yang merasa dirinya sedang tidak "ok" kalau tidak bisa dikatakan jelek.
ADVERTISEMENT
Jika orang yang merasa fotonya jelek tersebut meminta Anda untuk tidak mengunggah foto tersebut di media sosial, sebaiknya Anda tidak melakukannya. Mungkin kelihatan sepele, namun jangan sampai foto bersama dengan niat mengikat tali persaudaraan ternoda gegara ada yang merasa foto dirinya tidak nyaman dipandang mata.
Anda bisa juga menawarkan memblurkan foto orang yang tidak berkenan tersebut. Di beberapa negara seperti Australia dan Jepang, Anda akan melihat di media sosial mereka jika mengunggah foto bersama banyak wajah-wajah yang sengaja ditutup simbol atau gambar tertentu. Hal tersebut dilakukan agar mereka yang tidak berkenan fotonya diunggah di media sosial tidak merasa terganggu.
Berfoto dengan orang yang sedang sakit
Berfoto bersama dengan orang yang sedang sakit, baik ia sedang di rumah sakit atau di rumah perlu mempertimbangkan perasaannya. Dalam kondisi sakit, biasanya penampilan seseorang terutama wanita sedang tidak prima, mungkin berwajah kuyu pucat, berbadan kurus kering, atau nampak tak berdaya.
ADVERTISEMENT
Bahkan tak sedikit ada yang sakit dalam kondisi parah dengan selang infus dan alat bantu. Sebelum berfoto bersama, tanyakan dulu apakah yang sakit berkenan berfoto dan fotonya diunggah di media sosial. Anda bisa saja beralasan untuk kenang-kenangan atau sebagai info untuk teman yang tidak hadir. Namun, mohon izin terlebih dahulu pada yang sakit jika memungkinkan, itu lebih baik.
Jika yang sakit tidak berdaya, mintalah izin pada keluarganya. Hal ini penting dilakukan untuk menjaga perasaan dan privasi yang sakit dan keluarganya. Lain cerita kalau yang sakit sendiri yang meminta foto bersama dan fotonya disebarluaskan atau dengan alasan tertentu melakukan selfie kemudian fotonya diunggah di media sosial.
Berfoto dengan orang yang meninggal
ADVERTISEMENT
Jika takziah, pertimbangkan jika Anda ingin berfoto bareng-bareng teman dan menjadikan almarhum/almarhumah seolah menjadi background foto kelompok. Yang lebih miris adalah berfoto sambil bergaya atau tertawa di depan mayat atau keranda. Kita perlu menghargai perasaan keluarganya. Jika Anda ingin berfoto mintalah izin kepada keluarganya. Orang yang meninggal seharusnya menjadi pelajaran dan pengingat bagi yang masih hidup bahwa suatu saat kita pun akan mengalami hal yang sama.
Silaturahmi perlu wefie? Bijaklah mengunggah fotonya di media sosial.