The Colours of Mothers, Perjuangan, Kasih Sayang, dan Kekuatan Doa Ibu

Ade Tuti Turistiati
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto. Alumni SSEAYP 89. Senang menulis tentang kisah perjalanan, budaya, pendidikan, dan masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Hobi main pingpong dan membaca.
Konten dari Pengguna
21 April 2024 14:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Tuti Turistiati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
The Colour of Mothers mewakil curahan hati anak-anak lintas budaya. Anak-anak yang sekarang sudah dewasa. Buku antologi yang disusun oleh Riyani Indriyati ini merupakan kumpulan 22 kisah dan pengalaman para kontributor di seluruh dunia. Para penulis selain dari Indonesia, diantaranya berasal dari Nigeria, Mali, Iran, Portugal, Polandia, Jerman, Pakistan, Amerika dan Ukraina.
Cover buku The Colours of Mothers karya Riyani Indriyati
Buku yang ditulis dalam bahasa Inggris ini dinarasikan dengan indah, cukup ringan dan mudah dipahami. Cerita-cerita yang ditulis dengan hati akan menyentuh hati. Ketika kita membaca satu kisah dan pengalaman dari satu tulisan ke tulisan lainnya, tak terasa imaji kita akan berkelana pada pengalaman sendiri bersama ibu. Beberapa tulisan menggiring kita pada satu afirmasi bahwa cerita yang disajikan ada kemiripan dengan yang kita alami. Kisahnya mungkin berbeda tapi kasih sayang seorang ibu pada anaknya sungguh terasa.
ADVERTISEMENT
Buku ini dibuka dengan “Sri Dahuni”, sepenggal kisah perjuangan seorang ibu dari Riyani disajikan dengan sangat hidup dan apik. Membaca kisahnya membuat tetiba air mata menggenang. Betapa berat perjuangan seorang Dahuni membesarkan anak-anaknya pada saat itu. Namun, di balik serba kekurangan, ada teladan, semangat pantang menyerah, dan kekuatan doa ibu yang di kemudian hari mengantarkan anak-anaknya pada kehidupan yang jauh lebih baik (hal. 1-6). Riyani adalah pendiri Dahuni Foundation dan kini bersama keluarga kecilnya berdomisili di Porto, Portugal.
“The Good Prayer”, berkisah tentang Tetiana Domino, seorang perempuan asal Ukraina yang bekerja di Polandia. Ia hidup terpisah dari ibunya, seorang guru yang tinggal di medan perang Ukraina. Membaca pengalamannya, kita membayangkan betapa was-was, khawatir, dan takutnya setiap kali Tetiana menerima telepon dan berita dari ibunya. Sang ibu tidak berkenan meninggalkan negaranya dan hidup bersama anaknya di Polandia. Ia bersama teman-temannya sesama guru lebih memilih membuat military nets, jaring untuk menutupi senjata militer dan menjadi tuan rumah untuk para pengungsi. Dalam setiap langkah kehidupannya, doa adalah teman baik ibunya. Kekuatan doa mengantarkan ibu Tetiana memilih untuk hidup lebih berarti bagi orang lain daripada hidupnya sendiri (hal. 86-92).
ADVERTISEMENT
Kisah-kisah lainnya tentang ibu tak kalah menariknya dan sarat makna. Di dalamnya ada perjuangan, pantang menyerah, teladan, kekuatan doa, dan kasih sayang tak bertepi. Sejatinya, di balik keberhasilan seorang anak, ada sosok ibu yang luar biasa hebat.