5 Fakta Unik tentang Liechtenstein: Negeri Gemah Ripah Loh Jinawi di Lembah Sungai Rhein

Adhi Kawidastra
Penggemar jazz, penikmat kopi dan pecinta alam. Seorang Diplomat yang berusaha menjalankan tugasnya dengan baik sembari menjelajah dunia.
Konten dari Pengguna
31 Maret 2018 17:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adhi Kawidastra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mungkin tidak banyak orang, terutama di Indonesia yang pernah mendengar nama Liechtenstein. Mungkin bagi beberapa orang, hal yang terlintas pertama kali dalam pikiran mereka ketika mendengar nama Liechtenstein adalah sebuah lokasi yang menjadi tax haven bagi para miliarder dunia.
Kebun Anggur di Liechtenstein dengan Latar Belakang Kastil Vaduz (foto: dok. pribadi)
ADVERTISEMENT
Liechtenstein adalah sebuah negara mungil yang terletak di lembah sungai Alpen dan berlokasi di tengah-tengah kawasan Eropa dengan luas 160 km persegi dan jumlah penduduk tidak lebih dari 37.000 orang.
1. Negara Dengan Status Double Landlocked
Liechtenstein merupakan salah satu dari dua negara di dunia selain Uzbekistan yang menyandang status sebagai negara double landlocked. Hal tersebut dikarenakan posisi geografis negara tersebut yang terletak di antara Swiss dan Austria, dua negara yang merupakan negara landlocked atau negara yang tidak berbatasan langsung dengan laut lepas.
Walaupun kecil, Liechtenstein merupakan negara dengan tingkat industrialisasi paling tinggi di dunia. Namun, dengan ukuran pasar domestik yang sangat kecil, perekonomian Liechtenstein sangat tergantung pada kegiatan ekspor yang dilakukan oleh industri-industri yang ada di negara tersebut.
Pusat Perekonomian di Kota Vaduz (foto: dok. pribadi)
ADVERTISEMENT
Dengan statusnya yang tidak memiliki pelabuhan laut dan sebagai negara double landlocked, kegiatan ekspor bisa menjadi sebuah tantangan. Sebagai solusi atas tantangan tersebut, Liechtenstein memutuskan untuk aktif menjadi anggota European Free Trade Association (EFTA) dan European Economic Area (sebuah organisasi yang menjadi penghubung antara EFTA dan Uni Eropa). EFTA sendiri terdiri atas empat negara yang bukan merupakan anggota Uni Eropa, yaitu Swiss, Norwegia, Islandia dan Liechtenstein.
2. Swiss Pernah Tidak Sengaja Menginvasi Liechtenstein
Pada bulan Maret 2007, sebuah insiden pelanggaran kedaulatan wilayah Liechtenstein secara tidak sengaja dilakukan oleh pihak Swiss. Pelanggaran ini melibatkan sekitar 170 orang tentara Swiss yang bersenjatakan senapan tanpa amunisi yang sedang melakukan latihan. Pihak tentara Swiss tersebut baru menyadari bahwa mereka telah menyimpang dari jalur latihan mereka dan pada saat itu mereka telah memasuki wilayah Liechtenstein sampai lebih dari 1 kilometer.
Militer Swiss (foto: https://commons.wikimedia.org)
ADVERTISEMENT
Pihak Liechtenstein yang memang tidak memiliki tentara maupun kekuatan militer untuk pertahanan negara, mengaku tidak mengetahui bahwa negara tetangganya sudah melakukan “invasi” secara tidak sengaja ke wilayahnya. Selama ini memang tidak pernah ada penjagaan perbatasan maupun penanda batas yang jelas antara Liechtenstein dan Swiss, sehingga insiden pelanggaran perbatasan ini pun terjadi.
Pihak Liechtenstein pada akhirnya memutuskan untuk tidak mempermasalahkan insiden tersebut dan menerima permintaan maaf yang disampaikan oleh Pemerintah Swiss.
3. Dibeli Tetapi Lama Tidak Ditempati
Liechtenstein yang pada mulanya merupakan daerah pedesaan miskin di lembah Alpen yang terdiri atas wilayah Schellenberg dan Vaduz yang kemudian dibeli oleh Pangeran Johann Adam dari Dinasti Liechtenstein pada tahun 1699 dan 1712.
ADVERTISEMENT
Dinasti Liechtenstein atau Das Fürstenhaus von Liechtenstein merupakan salah satu dinasti aristokrat yang terpandang dan dikenal memiliki kekayaan yang melimpah di Kekaisaran Habsburg, Austria. Walaupun terpandang, karena tidak memiliki wilayah kekuasaan dengan status daerah politik, dinasti ini tidak memiliki jatah satu kursi pun di Parlemen Austria.
Alasan pembelian kedua wilayah tersebut adalah agar Dinasti Liechtenstein memiliki status penguasa suatu wilayah sebagai syarat untuk mendapatkan kursi di Parlemen Austria di Wina atau Imperial Diet.
Pangeran Franz Josef II dan Puteri Gina (foto: https://commons.wikimedia.org)
Namun selama lebih dari 200 tahun, tidak satu pun pangeran dari Dinasti Liechtenstein yang mendatangi maupun meninggali wilayah tersebut. Baru pada tahun 1938, Pangeran Franz Josef II mulai berdomisili di wilayah Liechtenstein dan mulai berupaya untuk mengubah wilayah miskin tersebut menjadi sebuah negara maju seperti saat ini.
ADVERTISEMENT
4. Kecil Tetapi Sangat Makmur
Luas wilayah Liechtenstein mungkin tidak lebih besar dari wilayah sebuah kecamatan di Indonesia, namun negara ini ternyata merupakan salah negara paling makmur di Eropa. Hal yang unik dari negara ini adalah bahwa perusahaan yang terdaftar memiliki domisili di Liechtenstein ternyata jumlahnya lebih besar dari jumlah penduduknya.
Negara ini memiliki iklim investasi yang sangat kondusif, sehingga banyak perusahaan multinasional yang merelokasi status de jure domisili perusahaan mereka ke Liechtenstein. Namun faktanya, ternyata sebagian besar dari perusahaan tersebut tidak benar-benar memiliki kantor pusat di Liechtenstein.
Pusat Pemerintahan Liechtenstein di Vaduz (foto: dok.pribadi)
Mayoritas perusahaan-perusahaan tersebut hanya memiliki kantor perwakilan kecil untuk mengurusi administrasi dan persuratan. Hal tersebut membuat Liechtenstein secara informal dijuluki sebagai “Negara PO BOX”, karena statusnya sebagai “kotak surat” bagi perusahaan multinasional tersebut.
ADVERTISEMENT
Di sisi pemerintah, berkat pengelolaan anggaran negara yang sangat disiplin dan efisien, Liechtenstein merupakan negara yang tidak memiliki utang dan mampu untuk mempertahankan anggaran pendapatan dan belanja negara untuk senantiasa surplus.
5. Banyak Turis Datang Tetapi Sedikit Yang Menginap
Seperti halnya negara-negara lainnya, Liechtenstein juga menawarkan pariwisata sebagai salah satu sektor yang menggerakan perekonomiannya. Namun, karena ukurannya yang begitu kecil dan dengan objek wisata yang bisa dikatakan relatif sedikit, wisatawan asing yang berkunjung ke negara itu mayoritas merupakan wisatawan yang tergabung dalam tur berkelompok yang sedang melakukan perjalanan yang kebetulan melewati wilayah Liechtenstein.
Pusat Kota Vaduz (foto: dok. pribadi)
Dalam waktu satu hari, praktis hampir seluruh objek wisata di Liechtenstein dapat dikunjungi. Hal tersebut membuat tingkat hunian hotel bagi wisatawan dapat dikatakan cukup rendah di Liechtenstein.
ADVERTISEMENT
Karena Liechtenstein tidak menerapkan pemeriksaan imigrasi pada seluruh perbatasannya, maka bagi wisatawan asing yang datang ke negara itu tidak akan mendapatkan cap visa pada paspor mereka. Namun, tidak perlu kecewa, karena pusat informasi turis yang ada di Vaduz memberikan jasa cap visa Liechtenstein bagi para wisatawan yang ingin menyimpannya sebagai suvenir pada paspor mereka.