Heididorf: Desa Wisata yang Terinspirasi dari Dongeng Anak

Adhi Kawidastra
Penggemar jazz, penikmat kopi dan pecinta alam. Seorang Diplomat yang berusaha menjalankan tugasnya dengan baik sembari menjelajah dunia.
Konten dari Pengguna
6 Mei 2018 6:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adhi Kawidastra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai penyuka wisata alam dan pedesaan, kami sekeluarga selalu memanfaatkan waktu luang di kala akhir pekan untuk berkelana di kawasan wisata alam. Kami memanfaatkan momen kami ketika tinggal di Swiss untuk menjelajah beberapa tempat wisata alam dan pedesaan.
ADVERTISEMENT
Salah satu kawasan yang menarik dan pernah kami kunjungi adalah Heididorf atau Desa Heidi, yang berlokasi di negara bagian Graubünden. Heididorf sendiri merupakan bagian dari kawasan wisata tematik bernama Heidiland. Kawasan wisata tematik ini menyajikan berbagai atraksi wisata yang bertemakan wisata alam dan pedesaan.
Suasana Desa Heidi atau Heididorf (foto: dok. pribadi)
Nama Heididorf sendiri terinspirasi dari buku cerita anak-anak karya Johanna Spryi yang berjudul Heidi. Nama asli dari Heididorf sebenarnya adalah Oberrofels, salah satu desa di Municipality Maienfeld. Panorama desa tersebut merupakan salah satu sumber inspirasi Johanna dalam menulis kisah Heidi.
Johanna Spryi, sang Pencipta Heidi
Johanna Spryi merupakan seorang penulis novel yang dilahirkan pada tanggal 12 Juni 1827 di Hirzel, sebuah desa di negara bagian Zurich, Swiss. Johanna banyak menghabiskan masa kecilnya di dekat Kota Chur di negara bagian Graubünden, yang banyak menjadi latar belakang tempat di novel-novel yang ditulisnya.
Johanna Spryi (foto: https://en.wikipedia.org)
ADVERTISEMENT
Setelah menikah dengan Bernhard Spryi, seorang pengacara, Johanna kemudian pindah untuk tinggal dengan suaminya di Kota Zurich. Setelah itu, Johanna mulai menulis novel yang ceritanya banyak berbasis pada kisah kehidupan di pedesaan.
Novel pertama yang ditulis berjudul A Note on Vrony’s Grave, yang bercerita tentang kehidupan perempuan yang mengalami kekerasan rumah tangga. Novel ini diterbitkan pada tahun 1880. Setelah itu, Johanna semakin banyak menghasilkan karya novel, salah satunya novel yang terkenal berjudul Heidi.
Kisah Kehidupan Heidi
Heidi merupakan cerita tentang seorang anak yatim piatu bernama Heidi. Setelah kedua orang tuanya meninggal, Heidi tinggal dan diasuh oleh bibinya di sebuah desa di lembah sungai Rhein. Karena mendapatkan pekerjaan di Frankfurt, Jerman, bibinya kemudian menyerahkan Heidi untuk diasuh oleh kakeknya yang tinggal di lereng pegunungan Alpen.
ADVERTISEMENT
Kakeknya Heidi ini dikenal oleh masyarakat desa sebagai seseorang yang pemarah dan suka menyendiri. Namun, karakter Heidi yang periang dan baik hati, membuat kakeknya luluh hatinya dan mau menerima Heidi untuk tinggal bersamanya. Dari sinilah petualangan Heidi menjelajah lereng Alpen dimulai.
Suasana di Dalam Rumah Kakek Heidi (foto: dok. pribadi)
Dalam perjalanannya, Heidi mulai berteman akrab dengan seorang penggembala kambing, bernama Peter. Kedua anak ini sering menghabiskan waktu bermain bersama, mulai dari menjelajah sudut-sudut pegunungan Alpen sampai dengan memberi makan hewan ternak milik warga desa. Karena keramahan dan keriangannya, Heidi menjadi anak yang disukai oleh warga desa.
Tiga tahun kemudian, bibinya kembali ke desa tersebut dan bermaksud untuk membawa Heidi ke Frankfurt. Di Frankfurt, Heidi diminta untuk tinggal dan menemani Clara, anak dari majikan bibinya. Karena sakit keras yang dideritanya, Clara harus menggunakan kursi roda. Keduanya menjadi teman baik dan sering menghabiskan waktu bersama untuk bermain.
Ilustrasi dalam Buku Cerita Heidi (foto: https://en.wikipedia.org)
ADVERTISEMENT
Tidak lama, Heidi menjadi rindu akan kampung halamannya dan menjadi sakit. Dokter yang memeriksa Heidi menyimpulkan bahwa Heidi menderita stres dan menyarankan untuk membiarkan Heidi pulang ke kampung halamannya. Heidi sangat senang mendengarnya dan akhirnya dia kembali ke rumah kakeknya.
Sepeninggal Heidi, sakit yang diderita Clara menjadi semakin parah. Ketika dokter yang menangani Clara mengunjunginya di desa, Heidi menyarankan agar Clara tinggal sejenak dengannya di pedesaan. Heidi beralasan bahwa udara segar pegunungan dapat memulihkan kondisi fisik Clara.
Setelah itu, Clara pun datang dan tinggal bersama dengan Heidi selama beberapa waktu. Keduanya pun menjadi semakin akrab, yang menimbulkan kecemburuan bagi Peter. Karena kejengkelannya, Peter kemudian merusak kursi roda yang digunakan oleh Clara. Namun, tidak lama kemudian, Peter menyesali perbuatannya dan meminta maaf kepada Clara dan Heidi.
ADVERTISEMENT
Clara yang kehilangan kursi rodanya, terpaksa harus belajar untuk berjalan kembali. Ketika ayah dan neneknya datang kembali untuk menjemputnya, Clara sudah dapat berjalan kembali. Rasa bahagia menyelimuti ayah dan neneknya, keduanya bersyukur bahwa udara segar di pedesaan dan pegunungan telah membantu kesembuhan Clara.
Desa Tempat Tinggal Heidi
Salah satu sudut desa Heididorf atau Oberrofels kemudian dijadikan atraksi wisata berupa museum terbuka. Di dalam kompleks museum tersebut terdapat beberapa bangunan yang menggambarkan cerita dalam buku Heidi.
Rumah Kakek Heidi (foto: dok. pribadi)
Pengunjung dapat merasakan sejuknya atmosfer pegungungan dengan berhiking ke rumah Kakek Heidi di lereng bukit. Di sini pengunjung dapat melihat langsung gambaran kehidupan sehari-hari Heidi dan kakeknya.
Di sudut lain, terdapat sebuah kandang yang berisi beberapa hewan ternak, seperti kambing, domba, dan ayam. Di sini, pengunjung, terutama anak-anak, dapat memberikan makan hewan ternak seperti halnya yang sering dilakukan oleh Heidi dan Peter.
Kandang Hewan Ternak di Heididorf (foto: dok. pribadi)
ADVERTISEMENT
Sementara bagi pengunjung yang ingin mengetahui secara lebih lengkap cerita tentang Heidi dan Johanna Spryi, dapat mengunjungi bangunan utama museum. Di sini terdapat informasi tentang latar belakang penulisan buku Heidi dan biografi singkat Johanna.
Di akhir perjalanan, bagi mereka yang suka mengoleksi suvenir, dapat membeli barang-barang khas Heidi yang ada di toko museum. Walaupun sederhana, berwisata ke Heididorf memberikan makna dan kenangan tersendiri. Pengunjung dapat rehat sejenak dari kesibukan hidup di perkotaan dengan menikmati sejuknya alam pedesaan dan pegunungan.