Kastil Neuschwanstein: Inspirasi Dongeng Anak Karya Walt Disney

Adhi Kawidastra
Penggemar jazz, penikmat kopi dan pecinta alam. Seorang Diplomat yang berusaha menjalankan tugasnya dengan baik sembari menjelajah dunia.
Konten dari Pengguna
11 April 2018 21:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adhi Kawidastra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kisah dan cerita rakyat dunia seperti Sleeping Beauty dan Cinderella telah banyak diketahui baik oleh anak-anak maupun orang dewasa melalui kreasi animasi Walt Disney. Dongeng karya Walt Disney tersebut menggambarkan sebuah dunia fantasi di mana para kaum bangsawan hidup di istana dan kastil indah dengan berbagai macam kisah di baliknya.
ADVERTISEMENT
Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa istana maupun kastil tersebut terinspirasi dari hasil karya arsitektur yang bisa kita temukan di dunia nyata. Salah satu kastil yang menjadi inspirasi tersebut adalah Kastil Neuschwanstein, sebuah istana megah bergaya Romanesque yang berlokasi di kawasan Bavaria, Jerman tidak jauh dari perbatasan Austria.
Eksterior Kastil Neuschwanstein (foto: koleksi pribadi)
Perjalanan menuju ke Kastil Neuschwanstein memakan waktu kurang lebih dua jam menggunakan kendaraan darat dari Kota Munich, Jerman. Perjalanan selama dua jam ini tidak akan menjadi sebuah perjalanan yang membosankan, karena anda akan disuguhi pemandangan spektakuler wilayah Bavaria dengan lanskap pegunungan Alpen yang begitu indah.
Namun dibalik latar belakang lanskap dan inspirasi yang muncul dari kastil tersebut, terdapat kisah yang memilukan dibalik pendiriannya.
ADVERTISEMENT
Kisah Pilu Seorang Raja Pemalu dan Penyendiri
Kastil Neuschwanstein dibangun sebagai sebuah istana peristirahatan bagi Raja Bavaria, Ludwig II sampai dengan kematiannya pada tahun 1886. Kastil ini merupakan sebuah perwujudan gaya arsitektur kontemporer kala itu yang dikenal sebagai “romantisme kastil”. Kastil ini juga terinspirasi atas antusiasme Ludwig II pada opera karya Richard Wagner, seorang komposer ternama berkebangsaan Jerman.
Raja Ludwig II dari Bavaria (foto: https://en.wikipedia.org)
Namun, dibalik kemegahan dan romantisme, terdapat sebuah kisah pilu yang menginspirasi dibangunnya kastil ini. Pada tahun 1866, Kerajaan Bavaria yang kala itu bersekutu dengan Austria telah mengalami kekalahan telak dalam perang melawan Kerajaan Prussia.
Atas kekalahannya, melalui sebuah perjanjian, Ludwig II dipaksa untuk menerima ketentuan untuk tidak menggunakan militernya, walaupun dalam keadaan perang. Sejak saat itulah Ludwig II kehilangannya hak kedaulatan dan politik untuk berkuasa sebagai seorang raja.
ADVERTISEMENT
Kekalahan ini menjadi sebuah kemalangan dan keterpurukan bagi Ludwig II. Dia mulai suka menyendiri dan berimajinasi membentuk sebuah kerajaan versinya sendiri, di mana dia dapat menjadi seorang raja sejati. Imajinasi ini kemudian diwujudkan melalui pembangunan sebuah kastil megah di atas reruntuhan kastil kembar dari era abad pertengahan.
Pengalaman dan Inspirasi Masa Kecil Ludwig II
Pada tahun 1832, Pangeran Maximilian II, ayah dari Ludwig II membeli tiga reruntuhan kastil di kawasan Hohenschwangau, Jerman. Maximilian II kemudian membangun sebuah kastil peristirahan musim panas di atas reruntuhan Kastil Schwanstein, salah satu dari tiga reruntuhan tersebut, yang kemudian diberi nama Kastil Hohenscwangau.
Dekorasi Hohenschwangau didominasi oleh kisah dan puisi abad pertengahan, termasuk di antaranya legenda tentang seorang ksatria angsa (swan knight) , Lohengrin. Ludwig II dalam imajinasinya ketika kecil sering menggambarkan dirinya bersama dengan Lohengrin, yang kisahnya diceritakan dalam opera karya Richard Wagner pada tahun 1850.
Kastil Hohenschwangau (foto: https://en.wikipedia.org)
ADVERTISEMENT
Figur angsa sendiri telah dijadikan Maximilan II sebagai simbol utama di Kastil Hohenschwangau. Di Bavaria, angsa sendiri dianggap sebagai hewan yang menjadi simbol Counts of Schwangau, yang merupakan leluhur dari dinasti Bavaria. Simbolisasi angsa ini merupakan kombinasi antara romantisme kisah abad pertengahan dengan tradisi lokal pada masa itu yang menginspirasi berdirinya kastil-kastil tersebut.
Kawasan tersebut menyajikan pemandangan indah rangkaian pegunungan Alpen yang sangat memikat bagi Maximilian II. Dia bahkan telah memiliki sebuah titik pengamatan yang khusus dibangun di atas Pollat Gorge untuk menikmati dan mengamati pemandangan itu. Pada dekade 1840an, sebagai hadiah ulang tahun kepada istrinya, Marie yang menggemari olah raga panjat tebing, sebuah jembatan dibangun di Pollat Gorge yang kemudian dinamai Marienbrücke.
Marienbrücke yang telah dipugar oleh Ludwig II dengan struktur baja (foto: koleksi pribadi)
ADVERTISEMENT
Dari punggung gunung yang sempit yang dikenal sebagai "Jugend" di sebelah kiri Pöllat, ada pemandangan pegunungan dan danau yang menakjubkan. Maximilian II menyukai tempat ini dan berencana untuk membangun paviliun di sana pada tahun 1855.
Ludwig II muda lebih banyak menghabiskan masa kecilnya di Kastil Hohenschwangau. Dia juga sering berada di Jugend yang membuatnya banyak terpengaruh oleh nuansa romantisme pegunungan Alpen.
Proses Pembangunan Neuschwanstein
Di Jugend terdapat reruntuhan dua kastil kembar dari era abad pertengahan, Vorderhohenschwangau dan Hinterhohenschwangau. Di lokasi inilah Ludwig II membangun istananya, yang merupakan sebuah hasil kreasi ulang arsitektur kastil abad pertengahan yang lebih ideal dari Hohenschwangau.
Kunci dari pembangunan kastil baru yang dibayangkan Ludwig II adalah “kesempurnaan”, yang mengedepankan sebuah rekonstruksi arsitektur kastil abad pertengahan namun dilengkapi dengan fitur-fitur modern pada kala itu. Pembangunan kastil tersebut dimulai pada tahun 1868.
ADVERTISEMENT
Pada kenyataannya, pembangunan kastil tersebut tidak dapat diselesaikan secepat yang diinginkan oleh Ludwig II. Lokasi bangunan yang berada di puncak sebuah bukit menyebabkan sulitnya proses pengerjaan bangunannya itu sendiri. Selain itu, biaya yang semakin membengkak membuat Ludwig II harus mencari sumber pendanaan di luar dana pribadinya dalam wujud hutang.
Halaman dalam Kastil Neuschwanstein (foto: koleksi pribadi)
Pada tahun 1884, Ludwig II akhirnya menempati kastil yang pada waktu itu masih belum selesai dibangun. Karena ambisinya akan kesempurnaan, membuat kastil tersebut terlihat lebih kepada bangunan yang bersifat dekoratif daripada sebuah bangunan tempat tinggal.
Selain itu, kastil tersebut juga ditujukan Ludwig II untuk mengakomodasi tokoh idolanya, Richard Wagner yang ironisnya sampai dengan kematiannya pada tahun 1883 belum pernah sekalipun menginjakkan kakinya di kastil tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, Ludwig II pun hanya tinggal di kastil tersebut selama 172 hari sampai dengan kematiannya pada tahun 1886. Nama Neuschwanstein sendiri baru disematkan ke kastil tersebut setelah kematian Ludwig II.
Menjadi Atraksi Turis
Tujuh minggu setelah kematian Ludwig II, kastil tersebut dibuka untuk umum. Raja Ludwig II yang pemalu dan penyendiri pada awalnya mendirikan kastil tersebut dengan niat untuk menghindari publik. Namun, setelah itu, banyak orang yang kemudian justru mendatangi kastil tersebut untuk sekadar melihat dari dekat istana yang menjadi tempat pelarian dan pengasingan Ludwig II.
Saat ini, Neuschwanstein menjadi salah satu objek wisata yang paling popupler di Eropa. Kastil ini dikunjungi oleh sekitar 1,4 juta wisatawan per tahunnya. Kastil ini juga telah menginspirasi kisah dan dongeng animasi garapan Walt Disney yang digemari oleh anak-anak di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Menjadi suatu hal yang unik ketika kisah pilu seorang raja yang tersingkir dari publik dan tahta kekuasaannya justru menginspirasi kisah-kisah happy ending dalam cerita dan animasi masa kini.
Kastil Neuschwanstein (Foto: Dok: Pixabay)