Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menengok Sirkuit Balapan di Jalanan Kota ala Monako
25 April 2018 9:42 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Adhi Kawidastra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahun lalu, pemberitaan nasional diramaikan dengan rencana ambisius Indonesia untuk membangun beberapa sirkuit bertaraf internasional. Beberapa rencana pembangunan sirkuit itu meliputi rencana pembangunan sirkuit MotoGP di Jakabiring, Palembang; sirkuit di Lido, Sukabumi yang diklaim akan digunakan untuk ajang balapan MotoGP dan Formula 1; dan sirkuit Formula 1 di Mandalika, Lombok.
Sesi GP Formula 1 tahun 1989 di San Marino (foto: https://it.wikipedia.org)
ADVERTISEMENT
Rencana pembangunan sirkuit di Lombok sendiri merupakan bagian dari rencana ambisius pemerintah untuk menciptakan “10 Bali Baru”, sebuah konsep diversifikasi destinasi wisata baru di Indonesia yang digawangi oleh Kementerian Pariwisata.
Pembangunan sirkuit ini menurut rencana akan mengambil konsep sirkuit jalan raya atau street race circuit. Kawasan Mandalika dipilih karena dianggap bisa menarik wisatawan mancanegara untuk berwisata sekaligus menyaksikan ajang balapan bergengsi tersebut.
Konsep ini mengambil contoh model sirkuit yang sama yang dipakai oleh Monako. Monako merupakan sebuah negara mikro yang terletak di selatan Prancis yang memanfaatkan potensi keindahan panorama Mediterania dan memanfaatkan infrastruktur jalan raya yang ada untuk perhelatan balapan kelas dunia.
Artikel ini tidak akan membahas rencana pembangunan sirkuit-sirkuit di Indonesia, namun akan fokus pada bagaimana Monako, yang luas wilayahnya tidak lebih besar dari sebuah kecamatan di Indonesia, mampu untuk memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk menjadi tuan rumah balapan-balapan otomotif bergengsi kelas dunia.
ADVERTISEMENT
Mengenal Monako
Monako merupakan sebuah negara kota atau city state dengan luas wilayah yang sangat kecil, hanya sekitar 2 km persegi dengan penduduk kurang lebih sekitar 37.000 orang. Dengan ukurannya yang mikro, Monako merupakan negara terkecil kedua di dunia, setelah Vatikan dan merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi.
Monako berlokasi di kawasan French Riviera, berbatasan langsung dengan Laut Mediterania dan dikelilingi oleh Prancis. Monako merupakan sebuah negara monarki konstitusional dengan klasifikasi negara kepangeranan dan menyandang nama resmi Principality of Monaco. Walaupun demikian, kepala negara Monako, yang saat ini dijabat oleh Pangeran Albert II dari Dinasti Grimaldi, memiliki kekuasaan hampir absolut.
Pangeran Rainier III dan Putri Grace Kelly (foto: https://en.wikipedia.org)
ADVERTISEMENT
Popularitas Monako di era modern dimulai ketika Pangeran Rainier III, ayah dari Pangeran Albert II, menikah dengan seorang artis asal Amerika Serikat, Grace Kelly pada tanggal 19 April 1965. Prosesi pernikahan keduanya pada kala itu diliput oleh banyak stasiun televisi dunia, yang membuat perhatian dunia internasional tertuju pada negara mikro tersebut.
Namun, kesuksesan perekonomian Monako pada dasarnya telah dimulai jauh sebelum Grace Kelly memasuki lingkaran keluarga Dinasti Grimaldi. Kesuksesan itu dimulai pada akhir abad ke-19, ketika Monako membangun kasino pertamanya di Monte Carlo.
Sejak saat itu, dengan iklim yang moderat dan kombinasi pemandangan alam kawasan Mediterania yang indah, Monako telah menjadi magnet bagi wisatawan yang datang berkunjung untuk berjudi maupun sekedar menikmati kehangatan matahari Mediterania.
Kasino di Monte Carlo (foto: dok. pribadi)
ADVERTISEMENT
Hal yang menarik dari Monako adalah bahwa negara itu tidak memungut pajak penghasilan sepeser pun dari warga negaranya. Selain itu, untuk menjaga dari jeratan dan risiko judi, warga negara Monako dilarang oleh pemerintahnya untuk menggunakan fasilitas kasino yang ada di negara tersebut.
Dalam perjalanannya, selain menjadi pusat perjudian, Monako juga mulai mengembangkan industri perbankannya. Dalam waktu singkat, dengan tingkat pajak usaha yang sangat rendah, Monako juga menjadi dikenal sebagai salah satu negara tax haven.
Jalanan Kota Menjadi Tempat Balapan
Para penggemar ajang balapan mobil Formula 1 pasti tidak asing dengan Monaco Grand Prix (GP Monako), salah satu sesi Formula 1 yang mengambil lokasi sirkuit di salah satu sudut jalanan kota Monako.
ADVERTISEMENT
GP Monako menjadi salah satu ajang balapan mobil bergengsi di dunia. Bersanding dengan ajang balapan mobil Indianapolis 500 dan 24 hours of Le Mans, ketiganya dikenal sebagai tiga ajang balapan paling bergengsi di dunia dan menyandang julukan Triple Crown of Motorsport.
GP Monako sudah diselenggarakan di Monako sejak tahun 1929 atas ide brilian Antony Noghès yang disponsori oleh Automobile Club de Monaco (ACM). ACM merupakan sebuah komunitas otomotif di Monako yang digerakkan oleh Pangeran Louis II, kakek dari Pangeran Rainier III.
Ide menggunakan jalanan kota di wilayah Monte Carlo sebagai sirkuit balapan merupakan usulan Antony untuk membawa ajang balapan GP yang dirancangnya menjadi ajang balapan nasional Monako.
Ide itu merupakan sebuah inovasi untuk mengatasi kendala minimnya lahan di Monako yang bisa digunakan secara khusus untuk membangun sebuah sirkuit. Langkah ini diambil agar GP Monako mendapat pengakuan dari Association Internationale des Automobiles Clubs Reconnus (AIACR) sebagai sebuah ajang balapan yang sejajar dengan GP internasional lainnya. AIACR adalah sebuah badan internasional yang kala itu mengurusi olah raga balapan mobil.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, karena minimnya lahan di wilayah Monako, ajang balapan mobil di Monako menggunakan lahan di wilayah negara lainnya, terutama Prancis. Hal tersebut membuat ajang balapan Monako tidak diakui sebagai ajang nasional, namun hanya dianggap sebagai ajang regional bagian dari ajang tingkat nasional di Prancis.
William Grover-Williams pada Sesi GP Monako Tahun 1929 (foto: https://commons.wikimedia.org)
Usulan Antony tersebut kemudian disetujui oleh Pangeran Louis II dan didukung pula oleh pembalap GP asal Monako, Louis Chiron. Perhelatan balapan pertama di Monako diselenggarakan pada tanggal 14 April 1929 dan dimenangkan oleh William Grover-Williams yang mengemudikan mobil Bugatti Type 35B.
William ini mungkin merupakan gambaran seorang mata-mata flamboyan seperti “James Bond”, karena selain menjadi pembalap, dia kemudian direkrut oleh Special Operations Executive (SOE) menjadi mata-mata Inggris pada saat perang dunia ke-2 berlangsung.
ADVERTISEMENT
Ajang perhelatan GP di Eropa terpaksa berhenti selama perang dunia ke-2 berlangsung dan baru dilanjutkan kembali pada bulan September 1945. Fédération Internationale de l’Automobile (FIA) menjadi organisasi patron yang baru menggantikan peran AIACR. GP Monako kembali menjadi salah satu seri ajang GP di Eropa pada tahun 1948.
Sirkuit Balapan yang Menantang
Karena menggunakan jalanan kota sebagai sirkuit balapan, GP di Monako ini memberikan tantangan tersendiri bagi para pembalap. Lanskap Monako yang terletak persis di area tebing yang berbatasan langsung dengan laut, membuat sirkuitnya memiliki hambatan alam yang menantang, seperti tikungan tajam atau hairpin dan beberapa tanjakan.
Salah satu sudut tikungan menanjak yang sangat terkenal adalah Fairmont Hairpin, yang membuat pembalap harus mengurangi kecepatan dengan sangat signifikan hingga mencapai hanya 48 km/jam.
Tikungan Tajam di Dekat Hotel Fairmont (foto: https://en.wikipedia.org)
ADVERTISEMENT
Sirkuit GP di Monako ini juga dianggap oleh banyak pihak relatif kurang aman jika dibandingkan dengan sirkuit GP Formula 1 lainnya. Tercatat paling tidak empat orang pembalap sudah menjadi korban dari sirkuit ini.
Terlepas dari risiko yang ada, sirkuit di Monako ini seringkali memberikan efek kejutan hasil kemenangan di luar dugaan. Hal tersebut menjadikan sesi GP di Monako sebuah variasi menarik di tengah berlangsungnya musim GP Formula 1.
Karena karakter sirkuitnya, kemenangan di GP Monako ditentukan bukan oleh kemampuan dan kapasitas mesin mobil yang digunakan, melainkan oleh keahlian para pembalap dalam mengemudikan mobilnya.
Beberapa pembalap menjadi legenda setelah memenangkan seri balapan di Monako. Tercatat pembalap asal Brazil, Aryton Senna yang memegang rekor kemenangan terbanyak di GP Monako, yaitu sebanyak enam kemenangan berturut-turut pada periode musim tahun 1989–1993. Pembalap Formula 1 legendaris lainnya, Michael Schumacher tercatat meraih lima kali kemenangan di sirkuit Monako.
ADVERTISEMENT
Sirkuit sebagai Ikon Monako
Tidak hanya kasino saja yang menjadi ikon Monako, yang telah lama dikenal sebagai surga bagi kaum jetset dunia untuk bertaruh di meja judi, sirkuit Monako pun menjadi daya tarik tersendiri dari Monako. Dengan karakter dan kondisi yang unik, sirkuit di Monako ini menjadi sebuah ciri khas yang membuat Monako terkenal di dunia internasional.
Sirkuit Formula 1 di Dekat Pelabuhan Monte Carlo (foto: https://en.wikipedia.org)
Pada tahun 2009, sirkuit di Monako ini pun terpilih menjadi salah satu dari “Seven Sporting Wonders of the World” berdasarkan dari hasil pemilihan 3.500 orang penikmat olah raga di Inggris. Keunikan inilah yang menjadi magnet bagi wisatawan untuk mengunjungi Monako, untuk menikmati perhelatan GP Formula 1 sambil menikmat atmosfer Mediterania yang indah.
ADVERTISEMENT