Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menengok Demokrasi dan Kemajemukan di Swiss
19 April 2018 14:15 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Adhi Kawidastra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Istana Federal Swiss yang merupakan Kantor Kepresidenan dan sekaligus Kantor Parlemen (foto: dok. pribadi)
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu yang lalu, laman berita daring sempat dihebohkan dengan berita tentang sebuah jam mewah buatan Swiss yang dipakai oleh salah seorang politisi nasional yang saat ini menjadi tersangka korupsi. Jam tersebut merupakan hasil sebuah presisi industri jam dengan kualitas yang dibalut dengan brand “Swiss Made”.
Berbicara tentang Swiss Made itu berarti dua hal, kualitas dan presisi. Swiss terkenal dengan produk-produk jam mewah yang berkualitas.
Presisi dari sebuah jam pada dasarnya merupakan cerminan dari perfeksionisme, presisi dan ketepatan waktu yang merupakan ciri dan karakter khas masyarakat Swiss. Karakter yang membawa Swiss menjadi salah satu negara yang sangat maju, tidak hanya ekononominya, namun juga kedewasaan dalam berpolitiknya.
Artikel ini tidak akan membahas tentang jam tangan mewah buatan Swiss dan industri yang ada di belakangnya. Artikel ini akan melihat kisah dibalik karakter yang menempatkan Swiss menjadi salah satu negara adidaya, dari aspek ekonomi.
ADVERTISEMENT
Ada banyak hal yang berkontribusi pada kemajuan perekonomian Swiss. Namun, artikel ini akan fokus pada dua ciri khas Swiss, yaitu kemajemukan dan praktik demokrasi langsung.
Perjalanan Menjadi Sebuah Bangsa yang Tangguh
Konsep Swiss sebagai sebuah negara pertama kali muncul pada tahun 1291, ketika tiga wilayah komunal di wilayah pegunungan Alpen bagian tengah, Uri, Schwyz, dan Unterwalden, bersepakat untuk membentuk sebuah negara konfederasi.
Dalam perjalanannya, Swiss mengalami berbagai dinamika dan perubahan, mulai dari penambahan anggota konfederasi, perang saudara, dan aneksasi oleh Kekaisaran Prancis di bawah Napoleon.
Bangsa Swiss memiliki mental yang dinamakan “mental landak” atau ”hedgehog mentality”. Landak merupakan binatang yang lambat, tenang dan seringkali dianggap remeh karena ukurannya yang kecil. Namun, mereka yang bermental landak memiliki kelebihan untuk menyederhanakan permasalahan yang rumit dan fokus pada satu visi yang menyeluruh.
ADVERTISEMENT
Mentalitas landak inilah yang membuat Swiss, di luar dari ukuran wilayahnya yang relatif kecil, mampu bertahan dari gejolak peperangan yang terjadi di benua Eropa. Pada saat Perang Dunia ke-1 dan ke-2 berlangsung, Swiss mampu untuk mempertahankan status netralnya dan terbebas dari invasi oleh negara-negara tetangganya.
Kemampuan untuk bertahan itu tidak lepas dari tradisi dan karakter masyarakat Swiss yang kuat dan disiplin. Bangsa Swiss telah banyak makan asam garam dan sangat berpengalaman dalam berperang.
Sejak awal masa abad pertengahan, masyarakat Swiss telah banyak berperang untuk negara lain sebagai tentara bayaran. Tidak jarang bahkan mereka berperang melawan saudara sebangsanya sendiri, namun dengan bendera negara yang berbeda.
Pontifical Swiss Guard, satu-satunya satuan tentara bayaran Swiss yang tersisa (foto: https://en.wikipedia.org)
ADVERTISEMENT
Negara Multikultur dan Multibahasa
Swiss terbentuk menjadi sebuah negara federal atas komitmen wilayah-wilayah komunal atau city states di kawasan Alpen bagian tengah. Komitmen tersebut terwujudkan dengan berdasarkan pada satu tujuan, untuk terbebas dari pengaruh politik dan kekuasaan negara-negara besar di sekitarnya.
Dalam perjalanannya, wilayah Swiss semakin bertambah dengan bertambahnya wilayah-wilayah lain di kawasan Romandie yang berbahasa Prancis dan di kawasan Lombard yang berbahasa Italia. Hal ini lah yang melatarbelakangi kemajemukan Swiss yang terbagi ke dalam daerah berdasarkan bahasa yang mereka gunakan.
Secara umum, wilayah Swiss terbagi atas tiga kelompok bangsa yaitu Germanic yang berbahasa Jerman (63,5%), Romandie yang berbahasa Prancis (22,5%), dan Lombard yang berbahasa Italia (8,1%). Ragamnya penggunaan bahasa tersebut menunjukkan bahwa Swiss merupakan sebuah negara yang sangat majemuk dan multikultur.
Pembagian wilayah Swiss berdasarkan penggunaan bahasa (foto: https://en.wikipedia.org)
ADVERTISEMENT
Dari ketiga bahasa tersebut, terdapat satu bahasa yang digunakan oleh 0,5% populasi Swiss, yaitu Bahasa Romansh, yang masih digunakan oleh masyarakat yang tinggal wilayah lereng dan lembah pedalaman Alpen di kawasan Graubünden.
Bahasa ini merupakan turunan dari Bahasa Latin yang dianggap hampir punah. Oleh karena itu, dalam upaya untuk melestarikannya, Pemerintah Swiss menjadikan Bahasa Romansh, bersama dengan tiga bahasa lainnya, sebagai bahasa resmi yang digunakan oleh Pemerintah Swiss pada tingkat federal.
Jika dilihat dari kompisisi populasi Swiss di era modern, dari sekitar delapan juta penduduknya, seperempatnya merupakan warga negara asing yang menetap di Swiss dalam jangka panjang.
Populasi warga negara asing di Swiss tersebut komposisinya bervariasi, mulai dari mereka yang berasal di negara-negara sekitar Swiss, sampai dengan negara-negara di kawasan Afrika Utara, Mediterania dan Asia.
Masyarakat Swiss dalam busana tradisional pada Festival Alphorn, alat musik tradisional Swiss (foto: dok. pribadi)
ADVERTISEMENT
Kemajemukan ini dapat berarti dua hal. Di satu sisi, memberikan dampak positif bagi perekonomian Swiss melalui inovasi tiada henti yang inspirasinya datang dari seluruh penjuru dunia. Di sisi lain, kemajemukan ini juga menjadi tantangan bagi stabilitas sosial masyarakat Swiss itu sendiri.
Praktik Demokrasi Langsung
Swiss tidak hanya dikenal sebagai negara pembuat jam ataupun negara penghasil coklat yang lezat, tapi Swiss juga dikenal sebagai salah satu negara di dunia yang menerapkan sistem demokrasi langsung dalam sistem politiknya.
Melalui sistem demokrasi langsung ini, warga negara Swiss dapat berpartisipasi aktif secara langsung dalam menentukan suatu kebijakan melalui sebuah referendum.
Cukup dengan mengumpulkan tanda tangan dari paling sedikitnya 50.000 warga negara Swiss, suatu kelompok masyarakat dapat mengajukan inisiatif dan mengadakan referendum untuk mengajukan keberatan atas kebijakan atau Undang-Undang yang telah disahkan oleh Parlemen.
ADVERTISEMENT
Secara institusional, pemerintah pada tingkat Kanton atau negara bagian juga dapat mengajukan referendum atas kebijakan pada tingkat federal jika mendapatkan kesepakatan dengan paling tidak delapan Kanton lainnya.
Landsgemainde atau referendum tradisional yang masih dilaksanakan di Kanton Glarus (foto: https://en.wikipedia.org)
Referendum juga dapat digunakan sebagai salah satu mekanisme untuk melakukan amendemen pada konstitusi negara pada tingkat federal. Berbeda dengan inisiatif biasa, untuk melakukan amendemen ini, inisiator referendum harus mengumpulkan paling tidak 100.000 tanda tangan warga negara Swiss.
Referendum ini dilaksanakan melalui mekanisme voting dengan menggunakan mekanisme penentuan preferensi pilihan pada surat suara yang dibagikan. Hasil referendum ditentukan melalui metode simple majority dimana inisiatif yang diusulkan dinyatakan diterima jika mendapatkan suara lebih dari 50% dari seluruh warga negara yang berpartisipasi dalam referendum.
ADVERTISEMENT
Sementara, untuk referendum yang inisiatifnya menyangkut amendemen konstitusi maupun isu strategis lainnya pada tingkat federal, kemenangannya ditentukan melalui sistem double majority.
Dalam sistem ini, untuk menang, inisiator referendum harus mendapatkan suara mayoritas dari seluruh warga negara yang berpartisipasi dalam referendum dan juga suara mayoritas dari 26 Kanton yang ada di Swiss.
Kedewasaan Berdemokrasi dan Kemajuan Ekonomi
Terlepas dari kemajemukan budaya, bahasa, dan kelompok sosial masyarakatnya, Swiss mampu untuk menjaga stabilitas politiknya. Kedewasaan dalam berdemokrasi yang sudah lama dipraktikkan oleh Swiss ini merupakan salah satu aspek yang memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan ekonomi yang dicapai oleh Swiss.
Berdasarkan Global Competitiveness Index, sebuah indikator kemajuan ekonomi negara-negara di dunia yang dikeluarkan oleh World Economic Forum, Swiss selama beberapa tahun ini selalu menempati peringkat pertama dari seluruh negara di dunia.
Forum di dalam Parlemen Swiss (foto: dok. pribadi)
ADVERTISEMENT
Dengan terjaganya stabilitas politik, Swiss mampu untuk memfokuskan energinya pada kegiatan produktif yang memberikan efek positif pada perekonomian Swiss. Suatu kondisi ideal yang mampu dilakukan apabila suatu negara mampu untuk mempertahankan kedewasaan dalam berdemokrasi.