Konten dari Pengguna

Mengunjungi Luksemburg, Katalis Pemersatu Eropa

Adhi Kawidastra
Penggemar jazz, penikmat kopi dan pecinta alam. Seorang Diplomat yang berusaha menjalankan tugasnya dengan baik sembari menjelajah dunia.
30 Mei 2018 10:54 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adhi Kawidastra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kala itu, musim semi mulai menunjukkan kehadirannya di Swiss. Bunga Dandelion mulai tumbuh dan bermekaran di halaman rumput kompleks apartemen kami. Atmosfer yang sangat mendukung untuk sebuah petualangan baru menjelajahi Eropa.
ADVERTISEMENT
Kali ini, negara yang hendak kami kunjungi adalah Luksemburg. Rasa penasaran akan negara-negara kecil, namun makmur di Eropa membuat saya untuk mengambil rute ini. Setelah sebelumnya mengunjungi Liechtenstein dan Andorra, kali ini giliran Luksemburg yang akan kami jelajahi.
Seperti biasa, kami selalu menggunakan mobil hatchback mungil kami untuk menjelajahi negara-negara di Eropa. Menggunakan kendaraan pribadi untuk berkelana keliling Eropa memberikan pengalaman yang berbeda jika dibandingkan dengan menggunakan pesawat atau kereta api.
Perjalanan darat dari Kota Bern, tempat kami tinggal, menuju ke Luksemburg memakan waktu kurang lebih selama 5-6 jam. Jarak yang kami tempuh pada perjalanan ini adalah sekitar 490 km dan melewati beberapa kota besar di Prancis, seperti Strasbourg dan Colmar.
ADVERTISEMENT
Matahari sudah mendekati tempat peristirahatannya di ufuk barat ketika kami tiba di Luksemburg. Kami sengaja memilih hotel yang lokasi berada di atas bukit, sehingga kami bisa menikmati pemandangan kota Luksemburg dari atas.
Kota Luksemburg (foto: dok. pribadi)
Luksemburg dan Sejarah Hegemoni di Eropa
Tidak mau menyiakan waktu yang ada, sore itu kami langsung mengunjungi objek wisata pertama yang ada di daftar tujuan kami, Benteng Luksemburg atau Fortress of Luxembourg dan National Museum of History and Art. Lokasinya kebetulan dekat dengan hotel tempat kami menginap, sehingga tidak membutuhkan waktu lama bagi kami untuk mencapainya.
Benteng Luksemburg merupakan sebuah saksi sejarah pentingnya posisi Luksemburg bagi percaturan politik kerajaan-kerajaan di Eropa pada abad ke-16. Situs benteng ini sejatinya merupakan sebuah benteng yang dibuat mengelilingi kota Luksemburg, ibukota Grand Duchy atau Kadipaten Luksemburg.
ADVERTISEMENT
Benteng ini menjadi salah satu situs benteng terkuat di Eropa pada periode abad ke-16 sampai dengan kehancurannya pada tahun 1867. Saat ini, yang tersisa dari benteng ini adalah beberapa situs reruntuhan yang sengaja direstorasi sebagai bukti kisah sejarah pertempuran yang dialami oleh benteng ini.
National Museum of History and Art di Luksemburg (foto: dok. pribadi)
Kadipaten Luksemburg atau the Duchy of Luxembourg, walaupun berukuran kecil, memiliki peranan yang besar dalam hegemoni kekuasaan kerajaan-kerajaan di Eropa. Kehadiran Luksemburg dalam percaturan politik Eropa dimulai pada abad ke-10 ketika Count Siegfried membeli sebuah kastil dan mendirikan Dinasti Luksemburg pada tahun 963.
Peranan Luksemburg di Eropa menjadi semakin penting ketika Henry VII, penguasa Luksemburg, dinobatkan menjadi Kaisar Romawi Suci atau the Holy Roman Empire pada tahun 1308. Tahta Romawi Suci terus dipegang oleh Dinasti Luksemburg sampai dengan tahun 1437.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, Luksemburg berada di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan lain, seperti Kerajaan Belanda dan Kekaisaran Prancis selama beberapa abad. Setelah kejatuhan Napoleon, status Luksemburg sebagai wilayah negara yang independen dipulihkan kembali dalam Kongres Wina pada tahun 1815.
Berdasarkan hasil kongres tersebut, Luksemburg menjadi sebuah wilayah yang independen dan menjadi anggota dari Konfederasi Jerman. Namun, kekuasaan atas Luksemburg dipegang oleh Raja Belanda dalam bentuk Uni Belanda—Luksemburg.
Walaupun di atas kertas Luksemburg merupakan sebuah wilayah yang independen, namun pada praktiknya, Raja Belanda, William I, tetap menganggap Luksemburg sebagai salah satu provinsi dalam wilayah Kerajaan Belanda.
Dalam perjalanan menjadi sebuah wilayah yang benar-benar independen, Luksemburg harus melalui serangkaian permainan dan percaturan politik di antara kerajaan-kerajaan besar Eropa kala itu, seperti Prussia dan Prancis.
ADVERTISEMENT
Luksemburg sebagai sebuah negara yang benar-benar berdaulat tercapai setelah Grand Duke Adolf dari Dinasti Nassau-Weilburg menjadi penguasa Luksemburg. Sebuah perjanjian dengan Dinasti Orange-Nassau, penguasa Kerajaan Belanda menyebutkan bahwa jika Belanda tidak memiliki penerus takhta seorang laki-laki, maka kekuasaan atas Luksemburg akan dilimpahkan ke Dinasti Nassau-Weilburg.
Pada tahun 1890, sepeninggal William III, kekuasaan atas Kerajaan Belanda dipegang oleh Ratu Wilhelmina. Suksesi takhta ini mengakhiri kekuasaan Belanda atas kedaulatan Luksemburg.
Walaupun singkat, perjalanan sore itu telah cukup memberikan gambaran kepada kami tentang cerita di balik sejarah berdirinya Luksemburg.
Luksemburg dan Unifikasi Eropa
Keesokan harinya, kami memutuskan untuk menjelajahi pusat kota Luksemburg untuk mengetahui lebih banyak tentang negara yang luasnya tidak lebih besar dari Provinsi Banten tersebut.
ADVERTISEMENT
Ibukota negara Luksemburg merupakan sebuah kota modern, kosmopolitan, dan merupakan perpaduan antara kebudayaan serta diperkaya dengan kisah sejarah masa lalu.
Salah Satu Sudut Kota Tua Luksemburg (foto: dok. pribadi)
Kekuasaan atas negara berpusat di Grand Ducal Palace, istana tempat tinggal resmi Henri, Grand Duke of Luxembourg yang merupakan Kepala Negara Luksemburg saat ini. Luksemburg merupakan sebuah negara monarki konstitusional dengan sistem demokrasi perwakilan.
Kekuasaan negara berada di tangan Grand Duke sebagai kepala negara yang kemudian berhak untuk membentuk kabinet pemerintahan. Dalam melaksanakan tugas sehari-harinya, kabinet ini dikoordinasi oleh seorang perdana menteri.
Grand Ducal Palace (foto: dok. pribadi)
Di kawasan Eropa, Luksemburg telah lama dikenal sebagai pendukung integrasi politik dan ekonomi Eropa. Berbagai langkah telah dilakukan oleh Luksemburg untuk mewujudkan integrasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Langkah tersebut dimulai pada tahun 1921, ketika Luksemburg bersepakat dengan Belgia untuk membentuk Belgium—Luxembourg Economic Union (BLEU). Momentum integrasi Eropa menjadi semakin intensif melalui proyek rekonstruksi Eropa setelah berakhirnya perang dunia ke-2.
Pada tahun 1951, Luksemburg bersama dengan Jerman Barat, Prancis, Italia, Belanda dan Belgia membentuk European Coal and Steel Community. Organisasi ini merupakan cikal bakal European Economic Community (EEC) yang kelak berubah menjadi Uni Eropa (UE).
Kehadiran beberapa kantor pusat institusi penting UE di Luksemburg, seperti European Court of Justice, European Court of Auditors, Kantor Pusat Statistik UE (Eurostat), dan Sekretariat Parlemen Eropa membuktikan peranan penting diplomasi Luksemburg dalam upaya mengintegrasikan Eropa.
Schengen, sebuah desa kecil di Luksemburg bahkan menjadi nama sebuah rezim perjanjian, yaitu Schengen Agreement, yang merupakan landasan dibukanya perbatasan negara anggota UE.
ADVERTISEMENT
Walaupun tidak lama, namun kunjungan kami selama dua hari di Luksemburg meninggalkan kenangan yang mendalam. Kenangan akan suatu negara kecil yang sepak terjangnya mampu mengintegrasikan Eropa.