Konten dari Pengguna

Cari Tahu Lebih Dalam, Apa Itu Self-Harm

ADHI MAULANA AL HILALY
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
4 Desember 2022 11:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ADHI MAULANA AL HILALY tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hampir setiap hari, seluruh anak pemuda dipenjuru dunia terlibat dalam tindakan menyakiti diri sendiri dan perilaku tersebut dianggap hal yang lazim untuk dilakukan. perilaku tersebut hampir dilakukan setiap hari untuk memuaskan rasa emosinya. Perilaku tersebut lebih kita kenal dengan istilah self-harm.
Photo by cottonbro studio: https://www.pexels.com/photo/woman-in-black-hoodie-sitting-on-brown-wooden-chair-4100485/
Sebagian orang mungkin tidak asing lagi dengan kata-kata self-harm. Menurut kalian apa sih self-harm itu?
ADVERTISEMENT
Self-harm adalah suatu bentuk perilaku yang dilakukan individu untuk mengatasi tekanan emosional atau rasa sakit secara emosional dengan cara menyakiti dan merugikan diri sendiri tanpa bermaksud untuk melakukan bunuh diri(Jenny, 2016; Klonsky dkk. 2011). Selain itu menurut Tang, dkk. (2016) mendapatkan bentuk self-harm yang paling umum adalah melukai kulit dengan silet atau berbagai macam benda tajam. Namun selain itu, self-harm juga muncul dalam bentuk membakar tubuh, memukul diri, mengorek bekas luka, menjambak rambut hingga menelan zat-zat beracun (Tang, dkk. 2016).
Self-harm sering dikaitkan dengan kondisi kesehatan mental individu seperti, contoh depresi dan ketakutan. Namun, perlu untuk diketahui bahwa tidak semua orang yang melakukan perilaku self-harm memiliki gangguan kesehatan. Seseorang yang melakukan perilaku self-harm dan tidak memiliki alasan untuk melakukannya, terkadang hal itu dilakukan karena dia merasa "enak" untuk melakukan perilaku tersebut dan berakhir dengan keterusan.
ADVERTISEMENT
Perilaku self-harm masih sering kita jumpai pada lingkungan sekitar yang belum pernah kita ketahui, terutama pada seorang remaja yang belum matang secara emosional, masih labil, dan mudah terbawa oleh arus pergaulan. Karena self-harm sering dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan pelaku akan berusaha untuk menutupi tindakannya tersebut.
Terdapat beberapa alasan seseorang untuk melakukan self-harm yang masih sering dijumpai dilingkungan sekitar yaitu:
1. Merasa kesepian
Seseorang yang merasa kesepian ketika menghadapi banyak masalah dan ingin melampiaskan emosinya akan melakukan self-harm. Karena dia tidak memiliki seseorang sebagai tempat berkeluh kesah dan tempat bercerita
2. Kehilangan orang yang tersayang
Seseorang yang memiiliki kekasih sudah lama ketika dia ditinggalkan oleh kekasih tersebut dia akan merasa sedih dan melampiaskan kesedihan tersebut melalui self-harm.
ADVERTISEMENT
3. Mengikuti trend
Banyak anak muda zaman sekarang yang belum matang secara emosional dan melakukan self-harm hanya untuk mengikuti trend dan dianggap keren. Padahal perilaku tersebut dapat membahayakan dirinya sendiri dan merugikan diri sendiri bahkan dapat merenggut jiwa individu (Reichenberg, 2014).
Terdapat beberapa contoh perilaku self-harm yang masih sering dijumpai di kalangan anak muda adalah sebagai berikut:
1. Cutting pada pergelangan tangan
Alasan seseorang melakukan hal tersebut adalah mungkin dia telah terbiasa melakukan hal tersebut ketika dia menghadapi masalah atau mungkin dia merasa “enak” dan kalau hal tersebut tidak dilakukan akan merasa kurang.
2. Mencederai diri sendiri
Hal tersebut sengaja untuk dilakukan dan sengaja ceroboh agar dia dapat melukai dirinya sendiri, agar tak banyak orang yang tahu. Seperti, contohnya mengiris sayur dengan pisau yang dengan sengaja pisaunya digeser ke arah tangan kita.
ADVERTISEMENT
3. Mengonsumsi alkohol
Penyalahgunaan alkohol adalah faktor risiko suasana hati yang tertekan, keinginan bunuh diri, dan menyakiti diri sendiri. Alkohol dapat memicu perilaku melukai diri sendiri dengan meningkatkan impulsive, mengganggu penilaian, dan meningkatkan ambang rasa sakit. Ini juga berkontribusi terhadap toksisitas overdosis.
Faktor yang menyebabkan seseorang untuk melakukan perilaku self-harm adalah rasa stres hingga depresi yang disebabkan oleh kurangnya kemampuan mengendalikan emosi negatif yang terpendam dalam diri individu. Karena, beberapa permasalahan yang terjadi pada remaja seperti. tidak adanya keharmonisan dalam keluarga, korban bullying, cyberbullying,dan masalah percintaan.
Terdapat beberapa dampak yang terjadi jika terlalu sering melakukan self-harm. Self-harm mempunyai dampak yang sangat berbahaya terhadap pelaku dan orang-orang disekitarnya. Dari hasil penelitan oleh Keith Hawton, Daniel Zahl, dan Rosamund Weatherall (2003), perilaku self harm ini dapat berkelanjutan dan berakir pada tindakan bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Pernyataan tersebut, di bantah kembali oleh penelitian yang dilakukan oleh Keith Hawton dan Daniel Louis Zahl pada tahun 2004 tentang risiko bunuh diri pada pelaku self-harm yang kerap mengulangi perilaku tersebut. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa adanya hubungan antara perilaku self-harm yang berkelanjutan dengan tingginya tingkat risiko bunuh diri. Hawton, K., dkk. (2015) kemudian mencoba kembali melakukan penelitian dengan isu bunuh diri yang dimulai dari perilaku self-harm. Kesimpulan yang di dapat dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa upaya pencegahan yang berfokus pada perilaku self-harm ini sangat penting. Risiko tentang tindak bunuh diri selalu diremehkan oleh seorang pelaku self-harm yang padahal tindak bunuh diri tersebut bisa saja terjadi karena diawali dengan self-harm.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa cara agar kita dapat terhindar dari self-harm:
1. Mengubah mindset dan memahami self-harm.
Mengubah pikiran bahwa self-harm bukan satu-satunya cara yang tepat untuk melampiaskan emosi. Mengetahui apa itu self-harm dan resikonya pada jangka panjang sehingga dapat muncul keinginan untuk berhenti.
2. Mencoba terbuka kepada orang lain yang dapat dipercaya.
Kita harus mencoba terbuka terhadap orang lain yang dapat kita percayai agar kita mempunyai teman bercerita ketika kita mempunyai masalah, agar terhindar dari self-harm
3. Mencoba melampiaskan emosi dengan melakukan hobi.
Melampiaskan emosi kearah yang lebih postif seperti, melakukan hobi yang kita sukai untuk melampiaskan rasa emosi kita.
4. Bergabung dengan lingkungan yang lebih positif.
Faktor lingkungan sangat berpengaruh bagaimana seseorang berperilaku. Faktor lingkungan yang baik memberikan dampak yang baik, dan berusaha untuk menjadi bagian dalam lingkungan tersebut. .
ADVERTISEMENT
5. Mencari bantuan profesional.
Menggunakan tenaga profesional untuk membantu menghilangkan sifat self-harm seperti, contoh menghubungi Psikiater atau psikolog.
Referensi
Khalifah, S. (2019). Dinamika Self-Harm pada Remaja (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Agustin, D., Fatria, R. Q., dan Febrayosi, P. 2019. "ANALISIS BUTIR SELF-HARM INVENTORY". Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni. 3(2):396-402.c
Fitriyani, A. (2022). Faktor Penyebab Pelaku Penyimpangan Self-Harm (Studi Kasus Pelaku X, Y, Z) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau).
Janet A. Butler Medicine (United Kingdom) (2020)
https://doi.org/10.1016/j.mpmed.2020.09.017.