Konten dari Pengguna

Politeisme dan Monoteisme: Perjalanan Spiritual dan Perubahan Budaya

ADHI MAULANA AL HILALY
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
11 Juni 2024 9:41 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ADHI MAULANA AL HILALY tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by pixabay : https://cdn.pixabay.com/photo/2022/10/26/12/14/ghost-7548281_1280.jpg
zoom-in-whitePerbesar
Photo by pixabay : https://cdn.pixabay.com/photo/2022/10/26/12/14/ghost-7548281_1280.jpg
ADVERTISEMENT
Pencucian otak pada dua ribu tahun yang lalu oleh penganut monoteistik telah meninggalkan bekas yang mendalam dalam sejarah pemikiran manusia, terutama pada masyarakat barat. Dampak dari hal tersebut adalah memunculkan pandangan baru yang kurang menguntungkan terhadap pandangan politeisme sebagai bentuk penyembahan yang dianggap tidak pantas. Namun, perlu untuk dicatat bahwa agama-agama politeis dan animisme memperlihatkan bahwa pemahaman akan keberadaan kekuatan tertinggi yang mengatur alam semesta, melampaui entitas seperti dewa, setan, dan objek suci lainnya. Politeisme secara inheren cenderung bersikap inklusif dan jarang menganiaya atau menghakimi orang yang berbeda keyakinan.
ADVERTISEMENT
Apa perbedaan dari Politeisme dan Monoteisme?
Perbedaan mendasar tentang politeisme dan monoteisme adalah mencakup tentang beberapa pandangan kekuatan tertinggi yang mengatur dunia. Dalam tradisi politeisme kekuatan tersebut dianggap eksis tanpa memiliki preferensi atau kepentingan pribadi, sehingga tidak terlalu memperhatikan keinginan atau kekhawatiran manusia. Namun, seiring berjalannya waktu beberapa pengikut politeisme mulai mengembangkan preferensi terhadap dewa pelindung khusus mereka yang pada akhirnya mengarah pada pengembangan keyakinan dalam satu tuhan tunggal.
Meskipun demikian, catatan sejarah yang menunjukkan bahwa agama monoteistik pertama muncul di Mesir pada sekitar tahun 350 SM. Hingga saat ini hanya terdapat tiga agama monoteistik yang terkenal secara luas, yaitu Nasrani, Yahudi, dan Islam. Ketiga agama tersebut memiliki elemen-elemen unik dalam pandangan mereka tentang Tuhan dan cara beribadah tetapi dari mereka semua berbagi kesamaan dalam keyakinan akan satu kekuatan yang mengatur alam semesta.
ADVERTISEMENT
Politeisme, dengan kecenderungannya yang inklusif dan penerimaan terhadap beragam entitas spiritual, memberikan pandangan yang kaya dan beragam tentang alam semesta. Konsep politeisme mengajarkan tentang kesatuan dalam keragaman, dimana berbagai dewa dan entitas spiritual dihormati dan diakui sebagai bagian tertinggi dari keberadaan manusia. Hal tersebut juga sangat memungkinkan untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan manusia dengan alam semesta dan makhluk-makhluk yang menghuni dunia ini.
Sementara itu, monoteisme, dengan penekanannya pada pengabdian kepada satu Tuhan tunggal, menawarkan pandangan yang lebih fokus dan terpusat. Konsep tentang satu kekuatan ilahi yang mengatur segalanya memungkinkan untuk adanya hubungan yang kuat dalam komunitas agama, tetapi juga dapat menyebabkan pengabaian terhadap keberagaman dan perbedaan keyakinan.
Bagaimana Cara Membedakan Politeisme dan Monoteisme?
ADVERTISEMENT
Dalam mengeksplorasi perbedaan Politeisme dan Monoteisme, penting untuk diingat bahwa baik politeisme maupun monoteisme memiliki nilai-nilai spiritual yang penting bagi masyarakat. Sementara monoteisme menekankan pada ketaatan kepada satu Tuhan sedangkan, politeisme mengajarkan tentang keragaman dan kesatuan dalam keyakinan spiritual. Kedua tradisi tersebut memiliki keunikan dan keindahan tersendiri kedua-duanya berkontribusi pada pembentukan budaya dan identitas manusia.
Dalam menyikapi perbedaan tersebut, kita harus saling menghormati dan menghargai keragaman keyakinan dan praktik spiritual. Kedua tradisi ini memiliki tempat yang penting dalam sejarah dan kehidupan manusia, serta kita harus berusaha untuk saling memahami dan merangkul kedua belah pihak tanpa menilai salah satu sebagai yang lebih baik daripada yang lain.
Politeisme dan monoteisme bukanlah sekadar bentuk penyembahan, tetapi juga mencerminkan pemahaman manusia tentang alam semesta, eksistensi, dan tujuan hidup. Dalam menjalani perjalanan spiritualitas penting bagi kita untuk menjaga pikiran terbuka dalam menghormati perbedaan-perbedaan yang ada. Dengan demikian kita dapat mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang diri kita sendiri serta tempat kita dalam dunia ini.
ADVERTISEMENT
Pergeseran dari Politeisme ke Monoteisme
Seiring berjalannya waktu, beberapa pengikut dewa politeis mulai menaruh kepercayaan untuk menyembah tuhan mereka. Fenomena ini menandai dari awal penyimpangan dalam konsep politeisme, di mana penghormatan terhadap berbagai dewa digantikan oleh fokus yang lebih sempit pada satu entitas. Pergeseran ini menunjukkan bagaimana pengaruh budaya dan sosial dapat membentuk keyakinan manusia, bahkan dalam hal yang paling fundamental seperti kepercayaan spiritual.Perubahan ini mencerminkan tentang keinginan manusia untuk memiliki pemahaman yang lebih terpusat dan terfokus tentang alam semesta dan tempat mereka di dalamnya. Keyakinan bahwa tuhan mereka adalah satu-satunya Tuhan menawarkan rasa kepastian dan kenyamanan yang mungkin dirasa kurang dalam konsep politeisme yang lebih inklusif. Namun,hal ini juga menunjukkan kompleksitas dalam pencarian manusia akan makna dari tujuan hidup. Pada sekitar 350 SM di Mesir muncul agama Monoteistik yang menyebar dari beberapa bagian wilayah, pada saat tersebut hanya terdapat tiga agama monoteistik yang terkenal secara luar yaitu : Nasrani, Yahudi, dan Islam hal tersebut menunjukkan bahwa kekuatann dan ketahanan dari pemahaman monoteistik dalam menghadapi berbagai tantangan dari monoteistik dari sepanjang sejarah. Dalam hal tersebut penting untuk diingat bahwa monoteisme dan politeisme bukanlah sebuah pilihan yang mutlak baik atau buruk melainkan kedua tradisi tersebut memiliki keunikan serta keindahan tersendiri yang memberikan kontribusi berharga bagi perkembangan budaya. Oleh karena itu perubahan dari Politeisme dan Monoteisme merupakan dari bagian alami dari eksplorasi manusia akan makna hidup dan eksistensi mereka sebagai makhluk hidup. Dalam menjalani sebuah perjalanan spiritualitas, kita dapat menemukan sebuah kebijaksanaan serta inspirasi dari berbagai tradisi dan juga keyakinan yang dapat membantu kita untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu dan juga sebagai representasi dari masyarakat yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Referensi
Harari, Y.N (2014). Sapiens: A Brief History of Humankind. Random House Harper