Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
5 Macam Bela Negara Di Tengah Wabah Corona
3 April 2020 14:10 WIB
Tulisan dari adhi nur seto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah virus Corona menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia, semua negara sibuk menghambat penyebarannya. Tak terasa pagebluk ini telah membuat ritme hidup melambat. Yang ngebet punya pacar, yang jadwal wisuda sudah di depan mata, yang pengen segera dapat kerja, yang sudah tanda tangan kerjasama usaha, juga yang sudah menentukan tanggal perkawinan, mau tidak mau harus ditunda. Tak lupa, yang mau jadi kepala daerah, sabar sebentar. Tetap berdoa semuga rekomendasi partai tidak pindah tangan.
ADVERTISEMENT
Masa seperti ini adalah momen yang tepat untuk melakukan refleksi diri, melakukan penjelajahan ke dalam relung jiwa, untuk menemukan hidup yang sejatinya. Yang tak sekedar mampir ngopi, tapi juga mampir ngudud, sambil nyemil gorengan bersama keluarga biar lebih terasa nikmatnya.
Di sela-sela ngopi, muncul pertanyaan dari salah satu anggota keluarga. Pekerjaan apa yang paling mulia di saat-saat seperti ini. Tentu saja bukan kerja sekedar kerja, karena kera di hutan juga kerja. Tapi kerja yang bisa membantu negara menangani corona.
Dari situlah muncul jawaban imajiner. Ya, tentu ini hanya imajiner. Yang muncul saat sedang ngopi. Jadi jangan terlalu serius menanggapi. Kalau perlu membacanya juga sambil ngopi. Biar penulis dan pembaca seakan sedang ngopi bersama, hanya terbatas jarak, Physical Distancing!
ADVERTISEMENT
1. Menjadi petani
Petani merupakan salah satu pekerjaan paling penting dalam kondisi saat ini. Para pekerja kantor bolehlah bekerja di rumah. Saat matahari pagi mulai terik, mereka ancang-ancang berjemur. Sambil pegang HP, buka-buka media sosial. Jepret!! selfie pakai masker, langsung pasang di insta story biar tidak dibilang kudet. Tak lupa hashtagnya #dirumahaja.
Tapi apa yang terjadi bila hal di atas juga dilakukan oleh petani. Sok-sokan ikutan anjuran pemerintah, rebahan di kasur sambil nulis status di Facebook #workfromhome. Ga usah lama-lama, seminggu aja. Bukan hanya badan yang pegal-pegal tapi perut juga mual-mual, gara-gara tandurannya ambyarrr semua.
Saat Tanduran petani ambyar, dan berujung pada gagal panen, saat itu pula ketahananan pangan negara terancam. Jika itu terjadi, tidak hanya mengancam perekonomian, tapi juga stabilitas sosial, politik, agama, dan seluruh elemen kehidupan bangsa. Dalam kondisi lapar, apalah arti Nilai-nilai Pancasila, dalil Agama, apalagi jargon-jargon kampanye partai politik yang hanya muncul lima tahun sekali. Urusan perut, tidak ada ruang negosiasi, bos!
ADVERTISEMENT
Mau impor? Lha negara lain juga senasib dengan kita, sama-sama sedang baku hantam melawan virus Corona, je. Mending buat nyuapin rakyatnya, daripada kasih makan negara tetangga.
Begitulah kira-kira, jika dulu pahlawan itu yang angkat bedil. Maka pahlawan di era wabah ini ya yang angkat pacul. Tanpa petani, orang kantoran di kota-kota mau makan apa? toh mereka masih makan nasi juga, bukan kuota. Kepada petani masa depan bangsa dipertaruhkan!
2. Menjadi Tenaga Medis
Dulu kuliah di fakultas kesehatan, apalagi kedokteran adalah barang mewah. Jika bukan anak orang kaya, maka dia anak yang kelewat pinternya. Karena itu, tidak banyak jebolan SMA yang mau ambil fakultas kesehatan maupun kedokteran. Tapi apa yang mereka lakukan setelah lulus kuliah? Ya, ujung-ujungnya kerja di Bank juga. Tidak sedikit yang dulunya kuliah di kebidanan, sekarang malah kerjanya di perbankan.
ADVERTISEMENT
Tapi itu dulu bro, dulu banget saat negara kelupaan urus kesehatan. Ya lain dulu, lain sekarang. Sekarang profesi kesehatan dicari-cari, dielu-elukan, bahkan disanjung sebagai pahlawan. Tentu ada sebabnya. Apalagi kalau bukan karena wabah corona yang memporak-porandakan perekonomian negara.
Sekarang negara berharap besar pada tenaga kesehatan. Nasib negara ada di tangan mereka. Coba saja kalau para tenaga kesehatan ngambek, maunya kerja di rumah aja, biar kayak orang-orang. Bisa-bisa Presiden kalut, terus nyeletuk "ah mbuh, urusen dewe". Ya semoga saja tidak sampai terjadi. Semoga juga sistem kesehatan bisa diperbaiki lagi, agar para tenaga kesehatan tidak dimuliakan hanya saat pagebluk ini.
3. Menjadi Penulis
Saat wabah ini mulai menyebar. Belajar dan bekerja di rumah menjadi pilihan yang tidak bisa ditawar. Tapi namanya manusia tentu ada rasa bosan. Sehari-dua hari mungkin baca sosmed dan nonton YouTube masih bisa jadi hiburan. Tapi sampai kapan? Toh tidak ada yang tau sampai kapan wabah ini akan berakhir.
ADVERTISEMENT
Dalam situasi yang tidak pasti, terlalu sering baca media sosial justru akan menambah kecemasan. Apalagi para buzzer tidak mengenal hari libur. Mereka bekerja shift-shiftan, pagi, siang, dan malam bergantian mencemari beranda.
Setelah jenuh dengan sosial media, secara alamiah manusia akan mencari kejernihan informasi. Tak ayal, buku-buku di rak mulai dibuka lagi. Buka HP pun hanya untuk membaca berita dari media terpercaya.
Di saat inilah profesi penulis menjadi sangat mulia. Mereka hadir membuka cakrawala dunia, menjernihkan pikiran yang mulai kusam akibat dicekoki buzzer, juga memberi nutrisi pada jiwa. Dan, harus diakui mereka telah mewakili negara menunaikan tujuannya, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tak diragukan lagi, menjadi penulis di saat-saat seperti ini adalah bagian dari bentuk bela negara.
ADVERTISEMENT
4. Menjadi Kurir
Di era saat ini, kurir sudah sangat akrab dalam kehidupan kita. Bahkan, ada kelompok relawan yang menamakan dirinya dengan kurir kebaikan. Entah kurir relawan atau memang pekerjaan, yang jelas hampir setiap orang, khususnya di kota-kota sangat membutuhkan kehadirannya.
Walaupun sedang melakukan swakarantina, hasrat belanja tidak hilang begitu saja. Apalagi buat kaum hawa yang memiliki motto "aku belanja maka aku ada". Kalau udah kepepet, lipstik habis, bedak juga mulai menipis, tetap saja akan belanja. Wong, toko onlie juga masih buka. Lagian siapa lagi yang akan mengantarkan barang belanjamu kalau bukan kurir? pacarmu juga belum tentu mau. Ya kan?
5. Rebahan Di Rumah
Terakhir dan paling mudah dilakukan oleh warga negara dalam aksi bela negara adalah, rebahan di rumah aja. Di saat-saat seperti ini rebahan memiliki nilai manfaat yang sangat besar. Selain mengurangi potensi penyebaran corona, rebahan di rumah tanpa pergi kemana-mana juga telah mengurangi polusi udara. Sebagaimana kaedah fiqh yang berbunyi "Menjauhi madharat lebih diutamakan daripada mengambil manfaat". Dengan rebahan di rumah aja, virus Corona yang berbahaya itu mati tak berdaya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, rebahan juga telah membantu tenaga medis meringankan pekerjaannya. Negara juga sangat terbantu dengan banyaknya warga yang rebahan. Karena bisa menghemat anggaran untuk menangani kasus Corona.
Sekian dan mohon maaf, bila ada profesi yang belum disebutkan. Tp apapun profesimu, niatkan juga untuk bela negara. Karena niat baik juga dihitung pahalanya. Mari jauhi kerumunan, dan perbanyak rebahan!