7 Buku untuk 77 Tahun Sapardi Djoko Damono

23 Maret 2017 12:40 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sapardi Djoko Damono. (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
Tanggal 20 Maret, Sapardi Djoko Damono berulang tahun yang ke -77. Untuk memperingatinya, penyair asal Surakarta ini menerbitkan 7 buku sekaligus yang terdiri dari enam buku puisi dan satu buah novel.
ADVERTISEMENT
Rabu (22/3) malam kemarin, Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Selatan, penuh sesak dengan para penggemar Sapardi. Mereka ingin melihat perayaan ulang tahun sekaligus peluncuran buku dan nyanyian puisi dari karya-karya pria kelahiran tahun 1940 itu.
Buku-buku tersebut adalah enam buku puisi, yaitu 'Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro?', 'Ayat-Ayat Api', 'Duka-Mu Abadi', 'Kolam', 'Namaku Sita', 'Sutradara itu Menghapus Dialog Kita'. Juga satu buah novel berjudul 'Pingkan Melipat Jarak' yang merupakan novel kedua dari trilogi 'Hujan Bulan Juni'.
Acara peluncuran tujuh buku dan perayaan ulang tahun dibuka oleh salah satu sahabat Sapardi yang juga seorang penyair, Goenawan Mohammad. Ia membuka acara dengan memberikan satu dua patah kata dan menyampaikan sepenggal karya sahabatnya itu.
ADVERTISEMENT
Malam berlanjut khidmat namun ceria seiring pembawa acaranya, Tony Thamrin, terus menerus menggoda Sapardi yang duduk di sebelahnya agar mengundang tawa dari penonton.
Salah satu candaan yang mengundang tawa adalah ketika Tony menyatakan bahwa seorang penyair jangan membuat buku puisi yang tebal karena akan susah laku di pasaran. Dengan santai, Sapardi menimpalinya, "Satu puisi aja bikinnya dua jam. Kalau punya 1000 puisi gimana? Bisa lama."
Acara peluncuran 7 buku Sapardi Djoko Damono. (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
Malam berlanjut seiring para sahabat dan pengisi acara satu per satu bergantian membacakan karya puisi dari guru besar Universitas Indonesia itu.
Tina Talisa, seorang alumni presenter berita TV membacakan puisi 'Perahu Kertas' di mana sebelumnya ia mengumumkan bahwa ia tengah mengandung anak ketiga. Cyntha Hariadi dan Ni Made Purnama Sari yang merupakan pemenang dari sayembara Dewam Kesenian Jakarta masing-masing membacakan 'Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari' dan 'Sebuah Taman Sore Hari'. 
ADVERTISEMENT
Selain pembacaan puisi oleh rekan dan sahabat Sapardi, acara juga dilengkapi dengan nyanyian puisi. Tatyana Soebianto dan M. Umar Muslim mendapat kehormatan untuk memusikalisasikan karya Sapardi dalam bentuk tembang yang sederhana namun indah.
Dalam format akustik bermodalkan satu gitar, Tatyana dan Umar membawakan beberapa lagu, yaitu puisi yang dibacakan Cyntha dan Ni Made, dan terakhir adalah 'Nocturno' yang diakui sebagai lagu yang paling disukai Sapardi.
Sapardi Djoko Damono mendatangani buku. (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
Malam mencapai puncaknya ketika Joko Pinurbo naik ke atas panggung dan disambut meriah oleh penonton. Salah satu puisi yang ia suarakan adalah 'Sajak Desember' yang ditulis tahun 1961. Alasan mengapa Joko melafalkan puisi tersebut adalah karena tahun itu adalah awal permulaan karier Sapardi sebagai seorang penyair. Berkat puisi ini juga yang menjadikan Joko menggeluti dunia kesusastraan.
ADVERTISEMENT
"Ini anak baru 21 tahun (saat Sapardi menulis 'Sajak Desember' tahun 1961) tapi udah mikirin kematian. Eh pas umur 60 tahun dia malah nulis tentang maghrib," canda Joko usai membacakan karya Sapardi.
Sapardi Djoko Damono sudah aktif dalam dunia kesusastraan sejak tahun 1969. Penulis sajak 'Aku Ingin' ini telah memiliki karya tak terhingga dalam bentuk buku puisi, esai, fiksi, dan drama. Saking aktifnya menyumbangkan karya untuk tanah air, Sapardi juga telah memboyong beberapa penghargaan.
Ia pernah mendapatkan penghargaan dari Freedom Institute (2003), Akademi Jakarta (2012), dan yang terkini adalah Habibie Award (2016). Tak hanya di dalam negeri, nama Sapardi juga harum di mancanegara dan juga mendapatkan beberapa penghargaan, di antaranya adalah Cultural Award (Australia, 1978), Anugerah Puisi Putera (Malaysia, 1984), dan SEA-WRITE Award (Thailand, 1988).
ADVERTISEMENT