Konten dari Pengguna

Musik Dangdut dan Soal-soal Kerakyatan

Try Adhi Bangsawan
Founder Sanggabuana Institute (Medium Belajar di Banten) dan Staf Pengajar
2 Maret 2022 15:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Try Adhi Bangsawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Doc. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Doc. Pribadi
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak bergetar hatinya, dan kakinya bergoyang mendengar suara dentuman gendang musik dangdut, ia menembus sendi-sendi kehidupan rakyat kita. Ka Unus
ADVERTISEMENT
Mendengar dangdut kadangkala diidentikkan dengan jadul, kampungan, dan lain-lain. Tetapi siapa sangka, dangdut menjadi idaman saat menjelang kontestasi demokrasi kita yaitu, Pemilu. Dangdut menjadi pilihan alternatif dari genre musik yang dipilih partai politik melakukan kampanye untuk merebut suara pemilih. Hal ini pertanda pertama, bahwa dangdut masih menjadi musik yang bisa dinikmati oleh kalangan menengah ke bawah Indonesia.
Musik dangdut adalah musik yang sering kita dengar pada ruang-ruang kehidupan kita, mulai dari Terminal, Pos Ronda, Resepsi Pernikahan, sampai dengan tempat karaoke elite. Dangdut menjadi musik yang mampu dilahap oleh seluruh lapisan masyarakat. Karena itu, dangdut mampu menembus sendi-sendi soal kerakyatan, melepas penat dengan setumpuk beban hidup yang dirasakan oleh rakyat. Bergoyang, seraya diiringi dentuman gendang dangdut.
ADVERTISEMENT
Bicara Dangdut, siapa yang tidak kenal dengan Rhoma Irama, Raja Dangdut Indonesia. Ia telah mengubah suasana dangdut yang identik dengan biduan yang sexy, minuman keras, tawuran dsb, Rhoma telah berhasil menjadikan musik dangdut sebagai ceramah bernuansa agama di setiap lagu yang diciptakannya. Tidak saja soal itu, dalam lagu Rhoma Irama terselip juga soal yang lain, mulai dari nuansa agama, cinta remaja, cinta kepada orang tua, kepada bangsa, soal judi, minuman keras, kritik sosial, dan lain-lain. ini lah kemudian penulis menyebutnya dengan soal-soal kerakyatan, hampir tak ada garis demarkasi antara musik dangdut dan realitas kehidupan bangsa kita.
Pergerakan musik dangdut yang begitu dahsyat memang tak mudah untuk dilawan. Dangdut tidak lagi menjadi ikon musik kaum pinggiran, melainkan ikon musik populer yang digemari oleh seluruh kalangan. (Bungin, 2005).
ADVERTISEMENT
Selain Rhoma, banyak bermunculan juga penyanyi dangdut koplo yang menjadi bintang baru dalam khazanah musik dangdut Indonesia, yaitu Via Vallen. Berkat dangdut koplonya pada Tahun 2019 Ia menerima penghargaan internasional sebagai Special Guest dari ajang BraVo Awards yang berlangsung di The State Kremlin Palace, Moskwan Rusia (Kompas.com, 2019). Hal ini menandakan bahwa musik dangdut mendapat apresiasi di kancah internasional. Dan tidak bisa lagi menyebut pendengar musik dangdut sebagai sesuatu yang kampungan, ini soal selera yang begitu universal dan relatif.
Dengan begitu, musik dangdut adalah lantunan musik yang membumi di Indonesia. Dangdut tidak saja sekadar menjadi hiburan, akan tetapi menjadi representatif realitas masyarakat kita. Karenanya sekali lagi, dangdut menembus sendi dan tulang rakyat. Sebagai penutup, perkembangan musik dangdut kiranya menjadi perhatian ilmiah, agar soal-soal ilmiah juga tidak menjauh dari soal yang nyata di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Bungin, B. (2005). Pornomedia: Sosiologi Media, Konstruksi Sosial Teknologi Telematika & Perayaan Seks di Media Massa. Jakarta: Pranata Media .
Kompas.com. (2019, Maret 22). Entertainment. Retrieved Maret 2, 2022, from Kompas.com: https://entertainment.kompas.com/read/2019/03/22/133017110/via-vallen-raih-penghargaan-di-rusia